BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Memanfaatkan teknologi informasi dan
komunikasi di sekolah merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan mutu
pendidikan. Berbagai penelitian baik di
dalam maupun di luar negeri menunjukkan bahwa pemanfaatan bahan ajar yang
dikemas dalam bentuk media berbasi ICT dapat meningkatkan kualitas pendidikan.
Bersamaan dengan itu, pada generasi
e–learning ini, kesadaran guru akan proses belajar mengajar dengan
menggunakan media ICT akan semakin besar. Diskusi juga merupakan metode
pembelajaran yang merangsang peserta didik aktif membaca, berfikir, menulis dan
menyampaikan gagasan serta mempertahankannya dengan argumentasi yang
ilmiah.
Berangkat dari keadaan tersebut, saat ini juga
merupakan waktu yang tepat untuk merangsang guru agar mulai menggunakan
teknologi dalam upaya pengembangan sumber daya manusia.Namun demikian, media
pembelajaran berbasis ICT dan pemanfaatanya berupa e-learning masih belum
banyak dikembangkan dan dimanfaatkan guru di Indonesia. Oleh karena itu, perlu
ditumbuhkan kesadaran guru untuk lebih mem perhatikan pada peningkatan
kuantitas dan kualitas media pembelajaran berbasis ICT dan pemanfaatannya di
Indonesia.
Seorang guru harus mampu mengunakan media
pembelajaran berbasis ICT dalam mengajar sesuai metode yang digunakan contohnya
mengajar dengan metode diskusi berbasis ICT. Kehadiran Teknologi informasi dan
Komunikasi juga memungkinkan diskusi berjalan jarak jauh, tentu saja dalam kemasan
diskusi secara tertulis yang lebih mudah. Namun juga bisa dikembangkan diskusi
jarak jauh. Tentu saja semua itu ada kelebihan dan kekurangannya.
2. Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian Pengembangan Media
2. Apa Pengertian Metode Pembelajaran Diskusi
3. Apa Pengertian ICT/e - Learning
4. Bagaimana Cara Membuat Skenario Pembelajaran Dengan Metode Diskusi Berbasis
ICT
3. Tujuan
1. Memahami Pengembangan Media Pembelajaran
2. Mengetahui metode diskusi
3. Mengetahu ICT/e - Learning
4. Mengetahui Cara Membuat Skenario
pembelajaran dengan metode diskusi berbasis ICT
BAB II
PEMBAHASAN
1.
Media Pembelajaran
A. Pengertian Media Pembelajaran
Media berasal dari kata “Medium” yang berasal dari bahasa
latin “Medius” yang berarti “tengah” atau “sedang”. Pengertian media mengarah
pada sesuatu yang mengantar/meneruskan informasi (pesan) antara sumber (pemberi
pesan) dan penerima pesan (Latuheru, 1988:9). Menurut EACT yang dikutip oleh
Rohani (1997 : 2) “media adalah segala bentuk yang dipergunakan untuk proses
penyaluran informasi”. Sedangkan pengertian media menurut Djamarah (1995 : 136)
adalah “media adalah alat bantu apa saja yang dapat dijadikan sebagai penyalur
pesan guna mencapai Tujuan pembelajaran”.
Selanjutnya ditegaskan oleh Purnamawati dan
Eldarni (2001 : 4) yaitu : “media adalah segala sesuatu yang dapat digunakan
untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima sehingga dapat merangsang
pikiran, perasaan, perhatian dan minat siswa sedemikian rupa sehingga terjadi
proses belajar”.
Menurut McLuhan (dalam Sihkabuden, 1985:2) media
merupakan suatu sarana atau channel sebagai perantara antara pemberi pesan
kepada penerima pesan. Blacks dan Horalsen (dalam Sihkabuden, 1999:1) juga
mempunyai pendapat tentang media. Menurut mereka, media adalah saluran
komunikasi atau medium yang digunakan untuk membawa atau menyampaikan suatu
pesan di mana medium itu merupakan jalan atau alat dengan suatu pesan berjalan
antara komunitor ke komunikan.
Dengan berpedoman pada pendapat di atas maka dapat
disimpulkan bahwa media adalah suatu alat atau sarana atau perangkat. Dalam hal ini media bisa berupa Software atau
Hardware. Perangkat lunak (software) berisi pesan atau informasi pendidikan
yang biasanya disajikan dengan menggunakan peralatan. Sedangkan peralatan atau
perangkat keras (hardware) sendiri merupakan sarana untuk dapat menampilkan
pesan yang terkandung.
Pembelajaran dapat diartikan sebagai upaya untuk membelajarkan
pebelajar. membelajarkan berarti usaha untuk membuat seseorang belajar. Dalam
upaya pembelajaran terjadi komunikasi antara pebelajar dengan guru, pembelajar atau pengajar. Proses ini
merupakan bagian proses komunikasi antar manusia (dalam hal ini adalah antara
pebelajar dan pembelajar). Dari kedua definisi tersebut maka dapat diartikan
bahwa media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk
menyalurkan pesan dari pengirim kepada penerima sehingga dapat merangsang
pikiran, perasaan, perhatian, dan minat pebelajar yang menjurus kearah
terjadinya proses belajar.
B. Jenis – jenis Media pembelajaran
Banyak sekali jenis media yang sudah dikenal
dan digunakan dalam penyampaian informasi dan pesan – pesan pembelajaran.
Setiap jenis atau bagian dapat pula dikelompokkan sesuai dengan karakteristik
dan sifat – sifat media tersebut. Sampai saat ini belum ada kesepakatan yang
baku dalam mengelompokkan media. Jadi banyak tenaga ahli mengelompokkan atau
membuat klasifikasi media akan tergantung dari sudut mana mereka memandang dan
menilai media tersebut.
Penggolongan media pembelajaran menurut
Gerlach dan Ely yang dikutip oleh Rohani (1997 : 16) yaitu :
1. Gambar diam, baik dalam bentuk teks, bulletin, papan display, slide, film
strip, atau overhead proyektor.
2. Gambar gerak, baik hitam putih, berwarna, baik yang bersuara maupun yang
tidak bersuara.
3. Rekaman bersuara baik dalam kaset maupun piringan hitam.
4. Televisi
5. Benda – benda hidup, simulasi maupun model.
6.
Instruksional berprograma ataupun CAI
(Computer Assisten Instruction).
Penggolongan media yang lain, jika dilihat
dari berbagai sudut pandang adalah
sebagai berikut :
1. Dilihat dari jenisnya media dapat digolongkan menjadi media Audio, media
Visual dan media Audio Visual.
2. Dilihat dari daya liputnya media dapat digolongkan menjadi media dengan
daya liput luas dan serentak, media dengan daya liput yang terbatas dengan ruang
dan tempat dan media pengajaran individual.
3. Dilihat dari bahan pembuatannya media dapat digolongkan menjadi media
sederhana (murah dan mudah memperolehnya) dan media komplek.
4. Dilihat dari bentuknya media dapat digolongkan menjadi media grafis (dua dimensi),
media tiga dimensi, dan media elektronik.
C. Prinsip – prinsip memilih media
pembelajaran
Setiap media pembelajaran memiliki keunggulan
masing – masing, maka dari itulah guru diharapkan dapat memilih media yang
sesuai dengan kebutuhan atau tujuan pembelajaran. Dengan harapan bahwa
penggunaan media akan mempercepat dan mempermudah pencapaian tujuan
pembelajaran.
Beberapa prinsip yang perlu diperhatikan dalam pemilihan media pembelajaran, yaitu :
1) Harus adanya kejelasan tentang maksud dan tujuan pemilihan media pembelajaran. Apakah pemilihan media itu untuk pembelajaran, untuk informasi yang bersifat umum, ataukah sekedar hiburan saja mengisi waktu kosong. Lebih khusus lagi, apakah untuk pembelajaran kelompok atau individu, apakah sasarannya siswa TK, SD, SLTP, SMU, atau siswa pada Sekolah Dasar Luar Biasa, masyarakat pedesaan ataukah masyarakat perkotaan. Dapat pula tujuan tersebut akan menyangkut perbedaan warna, gerak atau suara. Misalnya proses kimia (farmasi), atau pembelajaran pembedahan (kedokteran).
2) Karakteristik Media Pembelajaran. Setiap
media pembelajaran mempunyai karakteristik tertentu, baik dilihat dari
keunggulannya, cara pembuatan maupun cara penggunaannya. Memahami karakteristik
media pembelajaran merupakan kemampuan dasar yang harus dimiliki guru dalam
kaitannya pemilihan media pembelajaran. Disamping itu memberikan kemungkinan
pada guru untuk menggunakan berbagai media pembelajaran secara bervariasi
3) Alternatif Pilihan, yaitu adanya sejumlah
media yang dapat dibandingkan atau dikompetisikan. Dengan demikian guru bisa
menentukan pilihan media pembelajaran mana yang akan dipilih, jika terdapat
beberapa media yang dapat dibandingkan. Selain yang telah penulis sampaikan di
atas, prinsip pemilihan media pembelajaran menurut Harjanto (1997 : 238) yaitu:
Tujuan, Keterpaduan (validitas),Keadaan peserta didik, Ketersediaan,Mutu
teknis, Biaya Selanjutnya yang perlu kita ingat bersama bahwa tidak ada satu
mediapun yang sifatnya bisa menjelaskan semua permasalahan atau materi pembelajaran
secara tuntas.
2. Metode Pembelajaran Diskusi
Diskusi merupakan komunikasi seseorang berbicara satu dengan yang lain,
saling berbagi gagasan dan pendapat. Menurut Suryosubroto (1997: 179), adalah
suatu percakapan ilmiah oleh beberapa orang yang bergabung dalam suatu
kelompok, untuk saling bertukar pendapat tentang suatu masalah atau
bersama-sama mencari pemacahan mendapatkan jawaban dan kebenaran atas suatu
masalah.
Metode diskusi mendorong siswa untuk berdialog dan bertukar pendapat,
dengan tujuan agar siswa dapat terdorong untuk berpartisipasi secara optimal,
tanpa ada aturan-aturan yang terlalu keras, namun tetap harus mengikuti etika
yang disepakati bersama.
Diskusi digunakan oleh guru apabila hendak:
1. memanfaatkan berbagai
kemampuan yang dimiliki oleh siswa
2. memberikan kesempatan
kepada siswa untuk menyalurkan kemampuannya masing-masing
3. memperoleh umpan balik
dari para siswa tentang apakah tujuan yang telah dirumuskan telah tercapai
4. membantu para siswa
balajar berpikir teoretis dan praktis lewat berbagai mata pelajaran dan
kegiatan sekolah
5. membantu para siswa
belajar menilai kemampuan dan peranan diri sendiri maupun teman-temannya (orang
lain)
6. mengembangkan motivasi
untuk belajar lebih lanjut
Pemanfaatan diskusi oleh guru mempunyai arti untuk memahami apa yang ada
didalam pemikiran siswa dan bagaimana memproses gagasan dan informasi yang
diajarkan melalui komunikasi yang terjadi selama pembelajaran yang berlangsung
baik antar siswa. Sehingga diskusi menyediakan tatanan sosial dimana guru dapat
membantu siswa menganalisis proses berpikir mereka.
Adapun kegiatan guru dalam pelaksanaan metode diskusi sebagai berikut:
1. Guru menetapkan suatu
pokok atau problem yang akan didiskusikan atau guru meminta kepada siswa untuk
mengemukakan suatu pokok atau problem yang akan didiskusikan.
2. Guru menjelaskan tujuan
diskusi.
3. Guru memberikan ceramah
dengan diselingi tanya jawab mengenai materi pelajaran yang didiskusikan.
4. Guru mengatur giliran
pembicara agar tidak semua siswa serentak berbicara mengeluarkan pendapat.
5. Menjaga suasana kelas dan
mengatur setiap pembicara agar seluruh kelas dapat mendengarkan apa yang sedang
dikemukakan.
6. Mengatur giliran berbicara
agar jangan siswa yang berani dan berambisi menonjolkan diri saja yang
menggunakan kesempatan untuk mengeluarkan pendapatnya.
7. Mengatur agar sifat dan
isi pembicaraan tidak menyimpang dari pokok/problem.
8. Mencatat hal-hal yang
menurut pendapat guru harus segera dikoreksi yang memungkinkan siswa tidak
menyadari pendapat yang salah.
9. Bukan lagi menjadi
pembicara utama melainkan menjadi pengatur pembicaraan.
Kegiatan siswa dalam pelaksanaan metode diskusi sebagai berikut:
1.
Menelaah topik/pokok masalah yang diajukan oleh guru atau mengusahakan
suatu problem dan topik kepada kelas.
2.
Ikut aktif memikirkan sendiri atau mencatat data dari buku-buku sumber atau
sumber pengetahuan lainnya, agar dapat mengemukakan jawaban pemecahan problem
yang diajukan.
3.
Mengemukakan pendapat baik pemikiran sendiri maupun yang diperoleh setelah
membicarakan bersama-sama teman sebangku atau sekelompok.
4.
Mendengar tanggapan reaksi atau tanggapan kelompok lainnya terhadap
pendapat yang baru dikemukakan.
5.
Mendengarkan dengan teliti dan mencoba memahami pendapat yang dikemukakan
oleh siswa atau kelompok lain.
6.
Menghormati pendapat teman-teman atau kelompok lainnya walau berbeda
pendapat.
7.
Mencatat sendiri pokok-pokok pendapat penting yang saling dikemukakan teman
baik setuju maupun bertentangan.
8.
Menyusun kesimpulan-kesimpulan diskusi dalam bahasa yang baik dan tepat.
9.
Ikut menjaga dan memelihara ketertiban diskusi.
10.
Tidak bertujuan untuk mencari kemenangan dalam diskusi melainkan berusaha
mencari pendapat yang benar yang telah dianalisa dari segala sudut pandang.
Setiap metode pembelajaran memiliki kelebihan dan kelemahan, termasuk juga
metode diskusi. Adapun kelebihan metode diskusi yaitu sebagai berikut:
1.
Mendidik siswa untuk belajar mengemukakan pikiran atau pendapat.
2.
Memberi kesempatan kepada siswa untuk memperoleh penjelasan-penjelasan dari
berbagai sumber data.
3.
Memberi kesempatan kepada siswa untuk menghayati pembaharuan suatu problem
bersama-sama.
4.
Merangsang siswa untuk ikut mengemukakan pendapat sendiri, menyetujui atau
menentang pendapat teman-temannya.
5.
Membina suatu perasaan tanggung jawab mengenai suatu pendapat, kesimpulan,
atau keputusan yang akan atau telah diambil.
6.
Mengembangkan rasa solidaritas/toleransi terhadap pendapat yang bervariasi
atau mungkin bertentangan sama sekali.
Berdiskusi bukan hanya menuntut pengetahuan, siap dan kefasihan berbicara
saja tetapi juga menuntut kemampuan berbicara secara sistematis dan logis.
Dengan mendengarkan semua keterangan yang dikemukakan oleh pembicara,
pengetahuan dan pandangan siswa mengenai suatu problem akan bertambah luas.
Kelemahan metode diskusi yaitu sebagai berikut:
1.
Tidak semua topik dapat dijadikan metode diskusi hanya hal-hal yang
bersifat problematis saja yang dapat didiskusikan.
2.
Diskusi yang mendalam memerlukan banyak waktu.
3.
Sulit untuk menentukan batas luas atau kedalaman suatu uraian diskusi.
4.
Biasanya tidak semua siswa berani menyatakan pendapat sehingga waktu akan
terbuang karena menunggu siswa mengemukakan pendapat.
Pembicaraan dalam diskusi mungkin didominasi oleh siswa yang berani dan
telah biasa berbicara. Siswa pemalu dan pendiam tidak akan menggunakan
kesempatan untuk berbicara.
Dalam metode pembelajaran diskusi terdapat berbagai macam diskusi. Ditinjau
dari bentuknya, metode diskusi dapat dibedakan sebagai berikut:
1.
WholeGroup, merupakan bentuk diskusi kelompok besar (pleno,
klasikal,paripurna dsb.)
2.
Buzz Group, merupakan diskusi kelompok kecil yang terdiri dari (3-6) orang.
3.
Panel, merupakan diskusi kelompok kecil (3-6) orang yang mendiskusikan
objek tertentu dengan cara duduk melingkar yang dipimpin oleh seorang moderator
4.
Syndicate Group, merupakan bentuk diskusi dengan cara membagi kelas menjadi
beberapa kelompok kecil yang terdiri dari (3-6) orang yang masing-masing
melakukan tugas-tugas yang berbeda.
5.
Brainstorming, merupakan diskusi iuran pendapat, yakni kelompok
menyumbangkan ide baru tanpa dinilai, dikritik, dianalisis yang dilaksanakan
dengan cepat (waktu pendek).
6.
Simposium, merupakan bentuk diskusi yang dilaksanakan dengan membahas
berbagai aspek dengan subjek tertentu. Dalam kegiatan ini sering menggunakan
sidang paralel, karena ada beberapa orang penyaji. Setiap penyaji menyajikan
karyanya dalam waktu 5-20 menit diikuti dengan sanggahan dan pertanyaan dari
audience/peserta. Bahasan dan sanggahan dirumuskan oleh panitia sebagai hasil
simposium.
7.
Informal Debate, merupakan diskusi dengan cara membagi kelas menjadi 2
kelompok yang pro dan kontra yang dalam diskusi ini diikuti dengan tangkisan
dengan tata tertib yang longgar agar diperoleh kajian yang dimensi dan
kedalamannya tinggi.
8.
Seminar, pada umumnya merupakan pertemuan untuk membahas masalah tertentu
dengan prasaran serta tanggapan melalui diskusi dan pengkajian untuk
mendapatkan suatu konsensus/keputusan bersama. Masalah yang dibahas pada
umumnya terbatas dan spesifik/tertentu, bersifat ilmiah dan subject approach.
9.
Lokakarya/widya karya, merupakan pengkajian masalah tertentu melalui
pertemuan dengan penyajian prasaran dan tanggapan serta diskusi secara teknis
mendalam. Dalam diskusi ini bila perlu diikuti dengan demonstrasi/peragaan
masalah tersebut.
Model diskusi yang diterapkan di kelas lebih efektif dengan menggunakan
model Buzz Group atau diskusi kelompok. Guru meminta peserta didik membentuk
kelompok-kelompok yang terdiri dari 3-6 siswa untuk mendiskusikan tentang
permasalahan yang menjadi topik bahasan.
Diskusi yang berhasil dengan baik membutuhkan beberapa anggota yang
berpengalaman dalam keterampilan berkomunikasi dan berinteraksi diantara
anggota dari guru dan siswa. Juga dibutuhkan aturan yang mendukung pertukaran
pendapat secara terbuka dan saling memberi perhatian.Sebagai pemimpin diskusi
guru seharusnya secara jelas memfokuskan diskusi, mengendalikan siswa tetap
pada jalannya diskusi, mendorong partisipasi siswa dengan mendengarkan seluruh
gagasandan pandangan siswa, dan membantu siswa mencatat hal-hal penting dalam
diskusi. Adapun langkah-langkah pelaksanaan diskusi, yaitu:
Langkah Pertama
-
Menyampaikan pendahuluan
Kegiatan pendahuluan
dimaksudkan untuk menarik minat dan motivasi peserta didik. Kegiatan
pendahuluan yang disampaikan dengan menarik akan dapat meningkatkan motivasi
belajar peserta didik. Guru dapat memberikan contoh mengenai pasar- pasar yang
ada di sekitar lingkungan peserta didik. Peserta didik dapat mengamati karakteristik dari pasar yang dicontohkan
oleh guru.
-
Menyampaikan tujuan diskusi
Guru menyampaikan tujuan
dari diskusi yang akan dilakukan. Tujuan dari diskusi mengenai Rukun Iman yaitu
supaya peserta didik dapat mengetahui kandungan rukun iman yang ada setelah
guru menjelaskan . Selain itu, peserta didik dapat menjelaskan sesuai dengan
pendapat mereka sendiri.
-
Guru Memberikan Apersepsi
Dalam hal ini guru
memberikan apersepsi. Guru menunjukkan hubungan antara pengetahuan yang telah
diperoleh oleh peserta didik sebelumnya dengan topik yang akan dibahas.
Pembahasan mengenai rukun iman erat kaitannya dengan materi syahadat.
Langkah Kedua
-
Modeling
Aturan pelaksanaan diskusi dalam model pembelajaran ini harus ditentukan
agar setiap siswa dan setiap kelompok dapat bekerja secara maksimal. Aturan
pelaksanaan diskusi antara lain meliputi:
a.
Peserta didik dibagi dalam kelompok yang terdiri dari 3-6 siswa,
disesuaikan dengan jumlah peserta didik. Pembagian kelompok dapat ditentukan
berdasarkan urutan absensi peserta didik atau ditentukan oleh guru.
b.
Setiap kelompok mendapat 1 topik
c.
Peserta didik diberi waktu untuk
berdiskusi selama 20-30 menit.
d.
Hasil diskusi masing-masing kelompok di presentasikan didepan kelas setiap
minggunya.
e.
Kelompok yang tidak presentasi dapat memberikan tanggapan berupa sanggahan
maupun pertanyaan kepada kelompok yang presentasi.
f.
Diakhir diskusi, setiap peserta didik diberi tugas untuk membuat rangkuman
mengenai hasil diskusi.
-
Mengajukan pertanyaan awal/permasalahan
Guru menjelaskan mengenai karakteristik orang yang beriman. Setelah itu,
guru memberikan permasalahan yang harus didiskusikan oleh masing-masing
kelompok, yaitu:
a. Menyebutkan masalah menjadi topik yang dibahas oleh masing-masing kelompok
b. Kelebihan mengenai rukun Iman yang dibahas oleh masing-masing kelompok
c. Kelemahan mengenai masalah dibahas oleh masing-masing kelompok
Langkah Ketiga
Diawal pertemuan, guru menjelaskan mengenai pengertian dan
karakteritikorang beriman. Penjelasan tersebut membantu peserta didik
mendapatkan gambaran umum mengenai prilaku dan ciri orang beriman.Setelah guru
memberikan penjelasan, diskusi dimulai.
Penyelenggarakan diskusi:
Diskusi dipimpin oleh guru. Guru bertugas memonitor jalannya diskusi,
mendengarkan gagasan siswa, menyampaikan gagasan sendiri dan meluruskan
pendapat peserta didik jika terjadi kekeliruan.
Peserta didik duduk melingkar sesuai dengan kelompoknya masing-masing.
Dalam setiap kelompok ditunjuk satu sekretaris untuk mencatat setiap
pendapat/argumen dari setiap anggota kelompok. Setiap anggota diberi hak yang
sama untuk mengutarakan pendapatnya sesuai dengan pemahaman dan pemikiran
terhadap topik yang dibahas.
Waktu diskusi ditentukan oleh guru yaitu selama 20-30 menit.
Setelah waktu diskusi habis, masing-masing kelompok mempresentasikan hasil
diskusinya di depan kelas. Kelompok yang presentasi mengutarakan pendapatnya
mengenai pasar yang menjadi topik bahasan. Guru memberikan kesempatan kepada
kelompok yang lain untuk memberikan tanggapan baik berupa sanggahan maupun
pertanyaan.
Setiap pertanyaan yang diajukan oleh peserta didik dijawab oleh kelompok
yang presentasi.
Guru berhak memotong jalannya diskusi apabila ada peserta didik yang saling
beradu argumen, dan meluruskan pendapat dari masing-masing peserta didik.
Diakhir diskusi, guru memberikan penjelasan mengenai permasalahan yang
dibahas oleh kelompok yang presentasi. Serta memberikan tugas kepada semua
peserta didik untuk meresume/merangkum hasil diskusi.
Langkah Keempat
Guru menutup diskusi dengan merangkum atau mengungkapkan makna mengenai
diskusi yang telah diselenggarakan kepada peserta didik. Guru merangkum
mengenai kelebihan, kelemahan dan peranan pemerintah terhadap macam-macam pasar
berdasarkan buku acuan/sumber data.
Langkah Kelima
Guru memberikan tanya jawab singkat guna membantu peserta didik membuat
rangkuman mengenai karakter orang beriman, manfaat keimanan bagi kaum muslimin,
dengan menggunakan bahasanya sendiri.
EVALUASI
Evaluasi dilakukan untuk mengetahui kemampuan peserta didik dalam
mengungkapkan pendapatnya tentang permasalahan yang menjadi topic bahasan
masing-masing kelompok yaitu mengenai ciri-ciri orang beriman. Evaluasi
sebaiknya dilakukan setiap minggu setelah peserta didik mempresentasikan hasil
diskusi masing-masing kelompok. Guru dapat memberikan evaluasi dengan cara
memberikan penjelasan dari buku sumber mengenai topik yang dibahas oleh
kelompok yang presentasi. Namun, penjelasan ini bukan merupakan acuan jawaban
yang benar. Guru tidak dapat menyalahkan pendapat peserta didik. Guru harus
menghargai pendapat setiap peserta didik.
3. Pengertian ICT/e-Learning
A.
e - Learning
Elektronik atau belajar dengan bantuan komputer sudah ada sejak 1970.
Dengan menggunakan monitor layar hijau melalui sebuah komputer
mainframe berkecepatan rendah, tetapi apakah metode tersebut dapat
dikatakan sebagai e-Learning. Tentu saja hal tersebut bukan merupakan jawaban
yang tepat mengenai e-Learning. Tanpa definisi yang jelas mengenai e-Learning,
sangatlah sulitmemutuskan benar atau tidak untuk disebut sebagai e-Learning.
B. Definisi e-Learning
Berbagai pendapat dikemukan untuk dapat mendefinisikan e-Learning secara
tepat. e-Learning sendiri adalah salah satu bentuk dari konsep Distance Learning..Bentuk
e-Learning sendiri cukup luas, sebuah portal yang berisi informasi ilmu
pengetahuan sudah dapat dikatakan sebagai situs e-Learning.E-Learning atau Internet
enabled learning menggabungkan metode pengajaran dan teknologi sebagai
sarana dalam belajar. (Dr. Jo Hamilton-Jones).e-Learning adalah proses
belajar secara efektif yang dihasilkan dengan cara menggabungkan penyampaian
materi secara digital yang terdiri dari dukungan danlayanan dalam belajar. (Vaughan
Waller, 2001) 6
Definisi lain dari e-Learning adalah proses instruksi yang melibatkan penggunaan peralatan elektronik dalam menciptakan, membantu perkembangan, menyampaikan,
menilai dan memudahkan suatu proses belajar mengajar dimana pelajar sebagai
pusatnya serta dilakukan secara interaktif kapanpun dan dimanapun.
C. Konsep e-Learning
Metode pengajaran tradisional masih kurang efektif jika dibandingkan dengan
metode pengajaran modern. Sistem e-Learning diharapkan bukan sekedar
menggantikan tetapi diharapkan pula untuk dapat menambahkan metode dan materi
pengajaran tradisional seperti diskusi dalam kelas, buku, CD-ROM dan pelatihan
komputer non internet.
Berbagai elemen yang terdapat dalam sistem e-Learning adalah :
* Soal-soal : materi dapat disediakan dalam bentuk modul, adanya
soalsoal yang disediakan dan hasil pengerjaannya dapat ditampilkan. Hasil
tersebut dapat dijadikan sebagai tolak ukur dan pelajar mendapatkan apa yang
dibutuhkan.
* Komunitas : para pelajar dapat
mengembangkan komunitas online untuk memperoleh dukungan dan berbagi informasi
yang saling menguntungkan.
* Pengajar online : para pengajar selalu
online untuk memberikan arahan kepada para pelajar, menjawab pertanyaan dan
membantu dalam diskusi.
* Kesempatan bekerja sama : Adanya perangkat lunak
yang dapat mengatur pertemuan online sehingga belajar dapat dilakukan secara
bersamaan atau realtime tanpa kendala jarak.
* Multimedia : penggunaan teknologi
audio dan video dalam penyampaian materi sehingga menarik minat dalam belajar.
D.
Kelebihan dan Kekurangan e-Learning
v Kelebihan e-Learning
Dalam bentuk beragam, e-Learning menawarkan sejumlah besar keuntungan yang
tidak ternilai untuk pengajar dan pelajar :
-
Pengalaman pribadi dalam belajar : pilihan untuk mandiri
dalam belajarmenjadikan siswa untuk berusaha melangkah maju, memilih sendiri
peralatanyang digunakan untuk penyampaian belajar mengajar, mengumpulkan
bahanbahan sesuai dengan kebutuhan.
-
Mengurangi biaya : lembaga penyelenggara
e-Learning dapat mengurangi bahkan menghilangkan biaya perjalanan untuk
pelatihan, menghilangkan biaya pembangunan sebuah kelas dan mengurangi waktu
yang dihabiskan oleh pelajaruntuk pergi ke sekolah.
-
Mudah dicapai: pemakai dapat dengan
mudah menggunakan aplikasi e-Learningdimanapun juga selama mereka terhubung ke
internet. e-Learning dapat dicapaioleh para pemakai dan para pelajar tanpa
dibatasi oleh jarak, tempat dan waktu.
-
Kemampuan bertanggung jawab : Kenaikan tingkat,
pengujian, penilaian, dan pengesahan dapat diikuti secara otomatis sehingga
semua peserta (pelajar,pengembang dan pemilik) dapat bertanggung jawab terhadap
kewajiban merekamasing- masing di dalam proses belajar mengajar.
-
ICT dapat menghadirkan
informasi baru sehingga membantu siswa memahami hal-hal yang belum
dipahami.
Menggunakan ICT bagi guru
pada hakekatnya mengembangkan cara mengajar sesuai dengan kemajuan tehnologi
terutama dapat mengikuti perkembangan Negara-negara maju. Merangsang daya
kreatifitas berpikir siswa.
v Kekurangan e-Learning
Beberapa kekurangan yang dimiliki oleh pemanfaatan e-Learning:
-
Kurangnya interaksi antara pengajar dan pelajar atau bahkan antar
pelajar itu sendiri. Kurangnya interaksi ini bisa memperlambat terbentuknya values
dalam proses belajar mengajar.
-
Kecenderungan mengabaikan aspek akademik atau aspek sosial dan sebaliknya
mendorong tumbuhnya aspek bisnis/komersial.
-
Proses belajar mengajar cenderung ke arah pelatihan daripada pendidikan.
-
Berubahnya peran pengajar dari yang semula menguasai teknik pembelajaran
konvensional, kini juga dituntut mengetahui teknik pembelajaran yang
menggunakan ICT (Information, Communication and Technology).
-
Tidak semua tempat tersedia fasilitas internet ( mungkin hal ini berkaitan
dengan masalah tersedianya listrik, telepon ataupun komputer).
-
Kurangnya mereka yang mengetahui dan memiliki keterampilan tentang
internet.
-
Kurangnya penguasaan bahasa komputer.
4. Skenario Pembelajaran
Diskusi
Contoh Skenario RPP Berbasis CTL
Berikut
terdapat 2 buah contoh RPP yang menggunakan pendekatan CTL, sebagai bahan untuk
didiskusikan oleh para guru dalam meningkatkan proses pembelajaran sehingga
lebih bermakna bagi siswa. Format berikut sebenarnya tidak baku guru
memungkinkan untuk mengembangkan Skenario atau Rencana Pembelajaran yang
memungkinkan berbagai model dapat dilakukan dalam proses pembelajaran.
cintoh 1.
SKENARIO/RENCANA
PEMBELAJARAN
MODEL:
COOPERATIVE LEARNING
TEKNIK: JIGSAW
Jenis sekolah
|
:
|
SMP
|
Mata pelajaran
|
:
|
IPS (Geografi)
|
Kelas/semester
|
:
|
VII/Dua
|
Standar kompetensi
|
:
|
Kemampuan
memahami perubahan unsur-unsur fisik muka bumi dan pengaruhnya terhadap
kehidupan manusia di muka bumi
|
Kompetensi dasar
|
:
|
Kemampuan
mendeskripsikan proses-proses yang terjadi di atmosfer dan pengaruhnya
terhadap kehidupan
|
Materi pokok
|
:
|
Atmosfer dan pengaruhnya
bagi kehidupan
|
Indicator
|
:
|
1. Mendeskripsikan sifat-sifat atmosfer bumi.
2. Mendeskripsikan cuaca dan iklim.
3. Menghitung suhu udara daerah berdasarkan ketinggian.
4. Menunjukan alat pengukur cuaca dan cara kerjanya.
|
waktu
|
:
|
2 x 40 menit
|
Tujuan
|
:
|
Memfasilitasi siswa agar
dapat mendeskripsikan proses-proses yang terjadi di atmosfer.
|
Media
|
:
|
Kartu pembelajaran dan
lembar kerja siswa yang berkaitan dengan atmosfer dan pengaruhnya terhadap
kehidupan.
|
Pendekatan
|
:
|
CTL
|
Model pembelajaran/teknik
|
:
|
Cooperative
learning/jigsaw
|
Metode
|
:
|
Diskusi, Tanya-jawab
|
Scenario/strategi
pembelajaran
|
||
1. Pendahuluan
|
:
|
10 menit
|
a. Siswa mendapat penjelasan mengenai kegiatan yang akan dilakukan sesuai
dengan tujuan yang akan dicapai.
b. Mengadakan tanya jawab mengenai atmosfer dan pengaruhnya bagi kehidupan
yang sudah dimiliki siswa. (constructivisme and questioning)
|
||
2. Kegiatan inti
|
:
|
55 menit
|
a. Siswa dibagi kedalam 6 kelompok induk masing-masing anggota kelompok yang
nomornya sama membentuk kelompok ahli.
b. Setiap kelompok ahli mendapat kartu pembelajaran yang harus didiskusikan
(inquiry and learning community. Kelompok ahli 1 dan 2 mendapatkan kartu no.
1 tentang lapisan atmosfer, kelompok 3 dan 4 mendapat kartu no. 2 tentang
wacana cuaca dan iklim , dan kelompok ahli 5 dan 6 mendapatkan kartu no. 3
tentang alat-alat pengukur cuaca (modeling).
c. Kelompok ahli 1membahas soal no. 1-3 yang ada dalam kartu no.1 dan
kelompok ahli 2 membahas soal no. 4-6.
d. Kelompok ahli 3 membahas soal no. 1-2 yang ada dalam kartu no. 2 dan
kelompok ahli 4 membahas soal no. 3-4
e. Kelompok ahli 5 membahas soal no. 1-2 yang ada dalam kartu no. 3 dan
kelompok ahli 6 membahas soal no. 3-4
f.
Setelah selesai berdiskusi masing-masing kelompok ahli
kembali ke kelompok induk untuk melaporkan hasil pembahasan di kelompok ahli,
sehingga nantinya dalam kelompok induk akan diperoleh laporan yang lengkap
tentang bahasan pembelajaran yang dilaksanakan.
g. Masing-masing perwakilan dalam kelompok induk mempresentasikan hasil
pembahasanya, kelompok lainnya menanggapi dan melengkapi.
|
||
3. Penutup
|
:
|
15 menit
|
a. Guru memberikan penegasan terhadap hasil diskusi dan presentasi siswa.
b. Menugaskan siswa untuk membuat laporan secara individu mengenai bahasan
LKS pada hari itu. (reflection)
|
||
penilaian
|
:
|
a. Partisipasi siswa dalam kelompok
b. Keberanian mengungkapkan pendapat
c. Laporan individu
(authentic assessment)
|
LEMBAR
OBSERVASI AKTIVITAS DALAM PEMBELAJARAN
(AUTHENTIC
ASSESSMENT)
No.
|
Nama siswa
|
Kegiatan
|
||||
Presentasi
|
Menanggapi
|
Bertanya
|
Menjawab
|
Total
|
||
1.
|
||||||
2.
|
||||||
3.
|
||||||
4.
|
||||||
5.
|
Keterkaitan rencana pembelajaran dengan komponen CTL.
1. Kontruktivisme
tercermin pada kegiatan Tanya jawab mengenai atmosfer dan pengaruhnya terhadap
kehidupan yang sudah dimiliki siswa, yaitu siswa mencoba mengungkapkan konsepsi
awal tentang atmosfer dan pengaruhnya terhadap kehidupan. Tahap eksplorasi
dilakukan pada tahap berikutnya.
2. Inquiry
dikembangkan saat siswa berdiskusi, menggali informasi dari buku dan
mengerjakan lembar kerja.
3. Questioning
dilakukan pada saat terjadi tanya jawab baik dengan guru maupun dengan dengan
sesama teman dalam kelompok atau antar kelompok.
4. Learning
community tercermin dalam kegiatan diskusi.
5. Modeling dalam
rencana pembelajaran ini adalah model yang digunakan berupa gambar lapisan
atmosfer pada lembar kerja serta alat-alat pengukur cuaca dan iklim.
6. Reflection
tercermin di akhir pembelajaran yaitu dengan menugaskan siswa untuk membuat
laporan /catatan hasil pembahasan.
7. Authentic
assessment tercermin dalam penilailan yang menekankan pada berbagai aspek.
Contoh Kartu Pembelajaran
(Untuk Contoh Skenario/Rencana Pembelajaran)
Model: Cooperative Learning
Teknik
: Jigsaw
Kartu 1
(Untuk Kelompok
Ahli 1 dan 2)
LAPISAN ATMOSFER
|
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
-
Media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat
digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim kepada penerima sehingga dapat
merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan minat pebelajar yang menjurus
kearah terjadinya proses belajar.
-
Diskusi merupakan komunikasi seseorang berbicara satu dengan yang lain,
saling berbagi gagasan dan pendapat, atau suatu percakapan ilmiah oleh beberapa
orang yang bergabung dalam suatu kelompok, untuk saling bertukar pendapat
tentang suatu masalah atau bersama-sama mencari pemacahan mendapatkan jawaban
dan kebenaran atas suatu masalah.
-
Scenario pembelajaranmetodediskusidirancangoleh guru
sesuaidenganhasilanalisiskebutuhan. Aturan pelaksanaan diskusi dalam model pembelajaran ini harus ditentukan
agar setiap siswa dan setiap kelompok dapat bekerja secara maksimal.
B. Saran-saran
-
Kepadaparapraktisipendidikan, hendaklahselalumeningkatkankualitasdiri, agar
proses pembelajaranberjalansemakinbaik. Perbaikanmasadepanbangsa yang paling
praktisdanefektifadalahmelaluijalurpendidikan.
-
Kepada rekan-rekan mahasiswa Pasca Sarjana Magister Teknologi Pendidikan,
engkaulah orang-orang yang lebih dahulu
menerima pencerahan pendidikan di antara guru-guru yang belum melanjutkan ke
Pasca sarjana MTP, jadilah orang yang cepat mengadopsi pembaharuan positif di
bidang pendidikan.
-
Kepadaparapembaca, mudah-mudahantulisaninibermanfaat.
DAFTAR PUSTAKA
-
Arsyad, Azhar.
(2007). Media Pembelajaran. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
-
Bretz, Rudy.
1971. A Taxonomi of Communication Media. Education Technology
Publication, Englewood, Cliffs, N.J
-
Gagne, R.M.
(1970) The Condition of Learning. New York Hort Rinehart, and Winston,
Inc. (Original work published 1965)
-
Briggs, Leslie
J. (1970) Instructional Design Principle and Aplication. New Jersey:
Prentice Hall inc.
-
Heinich,
Molenda, dan Russel, 1969. Instructional Media. New York: Macmillan
-
Miarso,
Yusufhadi. (2004) Menyemai Benih Teknologi Pendidikan. Jakarta: Prenada
Media.
-
Nana Sudjana, Ahmad
Rivai. (2005). Media Pengajaran. Bandung: Sinar Baru Algendindo.
-
Sadiman, Arief
S., R. Rahardjo, Anung Haryono, Rahardjito. 1990. Media
-
Pendidikan:
Pengertian, Pengembangan, dan Pemanfaatannya. Jakarta: CV
Rajawali.
-
Schramm,
Wilbur. 1977. Big Media and Little Media. Tools and Technology for
Instruction, Sage Publications. Inc California
-
Susilana, Rudi
& Cepi Riyana. (2007). Media Pembelajaran. Bandung: CV Wacana Prima.
-
Kukuh Setyo Prakorso, Membangun eLearning
dengan Moodle, Penerbit Andi Yogyakarta, 2005
Tidak ada komentar:
Posting Komentar