Sabtu, 15 Desember 2012

Pengembangan Media dalam Pembelajaran


BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi di sekolah merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan.  Berbagai penelitian baik di dalam maupun di luar negeri menunjukkan bahwa pemanfaatan bahan ajar yang dikemas dalam bentuk media berbasi ICT dapat meningkatkan kualitas pendidikan. Bersamaan dengan itu, pada generasi  e–learning ini, kesadaran guru akan proses belajar mengajar dengan menggunakan media ICT akan semakin besar. Diskusi juga merupakan metode pembelajaran yang merangsang peserta didik aktif membaca, berfikir, menulis dan menyampaikan gagasan serta mempertahankannya dengan argumentasi yang ilmiah.  
Berangkat dari keadaan tersebut, saat ini juga merupakan waktu yang tepat untuk merangsang guru agar mulai menggunakan teknologi dalam upaya pengembangan sumber daya manusia.Namun demikian, media pembelajaran berbasis ICT dan pemanfaatanya berupa e-learning masih belum banyak dikembangkan dan dimanfaatkan guru di Indonesia. Oleh karena itu, perlu ditumbuhkan kesadaran guru untuk lebih mem perhatikan pada peningkatan kuantitas dan kualitas media pembelajaran berbasis ICT dan pemanfaatannya di Indonesia.
Seorang guru harus mampu mengunakan media pembelajaran berbasis ICT dalam mengajar sesuai metode yang digunakan contohnya mengajar dengan metode diskusi berbasis ICT. Kehadiran Teknologi informasi dan Komunikasi juga memungkinkan diskusi berjalan jarak jauh, tentu saja dalam kemasan diskusi secara tertulis yang lebih mudah. Namun juga bisa dikembangkan diskusi jarak jauh. Tentu saja semua itu ada kelebihan dan kekurangannya.
2. Rumusan Masalah
1.      Apa Pengertian Pengembangan Media
2.      Apa Pengertian Metode Pembelajaran Diskusi
3.      Apa Pengertian ICT/e - Learning
4.      Bagaimana Cara Membuat Skenario Pembelajaran Dengan Metode Diskusi Berbasis ICT
3. Tujuan
1.      Memahami Pengembangan Media Pembelajaran
2.      Mengetahui metode diskusi
3.      Mengetahu ICT/e - Learning
4.      Mengetahui Cara Membuat  Skenario pembelajaran dengan metode diskusi berbasis ICT




















BAB II
PEMBAHASAN
1.      Media Pembelajaran

A.    Pengertian Media Pembelajaran 
Media berasal dari kata “Medium” yang berasal dari bahasa latin “Medius” yang berarti “tengah” atau “sedang”. Pengertian media mengarah pada sesuatu yang mengantar/meneruskan informasi (pesan) antara sumber (pemberi pesan) dan penerima pesan (Latuheru, 1988:9). Menurut EACT yang dikutip oleh Rohani (1997 : 2) “media adalah segala bentuk yang dipergunakan untuk proses penyaluran informasi”. Sedangkan pengertian media menurut Djamarah (1995 : 136) adalah “media adalah alat bantu apa saja yang dapat dijadikan sebagai penyalur pesan guna mencapai Tujuan pembelajaran”.
Selanjutnya ditegaskan oleh Purnamawati dan Eldarni (2001 : 4) yaitu : “media adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan minat siswa sedemikian rupa sehingga terjadi proses belajar”.
Menurut McLuhan (dalam Sihkabuden, 1985:2) media merupakan suatu sarana atau channel sebagai perantara antara pemberi pesan kepada penerima pesan. Blacks dan Horalsen (dalam Sihkabuden, 1999:1) juga mempunyai pendapat tentang media. Menurut mereka, media adalah saluran komunikasi atau medium yang digunakan untuk membawa atau menyampaikan suatu pesan di mana medium itu merupakan jalan atau alat dengan suatu pesan berjalan antara komunitor ke komunikan.
Dengan berpedoman pada pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa media adalah suatu alat atau sarana atau perangkat.  Dalam hal ini media bisa berupa Software atau Hardware. Perangkat lunak (software) berisi pesan atau informasi pendidikan yang biasanya disajikan dengan menggunakan peralatan. Sedangkan peralatan atau perangkat keras (hardware) sendiri merupakan sarana untuk dapat menampilkan pesan yang terkandung.
Pembelajaran dapat diartikan sebagai upaya untuk membelajarkan pebelajar. membelajarkan berarti usaha untuk membuat seseorang belajar. Dalam upaya pembelajaran terjadi komunikasi antara pebelajar dengan guru,  pembelajar atau pengajar. Proses ini merupakan bagian proses komunikasi antar manusia (dalam hal ini adalah antara pebelajar dan pembelajar). Dari kedua definisi tersebut maka dapat diartikan bahwa media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim kepada penerima sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan minat pebelajar yang menjurus kearah terjadinya proses belajar.
B.     Jenis – jenis Media pembelajaran
Banyak sekali jenis media yang sudah dikenal dan digunakan dalam penyampaian informasi dan pesan – pesan pembelajaran. Setiap jenis atau bagian dapat pula dikelompokkan sesuai dengan karakteristik dan sifat – sifat media tersebut. Sampai saat ini belum ada kesepakatan yang baku dalam mengelompokkan media. Jadi banyak tenaga ahli mengelompokkan atau membuat klasifikasi media akan tergantung dari sudut mana mereka memandang dan menilai media tersebut.
Penggolongan media pembelajaran menurut Gerlach dan Ely yang dikutip oleh Rohani (1997 : 16) yaitu :
1. Gambar diam, baik dalam bentuk teks, bulletin, papan display, slide, film strip, atau overhead proyektor.
2. Gambar gerak, baik hitam putih, berwarna, baik yang bersuara maupun yang tidak bersuara.
3.      Rekaman bersuara baik dalam kaset maupun piringan hitam.
4.      Televisi
5.      Benda – benda hidup, simulasi maupun model.
6.      Instruksional berprograma ataupun CAI (Computer Assisten Instruction).

Penggolongan media yang lain, jika dilihat dari berbagai sudut  pandang adalah sebagai berikut :
1.      Dilihat dari jenisnya media dapat digolongkan menjadi media Audio, media Visual dan media Audio Visual.
2.      Dilihat dari daya liputnya media dapat digolongkan menjadi media dengan daya liput luas dan serentak, media dengan daya liput yang terbatas dengan ruang dan tempat dan media pengajaran individual.
3.      Dilihat dari bahan pembuatannya media dapat digolongkan menjadi media sederhana (murah dan mudah memperolehnya) dan media komplek.
4.      Dilihat dari bentuknya media dapat digolongkan menjadi media grafis (dua dimensi), media tiga dimensi, dan media elektronik.

C. Prinsip – prinsip memilih media pembelajaran
Setiap media pembelajaran memiliki keunggulan masing – masing, maka dari itulah guru diharapkan dapat memilih media yang sesuai dengan kebutuhan atau tujuan pembelajaran. Dengan harapan bahwa penggunaan media akan mempercepat dan mempermudah pencapaian tujuan pembelajaran.

Beberapa prinsip yang perlu diperhatikan dalam pemilihan media pembelajaran, yaitu :
1) Harus adanya kejelasan tentang maksud dan tujuan pemilihan media pembelajaran. Apakah pemilihan media itu untuk pembelajaran, untuk informasi yang bersifat umum, ataukah sekedar hiburan saja mengisi waktu kosong. Lebih khusus lagi, apakah untuk pembelajaran kelompok atau individu, apakah sasarannya siswa TK, SD, SLTP, SMU, atau siswa pada Sekolah Dasar Luar Biasa, masyarakat pedesaan ataukah masyarakat perkotaan. Dapat pula tujuan tersebut akan menyangkut perbedaan warna, gerak atau suara. Misalnya proses kimia (farmasi), atau pembelajaran pembedahan (kedokteran).
2) Karakteristik Media Pembelajaran. Setiap media pembelajaran mempunyai karakteristik tertentu, baik dilihat dari keunggulannya, cara pembuatan maupun cara penggunaannya. Memahami karakteristik media pembelajaran merupakan kemampuan dasar yang harus dimiliki guru dalam kaitannya pemilihan media pembelajaran. Disamping itu memberikan kemungkinan pada guru untuk menggunakan berbagai media pembelajaran secara bervariasi
3) Alternatif Pilihan, yaitu adanya sejumlah media yang dapat dibandingkan atau dikompetisikan. Dengan demikian guru bisa menentukan pilihan media pembelajaran mana yang akan dipilih, jika terdapat beberapa media yang dapat dibandingkan. Selain yang telah penulis sampaikan di atas, prinsip pemilihan media pembelajaran menurut Harjanto (1997 : 238) yaitu: Tujuan, Keterpaduan (validitas),Keadaan peserta didik, Ketersediaan,Mutu teknis, Biaya Selanjutnya yang perlu kita ingat bersama bahwa tidak ada satu mediapun yang sifatnya bisa menjelaskan semua permasalahan atau materi pembelajaran secara tuntas.

2.      Metode Pembelajaran Diskusi
Diskusi merupakan komunikasi seseorang berbicara satu dengan yang lain, saling berbagi gagasan dan pendapat. Menurut Suryosubroto (1997: 179), adalah suatu percakapan ilmiah oleh beberapa orang yang bergabung dalam suatu kelompok, untuk saling bertukar pendapat tentang suatu masalah atau bersama-sama mencari pemacahan mendapatkan jawaban dan kebenaran atas suatu masalah.
Metode diskusi mendorong siswa untuk berdialog dan bertukar pendapat, dengan tujuan agar siswa dapat terdorong untuk berpartisipasi secara optimal, tanpa ada aturan-aturan yang terlalu keras, namun tetap harus mengikuti etika yang disepakati bersama.
Diskusi digunakan oleh guru apabila hendak:
1.      memanfaatkan berbagai kemampuan yang dimiliki oleh siswa
2.      memberikan kesempatan kepada siswa untuk menyalurkan kemampuannya masing-masing
3.      memperoleh umpan balik dari para siswa tentang apakah tujuan yang telah dirumuskan telah tercapai
4.      membantu para siswa balajar berpikir teoretis dan praktis lewat berbagai mata pelajaran dan kegiatan sekolah
5.      membantu para siswa belajar menilai kemampuan dan peranan diri sendiri maupun teman-temannya (orang lain)
6.      mengembangkan motivasi untuk belajar lebih lanjut
Pemanfaatan diskusi oleh guru mempunyai arti untuk memahami apa yang ada didalam pemikiran siswa dan bagaimana memproses gagasan dan informasi yang diajarkan melalui komunikasi yang terjadi selama pembelajaran yang berlangsung baik antar siswa. Sehingga diskusi menyediakan tatanan sosial dimana guru dapat membantu siswa menganalisis proses berpikir mereka.
Adapun kegiatan guru dalam pelaksanaan metode diskusi sebagai berikut:
1.      Guru menetapkan suatu pokok atau problem yang akan didiskusikan atau guru meminta kepada siswa untuk mengemukakan suatu pokok atau problem yang akan didiskusikan.
2.      Guru menjelaskan tujuan diskusi.
3.      Guru memberikan ceramah dengan diselingi tanya jawab mengenai materi pelajaran yang didiskusikan.
4.      Guru mengatur giliran pembicara agar tidak semua siswa serentak berbicara mengeluarkan pendapat.
5.      Menjaga suasana kelas dan mengatur setiap pembicara agar seluruh kelas dapat mendengarkan apa yang sedang dikemukakan.
6.      Mengatur giliran berbicara agar jangan siswa yang berani dan berambisi menonjolkan diri saja yang menggunakan kesempatan untuk mengeluarkan pendapatnya.
7.      Mengatur agar sifat dan isi pembicaraan tidak menyimpang dari pokok/problem.
8.      Mencatat hal-hal yang menurut pendapat guru harus segera dikoreksi yang memungkinkan siswa tidak menyadari pendapat yang salah.
9.      Bukan lagi menjadi pembicara utama melainkan menjadi pengatur pembicaraan.

Kegiatan siswa dalam pelaksanaan metode diskusi sebagai berikut:
1.      Menelaah topik/pokok masalah yang diajukan oleh guru atau mengusahakan suatu problem dan topik kepada kelas.
2.      Ikut aktif memikirkan sendiri atau mencatat data dari buku-buku sumber atau sumber pengetahuan lainnya, agar dapat mengemukakan jawaban pemecahan problem yang diajukan.
3.      Mengemukakan pendapat baik pemikiran sendiri maupun yang diperoleh setelah membicarakan bersama-sama teman sebangku atau sekelompok.
4.      Mendengar tanggapan reaksi atau tanggapan kelompok lainnya terhadap pendapat yang baru dikemukakan.
5.      Mendengarkan dengan teliti dan mencoba memahami pendapat yang dikemukakan oleh siswa atau kelompok lain.
6.      Menghormati pendapat teman-teman atau kelompok lainnya walau berbeda pendapat.
7.      Mencatat sendiri pokok-pokok pendapat penting yang saling dikemukakan teman baik setuju maupun bertentangan.
8.      Menyusun kesimpulan-kesimpulan diskusi dalam bahasa yang baik dan tepat.
9.      Ikut menjaga dan memelihara ketertiban diskusi.
10.  Tidak bertujuan untuk mencari kemenangan dalam diskusi melainkan berusaha mencari pendapat yang benar yang telah dianalisa dari segala sudut pandang.
Setiap metode pembelajaran memiliki kelebihan dan kelemahan, termasuk juga metode diskusi. Adapun kelebihan metode diskusi yaitu sebagai berikut:
1.      Mendidik siswa untuk belajar mengemukakan pikiran atau pendapat.
2.      Memberi kesempatan kepada siswa untuk memperoleh penjelasan-penjelasan dari berbagai sumber data.
3.      Memberi kesempatan kepada siswa untuk menghayati pembaharuan suatu problem bersama-sama.
4.      Merangsang siswa untuk ikut mengemukakan pendapat sendiri, menyetujui atau menentang pendapat teman-temannya.
5.      Membina suatu perasaan tanggung jawab mengenai suatu pendapat, kesimpulan, atau keputusan yang akan atau telah diambil.
6.      Mengembangkan rasa solidaritas/toleransi terhadap pendapat yang bervariasi atau mungkin bertentangan sama sekali.
Berdiskusi bukan hanya menuntut pengetahuan, siap dan kefasihan berbicara saja tetapi juga menuntut kemampuan berbicara secara sistematis dan logis.
Dengan mendengarkan semua keterangan yang dikemukakan oleh pembicara, pengetahuan dan pandangan siswa mengenai suatu problem akan bertambah luas.
Kelemahan metode diskusi yaitu sebagai berikut:
1.      Tidak semua topik dapat dijadikan metode diskusi hanya hal-hal yang bersifat problematis saja yang dapat didiskusikan.
2.      Diskusi yang mendalam memerlukan banyak waktu.
3.      Sulit untuk menentukan batas luas atau kedalaman suatu uraian diskusi.
4.      Biasanya tidak semua siswa berani menyatakan pendapat sehingga waktu akan terbuang karena menunggu siswa mengemukakan pendapat.
Pembicaraan dalam diskusi mungkin didominasi oleh siswa yang berani dan telah biasa berbicara. Siswa pemalu dan pendiam tidak akan menggunakan kesempatan untuk berbicara.
Dalam metode pembelajaran diskusi terdapat berbagai macam diskusi. Ditinjau dari bentuknya, metode diskusi dapat dibedakan sebagai berikut:
1.      WholeGroup, merupakan bentuk diskusi kelompok besar (pleno, klasikal,paripurna dsb.)
2.      Buzz Group, merupakan diskusi kelompok kecil yang terdiri dari (3-6) orang.
3.      Panel, merupakan diskusi kelompok kecil (3-6) orang yang mendiskusikan objek tertentu dengan cara duduk melingkar yang dipimpin oleh seorang moderator
4.      Syndicate Group, merupakan bentuk diskusi dengan cara membagi kelas menjadi beberapa kelompok kecil yang terdiri dari (3-6) orang yang masing-masing melakukan tugas-tugas yang berbeda.
5.      Brainstorming, merupakan diskusi iuran pendapat, yakni kelompok menyumbangkan ide baru tanpa dinilai, dikritik, dianalisis yang dilaksanakan dengan cepat (waktu pendek).
6.      Simposium, merupakan bentuk diskusi yang dilaksanakan dengan membahas berbagai aspek dengan subjek tertentu. Dalam kegiatan ini sering menggunakan sidang paralel, karena ada beberapa orang penyaji. Setiap penyaji menyajikan karyanya dalam waktu 5-20 menit diikuti dengan sanggahan dan pertanyaan dari audience/peserta. Bahasan dan sanggahan dirumuskan oleh panitia sebagai hasil simposium.
7.      Informal Debate, merupakan diskusi dengan cara membagi kelas menjadi 2 kelompok yang pro dan kontra yang dalam diskusi ini diikuti dengan tangkisan dengan tata tertib yang longgar agar diperoleh kajian yang dimensi dan kedalamannya tinggi.
8.      Seminar, pada umumnya merupakan pertemuan untuk membahas masalah tertentu dengan prasaran serta tanggapan melalui diskusi dan pengkajian untuk mendapatkan suatu konsensus/keputusan bersama. Masalah yang dibahas pada umumnya terbatas dan spesifik/tertentu, bersifat ilmiah dan subject approach.
9.      Lokakarya/widya karya, merupakan pengkajian masalah tertentu melalui pertemuan dengan penyajian prasaran dan tanggapan serta diskusi secara teknis mendalam. Dalam diskusi ini bila perlu diikuti dengan demonstrasi/peragaan masalah tersebut.
Model diskusi yang diterapkan di kelas lebih efektif dengan menggunakan model Buzz Group atau diskusi kelompok. Guru meminta peserta didik membentuk kelompok-kelompok yang terdiri dari 3-6 siswa untuk mendiskusikan tentang permasalahan yang menjadi topik bahasan.
Diskusi yang berhasil dengan baik membutuhkan beberapa anggota yang berpengalaman dalam keterampilan berkomunikasi dan berinteraksi diantara anggota dari guru dan siswa. Juga dibutuhkan aturan yang mendukung pertukaran pendapat secara terbuka dan saling memberi perhatian.Sebagai pemimpin diskusi guru seharusnya secara jelas memfokuskan diskusi, mengendalikan siswa tetap pada jalannya diskusi, mendorong partisipasi siswa dengan mendengarkan seluruh gagasandan pandangan siswa, dan membantu siswa mencatat hal-hal penting dalam diskusi. Adapun langkah-langkah pelaksanaan diskusi, yaitu:
Langkah Pertama
-          Menyampaikan pendahuluan
Kegiatan pendahuluan dimaksudkan untuk menarik minat dan motivasi peserta didik. Kegiatan pendahuluan yang disampaikan dengan menarik akan dapat meningkatkan motivasi belajar peserta didik. Guru dapat memberikan contoh mengenai pasar- pasar yang ada di sekitar lingkungan peserta didik. Peserta didik dapat mengamati   karakteristik dari pasar yang dicontohkan oleh guru.
-          Menyampaikan tujuan diskusi
Guru menyampaikan tujuan dari diskusi yang akan dilakukan. Tujuan dari diskusi mengenai Rukun Iman yaitu supaya peserta didik dapat mengetahui kandungan rukun iman yang ada setelah guru menjelaskan . Selain itu, peserta didik dapat menjelaskan sesuai dengan pendapat mereka sendiri.
-          Guru Memberikan Apersepsi
Dalam hal ini guru memberikan apersepsi. Guru menunjukkan hubungan antara pengetahuan yang telah diperoleh oleh peserta didik sebelumnya dengan topik yang akan dibahas. Pembahasan mengenai rukun iman erat kaitannya dengan materi syahadat.
Langkah Kedua
-          Modeling
Aturan pelaksanaan diskusi dalam model pembelajaran ini harus ditentukan agar setiap siswa dan setiap kelompok dapat bekerja secara maksimal. Aturan pelaksanaan diskusi antara lain meliputi:
a.       Peserta didik dibagi dalam kelompok yang terdiri dari 3-6 siswa, disesuaikan dengan jumlah peserta didik. Pembagian kelompok dapat ditentukan berdasarkan urutan absensi peserta didik atau ditentukan oleh guru.
b.      Setiap kelompok mendapat 1 topik
c.       Peserta didik  diberi waktu untuk berdiskusi selama 20-30 menit.
d.      Hasil diskusi masing-masing kelompok di presentasikan didepan kelas setiap minggunya.
e.       Kelompok yang tidak presentasi dapat memberikan tanggapan berupa sanggahan maupun pertanyaan kepada kelompok yang presentasi.
f.       Diakhir diskusi, setiap peserta didik diberi tugas untuk membuat rangkuman mengenai hasil diskusi.

-          Mengajukan pertanyaan awal/permasalahan
Guru menjelaskan mengenai karakteristik orang yang beriman. Setelah itu, guru memberikan permasalahan yang harus didiskusikan oleh masing-masing kelompok, yaitu:
a.       Menyebutkan masalah menjadi topik yang dibahas oleh masing-masing kelompok
b.      Kelebihan mengenai rukun Iman yang dibahas oleh masing-masing kelompok
c.       Kelemahan mengenai masalah dibahas oleh masing-masing kelompok

Langkah Ketiga
Diawal pertemuan, guru menjelaskan mengenai pengertian dan karakteritikorang beriman. Penjelasan tersebut membantu peserta didik mendapatkan gambaran umum mengenai prilaku dan ciri orang beriman.Setelah guru memberikan penjelasan, diskusi dimulai.
Penyelenggarakan diskusi:
Diskusi dipimpin oleh guru. Guru bertugas memonitor jalannya diskusi, mendengarkan gagasan siswa, menyampaikan gagasan sendiri dan meluruskan pendapat peserta didik jika terjadi kekeliruan.
Peserta didik duduk melingkar sesuai dengan kelompoknya masing-masing. Dalam setiap kelompok ditunjuk satu sekretaris untuk mencatat setiap pendapat/argumen dari setiap anggota kelompok. Setiap anggota diberi hak yang sama untuk mengutarakan pendapatnya sesuai dengan pemahaman dan pemikiran terhadap topik yang dibahas.
Waktu diskusi ditentukan oleh guru yaitu selama 20-30 menit.
Setelah waktu diskusi habis, masing-masing kelompok mempresentasikan hasil diskusinya di depan kelas. Kelompok yang presentasi mengutarakan pendapatnya mengenai pasar yang menjadi topik bahasan. Guru memberikan kesempatan kepada kelompok yang lain untuk memberikan tanggapan baik berupa sanggahan maupun pertanyaan.
Setiap pertanyaan yang diajukan oleh peserta didik dijawab oleh kelompok yang presentasi.
Guru berhak memotong jalannya diskusi apabila ada peserta didik yang saling beradu argumen, dan meluruskan pendapat dari masing-masing peserta didik.
Diakhir diskusi, guru memberikan penjelasan mengenai permasalahan yang dibahas oleh kelompok yang presentasi. Serta memberikan tugas kepada semua peserta didik untuk meresume/merangkum hasil diskusi.
Langkah Keempat
Guru menutup diskusi dengan merangkum atau mengungkapkan makna mengenai diskusi yang telah diselenggarakan kepada peserta didik. Guru merangkum mengenai kelebihan, kelemahan dan peranan pemerintah terhadap macam-macam pasar berdasarkan buku acuan/sumber data.
Langkah Kelima
Guru memberikan tanya jawab singkat guna membantu peserta didik membuat rangkuman mengenai karakter orang beriman, manfaat keimanan bagi kaum muslimin, dengan menggunakan bahasanya sendiri.
EVALUASI
Evaluasi dilakukan untuk mengetahui kemampuan peserta didik dalam mengungkapkan pendapatnya tentang permasalahan yang menjadi topic bahasan masing-masing kelompok yaitu mengenai ciri-ciri orang beriman. Evaluasi sebaiknya dilakukan setiap minggu setelah peserta didik mempresentasikan hasil diskusi masing-masing kelompok. Guru dapat memberikan evaluasi dengan cara memberikan penjelasan dari buku sumber mengenai topik yang dibahas oleh kelompok yang presentasi. Namun, penjelasan ini bukan merupakan acuan jawaban yang benar. Guru tidak dapat menyalahkan pendapat peserta didik. Guru harus menghargai pendapat setiap peserta didik.
3.      Pengertian ICT/e-Learning

A.     e - Learning
Elektronik atau belajar dengan bantuan komputer sudah ada sejak 1970.
Dengan menggunakan monitor layar hijau melalui sebuah komputer   mainframe berkecepatan rendah, tetapi apakah metode tersebut dapat dikatakan sebagai e-Learning. Tentu saja hal tersebut bukan merupakan jawaban yang tepat mengenai e-Learning. Tanpa definisi yang jelas mengenai e-Learning, sangatlah sulitmemutuskan benar atau tidak untuk disebut sebagai e-Learning.
B.     Definisi e-Learning
Berbagai pendapat dikemukan untuk dapat mendefinisikan e-Learning secara tepat. e-Learning sendiri adalah salah satu bentuk dari konsep Distance Learning..Bentuk e-Learning sendiri cukup luas, sebuah portal yang berisi informasi ilmu pengetahuan sudah dapat dikatakan sebagai situs e-Learning.E-Learning atau Internet enabled learning menggabungkan metode pengajaran dan teknologi sebagai sarana dalam belajar. (Dr. Jo Hamilton-Jones).e-Learning adalah proses belajar secara efektif yang dihasilkan dengan cara menggabungkan penyampaian materi secara digital yang terdiri dari dukungan danlayanan dalam belajar. (Vaughan Waller, 2001) 6
Definisi lain dari e-Learning adalah proses instruksi yang melibatkan penggunaan peralatan elektronik dalam menciptakan, membantu perkembangan, menyampaikan, menilai dan memudahkan suatu proses belajar mengajar dimana pelajar sebagai pusatnya serta dilakukan secara interaktif kapanpun dan dimanapun.
C.     Konsep e-Learning
Metode pengajaran tradisional masih kurang efektif jika dibandingkan dengan metode pengajaran modern. Sistem e-Learning diharapkan bukan sekedar menggantikan tetapi diharapkan pula untuk dapat menambahkan metode dan materi pengajaran tradisional seperti diskusi dalam kelas, buku, CD-ROM dan pelatihan komputer non internet.
Berbagai elemen yang terdapat dalam sistem e-Learning adalah :
* Soal-soal : materi dapat disediakan dalam bentuk modul, adanya soalsoal yang disediakan dan hasil pengerjaannya dapat ditampilkan. Hasil tersebut dapat dijadikan sebagai tolak ukur dan pelajar mendapatkan apa yang dibutuhkan.
* Komunitas : para pelajar dapat mengembangkan komunitas online untuk memperoleh dukungan dan berbagi informasi yang saling menguntungkan.
* Pengajar online : para pengajar selalu online untuk memberikan arahan kepada para pelajar, menjawab pertanyaan dan membantu dalam diskusi.
* Kesempatan bekerja sama : Adanya perangkat lunak yang dapat mengatur pertemuan online sehingga belajar dapat dilakukan secara bersamaan atau realtime tanpa kendala jarak.
* Multimedia : penggunaan teknologi audio dan video dalam penyampaian materi sehingga menarik minat dalam belajar.
D.    Kelebihan dan Kekurangan e-Learning
v    Kelebihan e-Learning
Dalam bentuk beragam, e-Learning menawarkan sejumlah besar keuntungan yang tidak ternilai untuk pengajar dan pelajar :
-          Pengalaman pribadi dalam belajar : pilihan untuk mandiri dalam belajarmenjadikan siswa untuk berusaha melangkah maju, memilih sendiri peralatanyang digunakan untuk penyampaian belajar mengajar, mengumpulkan bahanbahan sesuai dengan kebutuhan.
-          Mengurangi biaya : lembaga penyelenggara e-Learning dapat mengurangi bahkan menghilangkan biaya perjalanan untuk pelatihan, menghilangkan biaya pembangunan sebuah kelas dan mengurangi waktu yang dihabiskan oleh pelajaruntuk pergi ke sekolah.
-          Mudah dicapai: pemakai dapat dengan mudah menggunakan aplikasi e-Learningdimanapun juga selama mereka terhubung ke internet. e-Learning dapat dicapaioleh para pemakai dan para pelajar tanpa dibatasi oleh jarak, tempat dan waktu.
-          Kemampuan bertanggung jawab : Kenaikan tingkat, pengujian, penilaian, dan pengesahan dapat diikuti secara otomatis sehingga semua peserta (pelajar,pengembang dan pemilik) dapat bertanggung jawab terhadap kewajiban merekamasing- masing di dalam proses belajar mengajar.
-          ICT dapat menghadirkan informasi baru sehingga membantu siswa memahami hal-hal yang belum dipahami.
Menggunakan ICT bagi guru pada hakekatnya mengembangkan cara mengajar sesuai dengan kemajuan tehnologi terutama dapat mengikuti perkembangan Negara-negara maju. Merangsang daya kreatifitas berpikir siswa.
v  Kekurangan e-Learning
Beberapa kekurangan yang dimiliki oleh pemanfaatan e-Learning:
-          Kurangnya interaksi antara pengajar dan pelajar atau bahkan antar pelajar itu sendiri. Kurangnya interaksi ini bisa memperlambat terbentuknya values dalam proses belajar mengajar.
-          Kecenderungan mengabaikan aspek akademik atau aspek sosial dan sebaliknya mendorong tumbuhnya aspek bisnis/komersial.
-          Proses belajar mengajar cenderung ke arah pelatihan daripada pendidikan.
-          Berubahnya peran pengajar dari yang semula menguasai teknik pembelajaran konvensional, kini juga dituntut mengetahui teknik pembelajaran yang menggunakan ICT (Information, Communication and Technology).
-          Tidak semua tempat tersedia fasilitas internet ( mungkin hal ini berkaitan dengan masalah tersedianya listrik, telepon ataupun komputer).
-          Kurangnya mereka yang mengetahui dan memiliki keterampilan tentang internet.
-          Kurangnya penguasaan bahasa komputer.

4.      Skenario Pembelajaran Diskusi
Contoh Skenario RPP Berbasis CTL
Berikut terdapat 2 buah contoh RPP yang menggunakan pendekatan CTL, sebagai bahan untuk didiskusikan oleh para guru dalam meningkatkan proses pembelajaran sehingga lebih bermakna bagi siswa. Format berikut sebenarnya tidak baku guru memungkinkan untuk mengembangkan Skenario atau Rencana Pembelajaran yang memungkinkan berbagai model dapat dilakukan dalam proses pembelajaran.
cintoh 1.
SKENARIO/RENCANA PEMBELAJARAN
MODEL: COOPERATIVE LEARNING
TEKNIK: JIGSAW

Jenis sekolah
:
SMP
Mata pelajaran
:
IPS (Geografi)
Kelas/semester
:
VII/Dua
Standar kompetensi
:
Kemampuan memahami perubahan unsur-unsur fisik muka bumi dan pengaruhnya terhadap kehidupan manusia di muka bumi
Kompetensi dasar
:
Kemampuan mendeskripsikan proses-proses yang terjadi di atmosfer dan pengaruhnya terhadap kehidupan
Materi pokok
:
Atmosfer dan pengaruhnya bagi kehidupan
Indicator
:
1.   Mendeskripsikan sifat-sifat atmosfer bumi.
2.   Mendeskripsikan cuaca dan iklim.
3.   Menghitung suhu udara daerah berdasarkan ketinggian.
4.   Menunjukan alat pengukur cuaca dan cara kerjanya.
waktu
:
2 x 40 menit
Tujuan
:
Memfasilitasi siswa agar dapat mendeskripsikan proses-proses yang terjadi di atmosfer.
Media
:
Kartu pembelajaran dan lembar kerja siswa yang berkaitan dengan atmosfer dan pengaruhnya terhadap kehidupan.
Pendekatan
:
CTL
Model pembelajaran/teknik
:
Cooperative learning/jigsaw
Metode
:
Diskusi, Tanya-jawab
Scenario/strategi pembelajaran
1.   Pendahuluan
:
10 menit
a.   Siswa mendapat penjelasan mengenai kegiatan yang akan dilakukan sesuai dengan tujuan yang akan dicapai.
b.   Mengadakan tanya jawab mengenai atmosfer dan pengaruhnya bagi kehidupan yang sudah dimiliki siswa. (constructivisme and questioning)
2.   Kegiatan inti
:
55 menit
a.   Siswa dibagi kedalam 6 kelompok induk masing-masing anggota kelompok yang nomornya sama membentuk kelompok ahli.
b.   Setiap kelompok ahli mendapat kartu pembelajaran yang harus didiskusikan (inquiry and learning community. Kelompok ahli 1 dan 2 mendapatkan kartu no. 1 tentang lapisan atmosfer, kelompok 3 dan 4 mendapat kartu no. 2 tentang wacana cuaca dan iklim , dan kelompok ahli 5 dan 6 mendapatkan kartu no. 3 tentang alat-alat pengukur cuaca (modeling).
c.   Kelompok ahli 1membahas soal no. 1-3 yang ada dalam kartu no.1 dan kelompok ahli 2 membahas soal no. 4-6.
d.   Kelompok ahli 3 membahas soal no. 1-2 yang ada dalam kartu no. 2 dan kelompok ahli 4 membahas soal no. 3-4
e.   Kelompok ahli 5 membahas soal no. 1-2 yang ada dalam kartu no. 3 dan kelompok ahli 6 membahas soal no. 3-4
f.    Setelah selesai berdiskusi masing-masing kelompok ahli kembali ke kelompok induk untuk melaporkan hasil pembahasan di kelompok ahli, sehingga nantinya dalam kelompok induk akan diperoleh laporan yang lengkap tentang bahasan pembelajaran yang dilaksanakan.
g.   Masing-masing perwakilan dalam kelompok induk mempresentasikan hasil pembahasanya, kelompok lainnya menanggapi dan melengkapi.
3.   Penutup
:
15 menit
a.   Guru memberikan penegasan terhadap hasil diskusi dan presentasi siswa.
b.   Menugaskan siswa untuk membuat laporan secara individu mengenai bahasan LKS pada hari itu. (reflection)
penilaian
:
a.   Partisipasi siswa dalam kelompok
b.   Keberanian mengungkapkan pendapat
c.   Laporan individu
(authentic assessment)


LEMBAR OBSERVASI AKTIVITAS DALAM PEMBELAJARAN
(AUTHENTIC ASSESSMENT)

No.
Nama siswa
Kegiatan
Presentasi
Menanggapi
Bertanya
Menjawab
Total
1.
2.
3.
4.
5.

Keterkaitan rencana pembelajaran dengan komponen CTL.
1.  Kontruktivisme tercermin pada kegiatan Tanya jawab mengenai atmosfer dan pengaruhnya terhadap kehidupan yang sudah dimiliki siswa, yaitu siswa mencoba mengungkapkan konsepsi awal tentang atmosfer dan pengaruhnya terhadap kehidupan. Tahap eksplorasi dilakukan pada tahap berikutnya.
2.  Inquiry dikembangkan saat siswa berdiskusi, menggali informasi dari buku dan mengerjakan lembar kerja.
3.  Questioning dilakukan pada saat terjadi tanya jawab baik dengan guru maupun dengan dengan sesama teman  dalam kelompok atau antar kelompok.
4.  Learning community tercermin dalam kegiatan diskusi.
5.  Modeling dalam rencana pembelajaran ini adalah model yang digunakan berupa gambar lapisan atmosfer pada lembar kerja serta alat-alat pengukur cuaca dan iklim.
6.  Reflection tercermin di akhir pembelajaran yaitu dengan menugaskan siswa untuk membuat laporan /catatan hasil pembahasan.
7.  Authentic assessment tercermin dalam penilailan yang menekankan pada berbagai aspek.


Contoh Kartu Pembelajaran
(Untuk Contoh Skenario/Rencana Pembelajaran)
Model: Cooperative Learning
                                                                        Teknik : Jigsaw
Kartu 1
(Untuk Kelompok Ahli 1 dan 2)

LAPISAN ATMOSFER

Amati gambar di atas lalu diskusikan, kemudian gali informasi dari buku. Jawablah pertanyaan berikut ini!
Kelompok ahli 1 membahas soal no. 1 – 3
Kelompok ahli 2 membahas soal no. 4 – 6
1.    Jelaskan ciri-ciri lapisan troposfer pada atmosfer bumi.
2.    Jelaskan ciri-ciri lapisan mesosfer.
3.    Pada lapisan mana terjadi proses cuaca serta lapisan ozon.
4.    Jelaskan ciri-ciri lapisan stratosfer.
5.    Jelaskan ciri-ciri lapisan thermosfer.
6.    Berapakah suhu udara di Lembang yang ketinggiannya 1500 m dpl, jika suhu di Bandung yang ketinggiannya 700 m dpltercatat 260 c, bila diketahui ketentuan setiap kenaikan ketinggian 100m suhu turun 0,650c.





BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan

-          Media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim kepada penerima sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan minat pebelajar yang menjurus kearah terjadinya proses belajar.

-          Diskusi merupakan komunikasi seseorang berbicara satu dengan yang lain, saling berbagi gagasan dan pendapat, atau suatu percakapan ilmiah oleh beberapa orang yang bergabung dalam suatu kelompok, untuk saling bertukar pendapat tentang suatu masalah atau bersama-sama mencari pemacahan mendapatkan jawaban dan kebenaran atas suatu masalah.

-          Scenario pembelajaranmetodediskusidirancangoleh guru sesuaidenganhasilanalisiskebutuhan. Aturan pelaksanaan diskusi dalam model pembelajaran ini harus ditentukan agar setiap siswa dan setiap kelompok dapat bekerja secara maksimal.

B.     Saran-saran

-          Kepadaparapraktisipendidikan, hendaklahselalumeningkatkankualitasdiri, agar proses pembelajaranberjalansemakinbaik. Perbaikanmasadepanbangsa yang paling praktisdanefektifadalahmelaluijalurpendidikan.  

-          Kepada rekan-rekan mahasiswa Pasca Sarjana Magister Teknologi Pendidikan, engkaulah  orang-orang yang lebih dahulu menerima pencerahan pendidikan di antara guru-guru yang belum melanjutkan ke Pasca sarjana MTP, jadilah orang yang cepat mengadopsi pembaharuan positif di bidang pendidikan.

-          Kepadaparapembaca, mudah-mudahantulisaninibermanfaat. 




DAFTAR PUSTAKA

-        Arsyad, Azhar. (2007). Media Pembelajaran. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
-        Bretz, Rudy. 1971. A Taxonomi of Communication Media. Education Technology Publication, Englewood, Cliffs, N.J
-        Gagne, R.M. (1970) The Condition of Learning. New York Hort Rinehart, and Winston, Inc. (Original work published 1965)
-        Briggs, Leslie J. (1970) Instructional Design Principle and Aplication. New Jersey: Prentice Hall inc.
-        Heinich, Molenda, dan Russel, 1969. Instructional Media. New York: Macmillan
-        Miarso, Yusufhadi. (2004) Menyemai Benih Teknologi Pendidikan. Jakarta: Prenada Media.
-        Nana Sudjana, Ahmad Rivai. (2005). Media Pengajaran. Bandung: Sinar Baru Algendindo.
-        Sadiman, Arief S., R. Rahardjo, Anung Haryono, Rahardjito. 1990. Media
-        Pendidikan: Pengertian, Pengembangan, dan Pemanfaatannya. Jakarta: CV Rajawali.
-        Schramm, Wilbur. 1977. Big Media and Little Media. Tools and Technology for Instruction, Sage Publications. Inc California
-        Susilana, Rudi & Cepi Riyana. (2007). Media Pembelajaran. Bandung: CV Wacana Prima.
-        Kukuh Setyo Prakorso, Membangun eLearning dengan Moodle, Penerbit Andi Yogyakarta, 2005




Tidak ada komentar:

Posting Komentar