Oleh: Syamsul Hadi, S.Sos.I.
Semua orang
menyukai hal-hal yang baru kerena memiliki nilai lebih, baik
untuk diri sendiri maupun untuk orang lain. Kemampuan seseorang untuk menghadirkan
nilai lebih, erat dengan kemampuan analisisnya terhadap kebutuhan suatu zaman. Itulah
sebabnya mengapa pabrik-pabrik besar menyediakan biaya besar untuk melakukan
penelitian kecenderungan dan prilaku calon konsumen. Para peneliti paham
masalah ini dan karenanya mampu memanfaatkannya.
Bulan, hari dan jam adalah satuan waktu yang
selalu baru meskipun sebutannya sebatas pengulangan. Waktu yang telah berlalu
tidak mungkin kembali lagi. Muharram detik ini bukanlah Muharram tahun 1433. Di
antara keduanya terbentang waktu yang menampung aksi manusia. Orang besar
memanfaatkannya untuk mengukir sejarah sementara orang biasa, hanya terseret dalam
kesibukan tak terprogram.
Kalender kita pada umumnya menyantumkan dua
penanggalan; Hijriyah dan Masehi. Angka untuk Masehi lebih besar dan dominan,
sehingga terkesan bahwa penanggalan Hijriyah tidak penting. Dalam prakteknya, baik dalam dunia pendidikan maupun obrolan di warung kopi, penanggalan Hijriyah tak pernah dipakai.
Maka puncak pergantian tahunpun orang lebih mengenal
Christmas day
and Happy New year 2013 M daripada
Gebyar Muharram 1434H.
Kebiasaan masyarakat kita dalam menyambut
tahun baru Masehi telah dikondisikan
oleh televisi dan media komunikasi siap saji lainnya, sehingga hampir semua
tahu kapan dan harus bagaimana, sedangkan untuk tahun baru Hijriyah tidak
banyak yang tahu, dan karenanya nggak perlu repot-repot, tidak perlu mensyi’arkannya. Padahal bisa diisi dengan kegiatan-kegiatan untuk menghidupkan syi’ar Islam, agar orang tahu
bahwa Islam punya sistem yang lengkap, termasuk penanggalan menurut kalender Hijriyah yang dilatar belakangi
peristiwa penting dalam sejarah kehidupan Rasulullah Saw dan para sahabatnya.
Baik Masehi maupun Hijriyah, pergantian tahun
adalah keniscayaan, selama matahari terbit
dari arah timur dan terbenam di ufuk barat. Pergantian siang dan malam menjadi isyarat bahwa hidup ini ada permulaannya dan akan berakhir pada saatnya. Pagi menawarkan
kesejukan, udara segar, cuaca cerah dan merangkai kalimat sakti: “Wahai anak Adam, aku makhluk baru, menjadi saksi atas semua
perbuatanmu, maka manfaatkan aku untuk berbekal. Aku akan terus berlalu dan tak
pernah kembali hingga tiba hari kiamat.” Waktu datang dan pergi tanpa sedikitpun terpengaruh
ambisi manusia, ia menyediakan diri untuk dimiliki siapa saja. Durasinya tetap,
satuannya detil, dan tak pernah berkhianat. Ia akan menjelma persis seperti
perlakuan manusia terhadapnya. Dia akan bekerja untuk manusia yang mampu memahaminya.
Adapun orang yang
“terbunuh” oleh waktu adalah
karena keteledorannya, bukan kehendak sang waktu.
Akhir tahun perlu diisi dengan
muhasabah diri, renungan perjalanan hidup, dan kesyukuran atas kenikmatan yang
tak pernah berhenti sepanjang masa. Di situ kita menemukan diri sebagai noktah
kecil di tengah gelombang kehidupan di muka bumi. Bumi juga planet kecil di
antara jutaan planet lainnya yang sangat besar. Gugusan planet yang terdiri
dari milyaran planetpun kecil di hadapan kebesaran Allah Swt. Semua bertasbih, mensucikan dan mengagungkan
Allah Tuhan semesta alam. Jika kita sadar posisi diri di hadapan keagungan
Allah, maka waktu dan kesempatan hidup
ini sangat berharga. Dan karenanya tidak rela melewatkan begitu saja
tanpa amal saleh yang ditunaikan dengan
ikhlas.
Orang cerdas memahami bahwa
hidup adalah upaya sadar mengendalikan hawa nafsu dan mempersiapkan diri untuk
mengarungi hakikat kehidupan pasca kematian. Hakikat hidup di balik kehidupan
dunia jauh lebih agung, tidak dibatasi oleh ruang dan waktu, semua berjalan
sebagai akibat pilihan semasa hidup di dunia. Orang yang memenangi pertarungan
hawa nafsu mampu menemukan hakikat hidup, tidak tertipu kehidupan dunia,
menyiapkan diri ditimbun di antara himpitan lahat lebih penting daripada
membangun singgasana dan menghimpun kekuasaan. Oleh karenaya meskipun kebetulan
menjadi presiden, orang ini tidak terperangkap asesoris dunia, ia sadar sedang
berjalan menuju lubang kecil (kuburan) untuk selanjutnya memasuki alam
kehidupan yang luas tanpa batas, tidak terikat oleh logika hari ini.
Tahun baru hendaknya kita
jadikan sebagai momen pembaharuan di berbagai aspek kehidupan. Pembaharuan dengan sadar dan
terencana demi masa depan dan generasi setelah kita. Bukankah kemajuan yang
kita nikmati saat ini adalah inovasi
zaman yang telah direncanakan orang-orang sebelum kita. Mereka punya mimpi dan
cita-cita yang tumbuh dalam jiwa yang suci dan terpelihara dalam fitrah
kehidupan; bergerak dan berkembang.
Kemajuan sain dan teknologi
telah mengantarkan penduduk dunia pada kehidupan yang serba cepat, kerja
efektif dan efisiensi waktu. Hal ini memungkinkan waktu luang semakin banyak.
Waktu ini bisa dimanfaatkan untuk meningkatkan kualitas diri dan taqarrub
kepada Tuhannya. Tetapi sayang kelonggaran waktunya dimanfaatkan lagi untuk
kesibukan yang tidak menyentuh aspek spiritual. Manusia bergeser
menjauhi Tuhannya dan mengadopsi mekanisme kerja mesin dalam menjalani
hidupnya. Lebih parah lagi memilih jalan hidup yang dilarang oleh agama.
فَمَنِ
اتَّبَعَ هُدَايَ فَلَا يَضِلُّ وَلَا يَشْقَى () وَمَنْ أَعْرَضَ عَنْ ذِكْرِي
فَإِنَّ لَهُ مَعِيشَةً ضَنْكًا وَنَحْشُرُهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ أَعْمَى [طه :
123 ، 124]
barangsiapa yang mengikuti petunjuk-Ku, ia tidak akan sesat dan tidak akan
celaka.
Dan barangsiapa berpaling dari
peringatan-Ku, maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit, dan Kami akan
menghimpunkannya pada hari kiamat dalam keadaan buta."
Berpaling dari mengingat Allah
adalah penyebab sempitnya hidup di dunia. Orang yang tidak ingat kepada Allah,
prilakunya merusak dan kerusakannya akan mengganggu banyak pihak.
Marilah kita introspeksi diri,
adakah kemajuan yang kita alami hari ini menambah kesempatan untuk mendekatkan
diri kepada Allah, atau justru memalingkan dari mengingat-Nya. Dan jika kita
ingin pembaharuan dalam hidup ini, tentu kedua kemungkinan di atas harus
ditingkatkan menjadi semakin intens dzikir kepada Allah swt.
Mintalah bimbingan dan
pertolongan kepada Allah agar dapat bekerja lebih produktif untuk manfaat
seluas-luasnya bagi keluhuran Islam dan
kaum muslimin.
Wallahu a’lam
Tidak ada komentar:
Posting Komentar