Minggu, 18 November 2012

Penulisan Instrumen Tes


1. TES URAIAN (TES SUBJEKTIF)
    a. Pengertian tes uraian
       Tes ini pada umumnya berbentuk esai (uraian). Tes bentuk esai adalah sejenis tes kemajuan belajar yang memerlukan jawaban yang bersifat pembahasan atau uraian kata-kata. Ciri-ciri pertanyaannya adalah dengan kata-kata seperti; uraikan, jelaskan, mengapa, bagaimana, bandingkan, simpulkan, dan sebagainya.
       Soal-soal uraian ini menuntut kemampuan siswa untuk dapat mengorganisir, menginterpretasi, menghubungkan pengertian-pengertian yang telah dimiliki. Dengan singkat dapat dikatakan  bahwa tes ini menuntut siswa untuk dapat  mengingat-ingat dan mengenal kembali, dan terutama harus mempunyai daya kreatifitas tinggi. Soal uraian biasanya jumlahnya tidak banyak, hanya sekitar 5-10 buah soal dalam waktu kira-kira 90 s.d 120 menit.

b. Teori Berkenaan dengan Tes Uraian
Tes uraian dan objektif tes uraian adalah bentuk tes yang terdiri dari satu atau beberapa pertanyaan yang menuntut jawaban tertentu dari mahasiswa secara individu berdasarkan pendapatnya sendiri yang berbeda dengan jawaban mahasiswa lainnya (Bloom & Madaus, 1981). Menurut Grondlund (1982), tes uraian adalah kebebasan menjawab pertanyaan yang ditujukan pada seseorang, yang menuntutnya agar memberikan jawaban sendiri, relatif bebas, bagaimana mendekati masalahnya, informasi apa yang akan digunakan, bagaimana mengorganisasi jawabannya, dan berapa besar tekanan yang diberikan kepada setiap aspek jawaban. Nitko (1996) mengemukakan bahwa soal-soal tes uraian memperbolehkan seseorang bebas untuk mengekspresikan jawaban, ide-ide mereka sendiri dan hubungan antar ide-ide tersebut, serta mengorganisasi jawaban sendiri. Jawaban dari soal menginginkan seseorang untuk mengaplikasikan keahliannya untuk memecahkan masalah baru atau menganalisis situasi baru. Seorang mahasiswa bebas merespons derajat kebenaran atau kebaikan. Respon mahasiswa dapat dinilai oleh seorang pengajar ahli (dosen) yang mengetahui subjeknya terlebih dahulu. Tipe tes uraian sangat populer dikarenakan mudah ditulis, dan bagi sementara orang merupakan cara terbaik untuk mengungkap kemampuan mengorganisasi pikiran dan menyatakan pengetahuan secara lengkap. Soal tes uraian menuntut baik pengajar maupun pelajar atau mahasiswa berlatih untuk bernalar. Sementara itu, penilaian tidak hanya melihat hasil akhir tetapi proses jawabannya juga diperhatikan. Kendala tes uraian ini pemeriksaannya lebih sulit dan makan waktu banyak. Karena tes diberikan pada akhir tiap pokok bahasan dimana materi tidak cukup banyak maka akan sangat cocok dan tepat apabila diberikan tes bentuk uraian supaya mahasiswa benar-benar mendapatkan masukan materi secara mendalam dan mempunyai tingkat penalaran dan daya analisis yang tinggi. Hal ini akan menentukan apakah dosen harus mengganti strategi belajar atau metode belajar, disamping untuk mengetahui bagian-bagian mana dan materi pelajaran mana yang belum dikuasai oleh mahasiswa.Secara umum tes bentuk uraian adalah pertanyaan yang menuntut mahasiswa menjawabnya dalam bentuk menguraikan, menjelaskan, mendiskusikan, membandingkan, memberikan alasan, dan bentuk lain yang sejenisnya sesuai dengan tuntutan pertanyaan dengan menggunakan kata-kata dan bahasa sendiri. Dengan demikian, dalam tes ini menuntut kemampuan mahasiswa berpikir teratur ataubernalar, yakni berpikir logis, analitis dan sistematis serta dapat mengekspresikan gagasan melalui kemampuan berbahasa. Inilah kelebihan atau kekuatan tes uraian dari alat penilaian lainnya.
Tes uraian adalah tes (seperangkat soal yang berupa tugas, pertanyaan) yang menuntut peserta didik untuk mengorganisasikan dan menyatakan jawabannya menurut kata-kata (kalimat) sendiri. Jawaban tersebut dapat berbentuk mengingat kembali, menyusun, mengorganisasikan atau memadukan pengetahuan yang telah dipelajarinya dalam rangkaian kalimat atau kata-kata yang tersusun secara baik. Oleh karena itu tes uraian sering juga dikatakan sebagai tes essay. Walau pun sebenarnya antara tes uraian dan essay memiliki perbedaan, yaitu dalam hal kedalaman dan keluasan materi yang diukur atau diungkap. Sebenarnya tes uraian lebih tepat digunakan untuk mengukur prestasi belajar yang lebih kompleks, walaupun tidak dipungkiri masih banyak para guru yang menggunakan jenis tes ini hanya untuk mengukur pengetahuan yang bersifat faktual dan dangkal.

    c. Kelebihan dan Kelemahan
         Kelebihan-kelebihan dari tes uraian
1.     Mudah disiapkan dan disusun.
2.     Tidak memberikan banyak kesempatan untuk berspekulas iatau untung-untungan.
3.     Mendorong siswa untuk berani mengemukakan pendapat serta menyusun dalam bentuk kalimat yang bagus.
4.     Memberi kesempatan kepada siswa untuk mengutarakan maksudnya dengan gaya bahasa dan caranya sendiri.
5.     Dapat mengetahui sejauh mana siswa mendalami sesuatu masalah yang diteskan.

         Kelemahan-kelemahan dari tes uraian
1.     Kadar validitas dan reabilitas rendah karena sukar diketahui segi mana dari pengetahuan siswa yang betul-betul telah dikuasai.
2.     Kurang refresentatif dalam hal mewakili seluruh scope bahan pelajaran yang akan dites karena soalnya hanya beberapa saja (terbatas).
3.      Cara memeriksanya banyak dipengaruhi oleh unsur-unsur subjektif.
4.      Pemeriksaannya lebih sulit  sebab membutuhkan pertimbangan  individual lebih banyak dari penilai.
5.      Waktu untuk koreksinya lama dan tidak dapat diwakilkan  kepada orang lain.

   d. Petunjuk Penyusunan
Dalam penyusunan tes subjektif , maka harus diperhatikan beberapa hal berikut.
1.      Hendaknya soal- soal tes dapat meliputi ide-ide pokokdari bahan yang di teskan, dan kalau mungkin disusun soal yang sifatnya komprehensif.
2.      Hendaknya soal tidak mengambil kalimat-kalimat yang disalin langsung dari buku atau catatan.
3.      Pada waktu menyusun, soal-soal itu sudah dilengkapi  dengan kunci jawaban serta pedoman penilaiannya.
4.      Hendaknya diusahakan agar pertanyaannya bervariasi antara ”jelaskan”, ”bagaimana”, ”mengapa”, ”seberapa jauh”, agar dapat diketahui lebih jauh penguasaan siswa terhadap bahan.
5.      Hendaknya rumusan soal dibuat sedemikian rupa sehingga mudah dipahami oleh tercoba.
6.      Hendaknya ditegaskan model jawaban apa yang dikehendaki oleh penyusun tes. Untuk ini pertanyaan tidak boleh terlal umum, tapi harus spesifik.
 e. Penggunaan Tes Uraian
      Tes bentuk uraian digunakan apabila:
1.      Kelompok yang akan dites kecil, dan tes itu tidak akan dilakukan berulang-ulang.
2.      Tester(guru) ingin menggunakan berbagai cara untuk mengetahui kemampuan siswa dalam bentuk tertulis.
3.      Guru ingin menglebih mengetahui lebih banyak tentang sikap-sikap siswa dari pada hasil yang telah dicapai.
4.      Memiliki waktu yang cukup untuk menyusun tes.

   f.  Contoh Soal Tes Uraian
DNA tersusun atas rangkaian nukleotida (polinukleotida) ganda, yang membentuk tangga berpilin.
a.       Apakah yang menyusun satu molekul nukleotida?
b.      Buatlah bagan satu nukleotida yang menunjukkan 13a?
g.      Beberapa Prinsip Konstruksi Tes Butir Soal Tes Uraian
1.      Prinsip 1: Gunakan tes uraian untuk mengukur hasil belajar yang cocok.
2.      Prinsip 2: Beritatahulah sebelumnya bahwa dalam tes yang akan datang akan digunakan bentuk tes uraian.
3.      Prinsip 3: Batasilah ruang lingkup secara pasti
4.      Prinsip4: Pertanyaan hendaklah untuk mengukur tujuan hasil yang penting saja.
5.      Prinsip 5: Jangan terlalu banyak menggunakan soal bentuk uraian untuk mengukur kemampuan mengingat.

II. TES OBJEKTIF
A.    Pengertian Tes Objektif
Tes Objektif (objective test) yang juga dikenal dengan istilah tes jawaban pendek (short Answer test), tes “ya-tidak”(yes-no test) dan tes model baru (new type test), adalah salah satu jenis tes hasil belajar yang terdiri dari butir-butir soal (items) yang dapat dijawab oleh testee dengan jalan memilih salah satu (atau lebih) di antara beberapa kemungkinan jawaban yang telah dipasangkan pada masing-masing items, atau dengan jalan menuliskan (mengisikan) jawabannya berupa kata-kata atau simbol-simbol tertentu pada tempat atau ruang yang telah disediakan untuk masing-masing butir item yang bersangkutan. Tes ini disebut tes objektif tipe pilihan, karena para siswa diharuskan memilih satu jawaban benar dari sejumlah jawaban yang telah disediakan oleh evaluator. 

Secara garis besar tes objektif dapat dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu tes objektif jenis isian (supply type) dan tes objektif jenis pilihan atau yang sering disebut selection type.
Tes objektif jenis isian pada prinsipnya mencakup tiga macam tes, yaitu a) tes jawaban bebas atau jawaban terbatas, b) tes melengkapi, dan c) tes asosiasi. Tes jawaban bebas mengungkap kemampuan siswa dengan cara bertanya, tes melengkapi mengungkap kemampuan siswa dengan memberikan spasi atau ruang kosong untuk diisi dengan jawaban (kata) yang tepat, dan tes asosiasi mengungkap kemampuan siswa dengan menyediakan spasi yang diisi dengan satu jawaban atau lebih, di mana jawaban tersebut masih memiliki keterkaitan dan bersifat homogen antara satu dengan lainnya. 
Ketiga tes yang disebut di atas mempunyai banyak kemiripan, khususnya dalam tiga hal. Pertama masing-masing tes memerlukan hafalan dari para siswa. Kedua, ketiga tes tersebut masing-masing menuntut jawaban singkat dari para siswa. Ketiga, masing-masing tes pada umumnya direncanakan untuk mengungkap pemikiran siswa tentang materi pembelajaran yang dikategorikan sebagai definisi atau batasan, pengetahuan tentang fakta dan prinsip-prinsip pengetahuan.

Pada prinsipnya, bentuk tes objektif mempunyai kelemahan dan kebaikan, akan tetapi biasanya bentuk objektif dapat menteskan semua bahan yang telah diajarkan, sedangkan bentuk uraian agak sukar untuk mengukur semua bahan yang sudah diajarkan, karena ruang lingkup bentuk tes tersebut sangat sempit.

Untuk lebih jelasnya perlu diterangkan dahulu kelemahan dan kebaikan tes bentuk objektif. Keuntungan atau kebaikan bentuk objektif dalam evaluasi hasil belajar bagi siswa adalah tes bentuk objektif :
1.   tepat untuk mengungkapkan hasil belajar yang bertatanan pengetahuan, pemahaman, aplikasi, dan analisis,
2.   mempunyai dampak belajar yang mendorong siswa untuk mengingat, menafsirkan, dan menganalisis pendapat, dan
3.   jawaban yang diberikan dapat menggambarkan ranah tujuan pendidikan menurut Bloom, khususnya ranah cognitive domain.

Sedangkan kelemahannya bahwa tes objektif
1.   siswa tidak dituntut untuk mengorganisasikan jawaban, karena jawabannya sudah disediakan,
2.   siswa ada kemungkinan dapat menebak jawaban yang telah tersedia
3.   tidak dapat mengungkap proses berpikir dan bernalar,
4.   hanya mengukur ranah kognitif yang paling rendah tidak mengungkap kemampuan yang lebih kompleks.

Hal ini sebagaimana yang diungkapkan Gronlund (1985 : 36) menyatakan bahwa …objective test items can be used to measure a variety of knowledge out come …the most generally useful is the multiple choice items…but other items types also have a place. Pernyataan tersebut menunjukan bahwa item-item tes objektif dapat digunakan untuk mengukur berbagai hasil belajar yang berupa pengetahuan. Umumnya yang paling berguna adalah item bentuk pilihan jamak, sementara itu, tipe item objektif yang lainnya punya peran tersendiri.
Pendapat lain yang berbeda, yakni Lado (1961 : 201) mengemukakan bahwa The usual objectians to objective test are that they are too simple, that they do not require real thinking but simple memory, and that they do not test the ability of the student to organize his thought.
Pendapat di atas menunjukan bahwa keberatan tes objektif adalah karena tes itu terlalu mudah, tidak menuntut pemikiran yang nyata, dan tidak menguji kecakapan siswa dalam mengorganisasikan pikirannya. Padahal pada tingkatan perguruan tinggi kemampuan untuk mengorganisasikan pemikiran, mengungkapkan ide secara sistematis, dan menunjukan kemampuan nalar yang ilmiah merupakan tuntutan yang ditujukan kepada siswa, lebih jauh kepada lulusan perguruan tinggi (Ditjen Dikdasmen, 1982/1983 : 20).

B.     Penggolongan tes objektif

1.      Tes Objektif bentuk Soal Jawaban Singkat
Mengonstruksi item tes, baik jenis isian maupun jenis pilihan merupakan langkah penting yang harus dikuasai dengan baik oleh guru kelas. Hal ini karena validitas tes objektif jenis isian dan pilihan pada umumnya tergantung pada kualitas isi dan tampilannya, di mana keduanya sangat dipengaruhi oleh kemampuan guru dalam mengonstruksi tes dimaksud. Ketrampilan yang diperlukan pada prinsipnya sama dengan ketrampilan yang diperlukan dalam pengajaran yang efektif.

Berikut ini beberapa petunjuk agar tes memiliki susunan dan penampilan yang baik:
1.      Nyatakan petunjuk tes yang singkat dan jelas dengan memberikan garis bawah pada kata-kata kunci.
2.      Tulis pertanyaan dan atau pernyataan, di mana hanya ada satu kemungkinan jawaban benar.
3.      Pilih batasan atau terminologi dari suatu pengetahuan, dengan menghilangkan kata kuncinya. Kata kunci tersebut menjadi jawaban yang harus diisi oleh para siswa.  
4.      Tanyakan secara spisifik untuk jawaban yang diinginkan. Sebagai contoh, tanaman jagung termasuk tanaman…… dan perlu diganti setelah berbuah sekali. Jawabannya adalah (semusim).
5.      Gunakan hanya satu spasi atau ruang kosong, untuk setiap item tes melengkapi. Jika spasi lebih dari tiga maka item tersebut lebih baik dikonstruksi dengan model tes jawaban bebas.


Kurang baik : yang termasuk warna primer yaitu………., ………… dan ………….
Lebih baik    : tiga macam warna apakah yang termasuk sebagai warna primer? 
Contoh



6.      Tempatkan spasi atau ruang kosong pada akhir kalimat dari item tes melengkapi.
7.      Buat kunci jawaban yang dapat digunakan sebagai acuan dalam pemberian penilaian. Kunci jawaban diperlukan untuk memudahkan dalam penilaian guru maupun pedoman jawaban yang diberikan kepda siswa.

2.      Tes objektik bentuk Soal salah-benar
Tes ini sering dikenal dengan istilah tes objektif bentuk salah-benar atau tes objektif bentuk “ya-tidak” (yes-no test). Yaitu tes objektif di mana butir-butir soal diajukan dalam tes hasil belajar berupa statemen, ada yang benar dan ada yang salah.  Tes ini berbentuk kalimat kalimat atau pernyataan yang mengandung dua kemungkinan jawab: benar atau salah, dan testee diminta menentukan pendapatnya dengan cara seperti yang dijelaskan dalam petunjuk cara mengerjakan soal.

Tes ini mempunyai beberapa keunggulan:
a)      Pembuatannya mudah
b)      Dapat dipergunakan berulang kali
c)      Dapat mencakup bahan pelajaran yang luas
d)     Tidak terlalu banyak memakan lembaran kertas
e)      Bagi testee, cara pengerjaannya mudah
f)       Bagi tester, cara mengoreksinya mudah

Adapun kelemahannya adalah sebagai berikut:
a)      Membuka peluang bagi testee untuk berspekulasi dalam memberikan jawaban
b)      Sifatnya amat terbatas, dalam arti bahwa tes tersebut hanya dapat mengungkapkan daya ingat dan pengenalan kembali saja. Jadi sifatnya hanya hafalan.
c)      Pada umumnya tes objektif jenis ini reliabilitasnya rendah, kecuali apabila butir-butir soalnya dibuat dalam jumlah yang banyak sekali
d)     Dapat terjadi bahwa butir-butir soal tes objektif jenis ini tidak dapat dijawab dengan dua kemungkinan saja, yaitu betul dan salah. 
Berikut ini beberapa petunjuk yang perlu diperhatikan dalam menyusun buti-butir   soal tes objektif bentuk true-false :
1-      Seyogyanya tuliskanlah huruf B-S di depan masing-masing pernyataanl ini dimaksudkan agar mudah bagi testee memberikan jawaban di samping mudah pula bagi tester mengoreksi jawaban soal tersebut.
2-      Jumlah butir soal hendaknya berkisar antara 10 sampai dengan 20 butir.
3-      Jumlah butir soal yang jawabannya Betul (B) sebaiknya sama atau seimbang dengan jawaban Salah (S).
4-      Urutan soal-soal yang jawabannya Betul (B) dan yang jawabannya Salah (S) hendaknya jangan dibuat ajeg; buatlah berselang-seling agar menimbulkan permainan spekulasi tertee.
5-      Butir-butir soal yang jawabannya Betul (B) sebaiknya tidak memiliki corak yang berbeda dari soal-soal yang jawabannya Salah (S), misalnya soal-soal yang jawabannya B kalimatnya dibuat lebih panjang daripada yang jawabannya S, atau sebaliknya.
6-      Hindarilah pernyataan-pernyataan yang susunan kalimatnya sama persis seperti yang dimuat dalam buku (bahan tes).
7-      Dalam menyusun butir-butir soal tes objektif bentuk true-false hendaknya dapat dihindari sejauh mungkin, agar tidak ada butir-butir soal yang jawabannya bersifat relatif (maksudnya ada kemungkinan jawabannya betul dan ada kemungkinan jawabannya salah) agar tidak terjadi silang pendapat atau perdebatan antara tester dengan testee.

3.   Tes objektik bentuk Matching (menjodohkan)
Tes objektif bentuk matching sering dikenal dengan tes menjodohkan, tes mencari pasangan, tes menyesuaikan, tes mencocokkan dan tes mempertandingkan. Adapun ciri-cirinya adalah sebagai berikut:
1)      Tes terdiri dari satu pertanyaan dan satu seri jawaban
2)      Tugas testee adalah mencari dan menempatkan jawaban-jawaban yang telah tersedia sehingga sesuai atau cocok atau merupakan pasangan atau merupakan jodoh dari pertanyaannya.
Tes objektif bentuk matching ini memiliki beberapa kebaikan, di antaranya ialah:
1)      Pembuatannya mudah
2)      Dapat dinilai dengan mudah cepat dan objektif
3)      Apabila jenis tes ini dibuat dengan baik, maka faktor menebak praktis dapat dihilangkan.
4)      Tes jenis ini sangat berguna untuk menilai berbagai hal; misalnya:
-          Antara problem dan penyelesaiannya
-          Antara teori dan penemunya
-          Antara sebab dan akibatnya
-          Antara singkatan dan kata-kata lengkapnya

Adapun segi-segi kelemahan tes ini adalah:
1)      Cenderung lebih banyak mengungkap aspek hafalan atau daya ingat saja
2)      Karena mudah disusun maka tes jenis ini acap kali dijadikan pelarian bagi pengajar, yaitu dipergunakan kalau pengajar tidak sempat lagi untuk membuat tes bentuk lain.
3)      Karena jawaban yang pendek-pendek maka tes jenis ini kurang baik untuk mengevaluasi pengertian dan kemampuan membuat tafsiran (interpretasi)
4)      Tanpa disengaja, dalam tes jenis ini sering menyelinap atau masuk hal-hal yang sebenarnya kurang perlu untuk diujikan.

Beberapa petunjuk praktis yang harus diperhatikan dalam pembuatan tes matching:
1)      Butir soal tidak kurang dari 10 dan tidak lebih dari 15
2)      Pada setiap kelompok item hendaknya ditambahkan sekitar 20% kemungkinan jawab (daftar II) Hal ini dimaksudkan untuk mencegah kemungkinan terjadinya keadaan di mana pasangan yang harus dipilih tinggal sedikit, (misalnya tinggal dua atau tiga saja)
3)      Daftar yang berada disebelah kiri hendaknya dibuat lebih panjang daripada yang di sebelah kanan, agar jawaban dapat dengan cepat dicari dan ditemukan testee.
4)      Hendaknya diatur sedemikian rupa , sehingga kelompok soal maupun kelompok jawaban berada dalam satu halaman kertas.
5)      Sekalipun kadang-kadang suloit dilaksanakan usahakanlah agar petunjuk tentang cara mengerjakan soal dibuat seringkas dan setegas mungkin.

4.      Tes Objektif bentuk soal pilihan ganda
Tes bentuk multi choice item seringkali dikenal dengan istilah tes objektif bentuk pilihan ganda, yaitu salah satu bentuk tes objektif yang terdiri atas pertanyaan atau pernyataan yang sifatnya belum selesai, dan untuk menyelesaikannya harus dipilih salah satu atau lebih dari beberapa kemungkinan jawab yang telah disediakan pada tiap-tiap butir soal yang bersangkutan.

Tes objektif berbentuk multi choice terdiri dari dua bagian:
a)      Item atau soal, dapat berbentuk pertanyaan dan dapat pula pernyataan
b)      Option atau alternatif, yaitu kemungkinan-kemungkinan jawab yang dapat dipilih oleh testee. Option ini terdiri dari dua bagian; (1) satu jawaban betul yang biasa disebut kunci jawaban. (2) beberapa pengecoh atau distraktor yang jumlahnya berkisar antara dua sampai lima buah.  
Dalam perkembangannya, sampai saat ini tes objektif bentuk multi choice item dapat dibedakan menjadi delapan model, yaitu: (1) model melengkapi lima pilihan (2) model asosiasi dengan lima atau empat pilihan (3)  model melengkapi berganda (4) model analisis hubungan antar hal (5) model analisis kasus (6) model hal kecuali (7) model hubungan dinamik (8) model pemakaian diagram, grafik, peta atau gambar

C.    Perbedaan dan persamaan tes uraian dan tes Objektif 
Antara tes uraian dan tes objektif terdapat perbedaan mendasar. Robert L. Ebel (1965) merumuskan perbedaan tersebut sebagai berikut:
a.       Tes uraian mengharuskan siswa merencanakan jawabannya sendiri dan menyatakan jawabannya itu dalam kata-katanya sendiri. Sedangkan tes objektif mengharuskan siswa untuk memilih salah satu jawaban dari beberapa kemungkinan jawaban yang telah disediakan.
b.      Tes uraian secara relative terdiri dari pertanyaan yang bersifat umum dan terbatas, sedangkan tes objektif terdiri dari banyak pertanyaan yang sangat spesifik.
c.       Peserta didik menghabiskan waktunya untuk berpikir dan menulis dalam menjawab tes uraian, dalam tes objektif siswa menghabiskan waktunnya dengan berpikir dan membaca.
d.      Mutu tes uraian ditentukan oleh keterampilan pemeriksa jawaban siswa, sedangkan mutu tes objektif ditentukan oleh keterampilan guru mengkonstruksi butir soal.
e.       Soal tes uraian secara relative mudah dikonstruksi tetapi sukar diskor secara akurat. Sebaliknya soal untuk tes objektif sukar dikonstruksi butir soal.
Persamaan antara Tes uraian dan Tes Objektif
Disamping beberapa perbedaan yang disebutkan diatas, ada juga beberapa persamaan antara keduanya, seperti :
a.       Kedua bentuk tes ini dapat digunakan untuk mengukur hampir semua hasil belajar yang dapat diukur dengan tes tertulis.
b.      Kedua bentuk tes ini dapat menggalakkan peserta didik untuk mempelajari secara sungguh-sungguh bahan dalam semua tingkatan kemampuan kognitif seperti pengetahuan.
c.       Kedua bentuk tes menuntut kemampuan penilaian subjektif.
d.      Kemanfaatan kedua skor bentuk tes tersebut akan tergantung pada objektivitas dan stabilitas tes masing-masing.


DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi, Prof, DR, Prosedur Penelitian: Suatu pendekatan Praktik, Jakarta PT, Rineka Cipta cet. Ke -14 : 2010
Sudijono, Anas, Pengantar Evaluasi Pendidikan, Jakarta PT Raja Grafika Persada: 2007
Sukardi, HM, Prof. Ph.D. Evaluasi Pendidikan Prinsip dan Operasionalnya, Jakarta PT. Bumi Aksara, cet. Ke-6 : 2011








 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar