Selasa, 04 Desember 2012

Tahun Baru Hijriyah, Semangat Perubahan



Oleh: Syamsul Hadi, S.Sos.I.

Semua orang  menyukai hal-hal yang baru kerena memiliki nilai lebih, baik untuk diri sendiri maupun untuk orang lain. Kemampuan seseorang untuk menghadirkan nilai lebih, erat dengan kemampuan analisisnya terhadap kebutuhan suatu zaman. Itulah sebabnya mengapa pabrik-pabrik besar menyediakan biaya besar untuk melakukan penelitian kecenderungan dan prilaku calon konsumen. Para peneliti paham masalah ini dan karenanya mampu memanfaatkannya.

Bulan, hari dan jam adalah satuan waktu yang selalu baru meskipun sebutannya sebatas pengulangan. Waktu yang telah berlalu tidak mungkin kembali lagi. Muharram detik ini bukanlah Muharram tahun 1433. Di antara keduanya terbentang waktu yang menampung aksi manusia. Orang besar memanfaatkannya untuk mengukir sejarah sementara orang biasa, hanya terseret dalam kesibukan tak terprogram.  

Kalender kita pada umumnya menyantumkan dua penanggalan; Hijriyah dan Masehi. Angka untuk Masehi lebih besar dan dominan, sehingga terkesan bahwa penanggalan Hijriyah tidak penting. Dalam prakteknya, baik dalam dunia pendidikan maupun obrolan di warung kopi, penanggalan Hijriyah tak pernah dipakai. Maka puncak pergantian tahunpun orang lebih mengenal Christmas day and Happy New year 2013 M  daripada  Gebyar Muharram 1434H. 

Kebiasaan masyarakat kita dalam menyambut tahun baru Masehi telah dikondisikan oleh televisi dan media komunikasi siap saji lainnya, sehingga hampir semua tahu kapan dan harus bagaimana, sedangkan untuk tahun baru Hijriyah tidak banyak yang tahu, dan karenanya nggak perlu repot-repot, tidak perlu mensyi’arkannya. Padahal bisa diisi dengan kegiatan-kegiatan untuk menghidupkan syi’ar Islam, agar orang tahu bahwa Islam punya sistem yang lengkap, termasuk penanggalan menurut kalender Hijriyah yang dilatar belakangi peristiwa penting dalam sejarah kehidupan Rasulullah Saw  dan para sahabatnya.

Baik Masehi maupun Hijriyah, pergantian tahun adalah keniscayaan, selama matahari terbit dari arah timur dan terbenam di ufuk barat. Pergantian siang dan malam menjadi isyarat bahwa hidup ini ada permulaannya  dan akan berakhir pada saatnya. Pagi menawarkan kesejukan, udara segar, cuaca cerah dan merangkai kalimat sakti: “Wahai anak Adam, aku makhluk baru, menjadi saksi atas semua perbuatanmu, maka manfaatkan aku untuk berbekal. Aku akan terus berlalu dan tak pernah kembali hingga tiba hari kiamat.” Waktu datang dan pergi tanpa sedikitpun terpengaruh ambisi manusia, ia menyediakan diri untuk dimiliki siapa saja. Durasinya tetap, satuannya detil, dan tak pernah berkhianat. Ia akan menjelma persis seperti perlakuan manusia terhadapnya. Dia akan bekerja untuk manusia yang mampu memahaminya. Adapun orang yang “terbunuh” oleh waktu adalah karena keteledorannya, bukan kehendak sang waktu. 

Akhir tahun perlu diisi dengan muhasabah diri, renungan perjalanan hidup, dan kesyukuran atas kenikmatan yang tak pernah berhenti sepanjang masa. Di situ kita menemukan diri sebagai noktah kecil di tengah gelombang kehidupan di muka bumi. Bumi juga planet kecil di antara jutaan planet lainnya yang sangat besar. Gugusan planet yang terdiri dari milyaran planetpun kecil di hadapan kebesaran Allah Swt.  Semua bertasbih, mensucikan dan mengagungkan Allah Tuhan semesta alam. Jika kita sadar posisi diri di hadapan keagungan Allah, maka waktu dan kesempatan hidup  ini sangat berharga. Dan karenanya tidak rela melewatkan begitu saja tanpa amal saleh yang  ditunaikan dengan ikhlas. 

Orang cerdas memahami bahwa hidup adalah upaya sadar mengendalikan hawa nafsu dan mempersiapkan diri untuk mengarungi hakikat kehidupan pasca kematian. Hakikat hidup di balik kehidupan dunia jauh lebih agung, tidak dibatasi oleh ruang dan waktu, semua berjalan sebagai akibat pilihan semasa hidup di dunia. Orang yang memenangi pertarungan hawa nafsu mampu menemukan hakikat hidup, tidak tertipu kehidupan dunia, menyiapkan diri ditimbun di antara himpitan lahat lebih penting daripada membangun singgasana dan menghimpun kekuasaan. Oleh karenaya meskipun kebetulan menjadi presiden, orang ini tidak terperangkap asesoris dunia, ia sadar sedang berjalan menuju lubang kecil (kuburan) untuk selanjutnya memasuki alam kehidupan yang luas tanpa batas, tidak terikat oleh logika hari ini.

Tahun baru hendaknya kita jadikan sebagai momen pembaharuan di berbagai aspek  kehidupan. Pembaharuan dengan sadar dan terencana demi masa depan dan generasi setelah kita. Bukankah kemajuan yang kita nikmati  saat ini adalah inovasi zaman yang telah direncanakan orang-orang sebelum kita. Mereka punya mimpi dan cita-cita yang tumbuh dalam jiwa yang suci dan terpelihara dalam fitrah kehidupan; bergerak dan berkembang.

Kemajuan sain dan teknologi telah mengantarkan penduduk dunia pada kehidupan yang serba cepat, kerja efektif dan efisiensi waktu. Hal ini memungkinkan waktu luang semakin banyak. Waktu ini bisa dimanfaatkan untuk meningkatkan kualitas diri dan taqarrub kepada Tuhannya. Tetapi sayang kelonggaran waktunya dimanfaatkan lagi untuk kesibukan yang tidak menyentuh aspek spiritual. Manusia bergeser menjauhi Tuhannya dan mengadopsi mekanisme kerja mesin dalam menjalani hidupnya. Lebih parah lagi memilih jalan hidup yang dilarang oleh agama. 

فَمَنِ اتَّبَعَ هُدَايَ فَلَا يَضِلُّ وَلَا يَشْقَى () وَمَنْ أَعْرَضَ عَنْ ذِكْرِي فَإِنَّ لَهُ مَعِيشَةً ضَنْكًا وَنَحْشُرُهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ أَعْمَى [طه : 123 ، 124]
barangsiapa yang mengikuti petunjuk-Ku, ia tidak akan sesat dan tidak akan celaka.
Dan barangsiapa berpaling dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit, dan Kami akan menghimpunkannya pada hari kiamat dalam keadaan buta."

Berpaling dari mengingat Allah adalah penyebab sempitnya hidup di dunia. Orang yang tidak ingat kepada Allah, prilakunya merusak dan kerusakannya akan mengganggu banyak pihak. 

Marilah kita introspeksi diri, adakah kemajuan yang kita alami hari ini menambah kesempatan untuk mendekatkan diri kepada Allah, atau justru memalingkan dari mengingat-Nya. Dan jika kita ingin pembaharuan dalam hidup ini, tentu kedua kemungkinan di atas harus ditingkatkan menjadi semakin intens dzikir kepada Allah swt.
Mintalah bimbingan dan pertolongan kepada Allah agar dapat bekerja lebih produktif untuk manfaat seluas-luasnya bagi  keluhuran Islam dan kaum muslimin. 
Wallahu a’lam





Tidak ada komentar:

Posting Komentar