1. TES URAIAN (TES SUBJEKTIF)
a. Pengertian tes uraian
Tes ini pada umumnya berbentuk
esai (uraian). Tes bentuk esai adalah sejenis tes kemajuan belajar yang
memerlukan jawaban yang bersifat pembahasan atau uraian kata-kata. Ciri-ciri
pertanyaannya adalah dengan kata-kata seperti; uraikan, jelaskan, mengapa,
bagaimana, bandingkan, simpulkan, dan sebagainya.
Soal-soal uraian ini menuntut
kemampuan siswa untuk dapat mengorganisir, menginterpretasi, menghubungkan
pengertian-pengertian yang telah dimiliki. Dengan singkat dapat dikatakan bahwa tes ini menuntut siswa untuk dapat mengingat-ingat dan mengenal kembali, dan
terutama harus mempunyai daya kreatifitas tinggi. Soal uraian biasanya
jumlahnya tidak banyak, hanya sekitar 5-10 buah soal dalam waktu kira-kira 90 s.d
120 menit.
b. Teori Berkenaan
dengan Tes Uraian
Tes uraian dan objektif tes uraian adalah bentuk tes yang terdiri
dari satu atau beberapa pertanyaan yang menuntut jawaban tertentu dari
mahasiswa secara individu berdasarkan pendapatnya sendiri yang berbeda
dengan jawaban mahasiswa lainnya (Bloom & Madaus, 1981). Menurut Grondlund (1982), tes uraian adalah
kebebasan menjawab pertanyaan yang ditujukan pada seseorang, yang menuntutnya
agar memberikan jawaban sendiri, relatif bebas, bagaimana mendekati masalahnya,
informasi apa yang akan digunakan, bagaimana mengorganisasi jawabannya, dan
berapa besar tekanan yang diberikan kepada setiap aspek jawaban. Nitko (1996)
mengemukakan bahwa soal-soal tes uraian memperbolehkan seseorang bebas untuk mengekspresikan
jawaban, ide-ide mereka sendiri dan hubungan antar ide-ide tersebut, serta mengorganisasi jawaban sendiri. Jawaban dari soal
menginginkan seseorang untuk mengaplikasikan keahliannya untuk memecahkan
masalah baru atau menganalisis situasi baru. Seorang mahasiswa bebas merespons
derajat kebenaran atau kebaikan. Respon mahasiswa dapat dinilai oleh seorang pengajar
ahli (dosen) yang mengetahui subjeknya terlebih dahulu. Tipe tes uraian sangat
populer dikarenakan mudah ditulis, dan bagi sementara orang merupakan cara terbaik untuk mengungkap kemampuan mengorganisasi
pikiran dan menyatakan pengetahuan secara lengkap. Soal tes uraian
menuntut baik pengajar maupun pelajar atau mahasiswa berlatih untuk bernalar.
Sementara itu, penilaian tidak hanya melihat hasil akhir tetapi proses
jawabannya juga diperhatikan. Kendala tes
uraian ini pemeriksaannya lebih sulit dan makan waktu banyak. Karena tes
diberikan pada akhir tiap pokok bahasan dimana materi tidak cukup banyak maka
akan sangat cocok dan tepat apabila diberikan tes bentuk uraian supaya
mahasiswa benar-benar mendapatkan
masukan materi secara mendalam dan mempunyai tingkat penalaran dan daya
analisis yang tinggi. Hal ini akan menentukan apakah dosen harus mengganti
strategi belajar atau metode belajar, disamping untuk mengetahui
bagian-bagian mana dan materi pelajaran mana yang belum dikuasai oleh
mahasiswa.Secara umum tes bentuk uraian adalah pertanyaan yang menuntut
mahasiswa menjawabnya dalam bentuk
menguraikan, menjelaskan, mendiskusikan, membandingkan, memberikan alasan, dan
bentuk lain yang sejenisnya sesuai dengan tuntutan pertanyaan dengan
menggunakan kata-kata dan bahasa sendiri. Dengan demikian, dalam tes ini
menuntut kemampuan mahasiswa berpikir teratur ataubernalar, yakni berpikir logis, analitis dan sistematis serta dapat
mengekspresikan gagasan melalui kemampuan berbahasa. Inilah kelebihan
atau kekuatan tes uraian dari alat penilaian lainnya.
Tes uraian adalah tes (seperangkat soal yang berupa tugas, pertanyaan)
yang menuntut peserta didik untuk mengorganisasikan dan menyatakan jawabannya
menurut kata-kata (kalimat) sendiri. Jawaban tersebut dapat berbentuk mengingat
kembali, menyusun, mengorganisasikan atau memadukan pengetahuan yang telah
dipelajarinya dalam rangkaian kalimat atau kata-kata yang tersusun secara baik.
Oleh karena itu tes uraian sering juga dikatakan sebagai tes essay. Walau pun
sebenarnya antara tes uraian dan essay memiliki perbedaan, yaitu dalam hal
kedalaman dan keluasan materi yang diukur atau diungkap. Sebenarnya tes uraian
lebih tepat digunakan untuk mengukur prestasi belajar yang lebih kompleks,
walaupun tidak dipungkiri masih banyak para guru yang menggunakan jenis tes ini
hanya untuk mengukur pengetahuan yang bersifat faktual dan dangkal.
c. Kelebihan dan Kelemahan
Kelebihan-kelebihan
dari tes uraian
1. Mudah disiapkan dan disusun.
2. Tidak memberikan banyak kesempatan untuk berspekulas iatau
untung-untungan.
3. Mendorong siswa untuk berani mengemukakan pendapat serta menyusun dalam
bentuk kalimat yang bagus.
4. Memberi kesempatan kepada siswa untuk mengutarakan maksudnya dengan gaya
bahasa dan caranya sendiri.
5. Dapat mengetahui sejauh mana siswa mendalami sesuatu masalah yang
diteskan.
Kelemahan-kelemahan
dari tes uraian
1. Kadar validitas dan
reabilitas rendah karena sukar diketahui segi mana dari pengetahuan siswa yang
betul-betul telah dikuasai.
2. Kurang
refresentatif dalam hal mewakili seluruh scope bahan pelajaran yang akan dites
karena soalnya hanya beberapa saja (terbatas).
3. Cara memeriksanya
banyak dipengaruhi oleh unsur-unsur subjektif.
4. Pemeriksaannya
lebih sulit sebab membutuhkan
pertimbangan individual lebih banyak
dari penilai.
5. Waktu untuk
koreksinya lama dan tidak dapat diwakilkan
kepada orang lain.
d. Petunjuk Penyusunan
Dalam penyusunan tes subjektif , maka harus diperhatikan
beberapa hal berikut.
1. Hendaknya soal-
soal tes dapat meliputi ide-ide pokokdari bahan yang di teskan, dan kalau
mungkin disusun soal yang sifatnya komprehensif.
2. Hendaknya soal
tidak mengambil kalimat-kalimat yang disalin langsung dari buku atau catatan.
3. Pada waktu
menyusun, soal-soal itu sudah dilengkapi
dengan kunci jawaban serta pedoman penilaiannya.
4. Hendaknya diusahakan
agar pertanyaannya bervariasi antara ”jelaskan”, ”bagaimana”, ”mengapa”,
”seberapa jauh”, agar dapat diketahui lebih jauh penguasaan siswa terhadap
bahan.
5. Hendaknya rumusan
soal dibuat sedemikian rupa sehingga mudah dipahami oleh tercoba.
6. Hendaknya
ditegaskan model jawaban apa yang dikehendaki oleh penyusun tes. Untuk ini
pertanyaan tidak boleh terlal umum, tapi harus spesifik.
e. Penggunaan Tes Uraian
Tes bentuk uraian digunakan apabila:
1. Kelompok yang akan
dites kecil, dan tes itu tidak akan dilakukan berulang-ulang.
2. Tester(guru) ingin
menggunakan berbagai cara untuk mengetahui kemampuan siswa dalam bentuk
tertulis.
3. Guru ingin
menglebih mengetahui lebih banyak tentang sikap-sikap siswa dari pada hasil
yang telah dicapai.
4. Memiliki waktu yang
cukup untuk menyusun tes.
f. Contoh Soal Tes Uraian
DNA tersusun atas rangkaian nukleotida (polinukleotida) ganda, yang
membentuk tangga berpilin.
a. Apakah yang menyusun satu molekul nukleotida?
b. Buatlah bagan satu nukleotida yang menunjukkan 13a?
g.
Beberapa
Prinsip Konstruksi Tes Butir Soal Tes Uraian
1.
Prinsip 1: Gunakan tes uraian
untuk mengukur hasil belajar yang cocok.
2.
Prinsip 2: Beritatahulah
sebelumnya bahwa dalam tes yang akan datang akan digunakan bentuk tes uraian.
3.
Prinsip 3: Batasilah ruang
lingkup secara pasti
4.
Prinsip4: Pertanyaan hendaklah
untuk mengukur tujuan hasil yang penting saja.
5.
Prinsip 5: Jangan terlalu banyak
menggunakan soal bentuk uraian untuk mengukur kemampuan mengingat.
II.
TES OBJEKTIF
A. Pengertian Tes Objektif
Tes Objektif
(objective test) yang juga dikenal dengan istilah tes jawaban pendek (short
Answer test), tes “ya-tidak”(yes-no test) dan tes model baru (new
type test), adalah salah satu jenis tes hasil belajar yang terdiri dari
butir-butir soal (items) yang dapat dijawab oleh testee dengan
jalan memilih salah satu (atau lebih) di antara beberapa kemungkinan jawaban
yang telah dipasangkan pada masing-masing items, atau dengan jalan menuliskan
(mengisikan) jawabannya berupa kata-kata atau simbol-simbol tertentu pada
tempat atau ruang yang telah disediakan untuk masing-masing butir item yang
bersangkutan. Tes ini disebut tes objektif tipe pilihan, karena para siswa
diharuskan memilih satu jawaban benar dari sejumlah jawaban yang telah
disediakan oleh evaluator.
Secara
garis besar tes objektif dapat dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu tes
objektif jenis isian (supply type) dan tes objektif jenis pilihan atau
yang sering disebut selection type.
Tes
objektif jenis isian pada prinsipnya mencakup tiga macam tes, yaitu a) tes
jawaban bebas atau jawaban terbatas, b) tes melengkapi, dan c) tes asosiasi.
Tes jawaban bebas mengungkap kemampuan siswa dengan cara bertanya, tes melengkapi
mengungkap kemampuan siswa dengan memberikan spasi atau ruang kosong untuk
diisi dengan jawaban (kata) yang tepat, dan tes asosiasi mengungkap
kemampuan siswa dengan menyediakan spasi yang diisi dengan satu jawaban atau
lebih, di mana jawaban tersebut masih memiliki keterkaitan dan bersifat homogen
antara satu dengan lainnya.
Ketiga
tes yang disebut di atas mempunyai banyak kemiripan, khususnya dalam tiga hal. Pertama
masing-masing tes memerlukan hafalan dari para siswa. Kedua, ketiga
tes tersebut masing-masing menuntut jawaban singkat dari para siswa. Ketiga,
masing-masing tes pada umumnya direncanakan untuk mengungkap pemikiran siswa
tentang materi pembelajaran yang dikategorikan sebagai definisi atau batasan,
pengetahuan tentang fakta dan prinsip-prinsip pengetahuan.
Pada
prinsipnya, bentuk tes objektif mempunyai kelemahan dan kebaikan, akan tetapi
biasanya bentuk objektif dapat menteskan semua bahan yang telah diajarkan,
sedangkan bentuk uraian agak sukar untuk mengukur semua bahan yang sudah
diajarkan, karena ruang lingkup bentuk tes tersebut sangat sempit.
Untuk
lebih jelasnya perlu diterangkan dahulu kelemahan dan kebaikan tes bentuk
objektif. Keuntungan atau kebaikan bentuk objektif dalam evaluasi hasil
belajar bagi siswa adalah tes bentuk objektif :
1. tepat untuk mengungkapkan hasil belajar
yang bertatanan pengetahuan, pemahaman, aplikasi, dan analisis,
2. mempunyai dampak belajar yang mendorong
siswa untuk mengingat, menafsirkan, dan menganalisis pendapat, dan
3. jawaban yang diberikan dapat
menggambarkan ranah tujuan pendidikan menurut Bloom, khususnya ranah cognitive
domain.
Sedangkan
kelemahannya bahwa tes objektif
1. siswa tidak dituntut untuk
mengorganisasikan jawaban, karena jawabannya sudah disediakan,
2. siswa ada kemungkinan dapat menebak
jawaban yang telah tersedia
3. tidak dapat mengungkap proses berpikir
dan bernalar,
4. hanya mengukur ranah kognitif yang
paling rendah tidak mengungkap kemampuan yang lebih kompleks.
Hal
ini sebagaimana yang diungkapkan Gronlund (1985 : 36) menyatakan bahwa
…objective test items can be used to measure a variety of knowledge out come
…the most generally useful is the multiple choice items…but other items types
also have a place. Pernyataan tersebut menunjukan bahwa item-item tes objektif
dapat digunakan untuk mengukur berbagai hasil belajar yang berupa pengetahuan.
Umumnya yang paling berguna adalah item bentuk pilihan jamak, sementara itu,
tipe item objektif yang lainnya punya peran tersendiri.
Pendapat
lain yang berbeda, yakni Lado (1961 : 201) mengemukakan bahwa The usual
objectians to objective test are that they are too simple, that they do not
require real thinking but simple memory, and that they do not test the ability
of the student to organize his thought.
Pendapat
di atas menunjukan bahwa keberatan tes objektif adalah karena tes itu terlalu
mudah, tidak menuntut pemikiran yang nyata, dan tidak menguji kecakapan siswa
dalam mengorganisasikan pikirannya. Padahal pada tingkatan perguruan tinggi
kemampuan untuk mengorganisasikan pemikiran, mengungkapkan ide secara
sistematis, dan menunjukan kemampuan nalar yang ilmiah merupakan tuntutan yang
ditujukan kepada siswa, lebih jauh kepada lulusan perguruan tinggi (Ditjen
Dikdasmen, 1982/1983 : 20).
B. Penggolongan tes objektif
1. Tes Objektif bentuk Soal Jawaban Singkat
Mengonstruksi
item tes, baik jenis isian maupun jenis pilihan merupakan langkah penting yang
harus dikuasai dengan baik oleh guru kelas. Hal ini karena validitas tes
objektif jenis isian dan pilihan pada umumnya tergantung pada kualitas isi dan
tampilannya, di mana keduanya sangat dipengaruhi oleh kemampuan guru dalam
mengonstruksi tes dimaksud. Ketrampilan yang diperlukan pada prinsipnya sama
dengan ketrampilan yang diperlukan dalam pengajaran yang efektif.
Berikut
ini beberapa petunjuk agar tes memiliki susunan dan penampilan yang baik:
1. Nyatakan petunjuk tes yang singkat dan
jelas dengan memberikan garis bawah pada kata-kata kunci.
2. Tulis pertanyaan dan atau pernyataan, di
mana hanya ada satu kemungkinan jawaban benar.
3. Pilih batasan atau terminologi dari
suatu pengetahuan, dengan menghilangkan kata kuncinya. Kata kunci tersebut
menjadi jawaban yang harus diisi oleh para siswa.
4. Tanyakan secara spisifik untuk jawaban
yang diinginkan. Sebagai contoh, tanaman jagung termasuk tanaman…… dan perlu
diganti setelah berbuah sekali. Jawabannya adalah (semusim).
5. Gunakan hanya satu spasi atau ruang
kosong, untuk setiap item tes melengkapi. Jika spasi lebih dari tiga maka item
tersebut lebih baik dikonstruksi dengan model tes jawaban bebas.
Kurang baik : yang termasuk warna primer yaitu……….,
………… dan ………….
Lebih
baik :
tiga macam warna apakah yang termasuk sebagai warna primer?
|
6. Tempatkan spasi atau ruang kosong pada
akhir kalimat dari item tes melengkapi.
7. Buat kunci jawaban yang dapat digunakan
sebagai acuan dalam pemberian penilaian. Kunci jawaban diperlukan untuk
memudahkan dalam penilaian guru maupun pedoman jawaban yang diberikan kepda
siswa.
2. Tes objektik bentuk Soal salah-benar
Tes
ini sering dikenal dengan istilah tes objektif bentuk salah-benar atau tes
objektif bentuk “ya-tidak” (yes-no test). Yaitu tes objektif di mana
butir-butir soal diajukan dalam tes hasil belajar berupa statemen, ada yang
benar dan ada yang salah. Tes ini
berbentuk kalimat kalimat atau pernyataan yang mengandung dua kemungkinan
jawab: benar atau salah, dan testee diminta menentukan pendapatnya dengan cara
seperti yang dijelaskan dalam petunjuk cara mengerjakan soal.
Tes
ini mempunyai beberapa keunggulan:
a) Pembuatannya mudah
b) Dapat dipergunakan berulang kali
c) Dapat mencakup bahan pelajaran yang luas
d) Tidak terlalu banyak memakan lembaran
kertas
e) Bagi testee, cara pengerjaannya mudah
f) Bagi tester, cara mengoreksinya mudah
Adapun
kelemahannya adalah sebagai berikut:
a) Membuka peluang bagi testee untuk
berspekulasi dalam memberikan jawaban
b) Sifatnya amat terbatas, dalam arti bahwa
tes tersebut hanya dapat mengungkapkan daya ingat dan pengenalan kembali saja.
Jadi sifatnya hanya hafalan.
c) Pada umumnya tes objektif jenis ini
reliabilitasnya rendah, kecuali apabila butir-butir soalnya dibuat dalam jumlah
yang banyak sekali
d) Dapat terjadi bahwa butir-butir soal tes
objektif jenis ini tidak dapat dijawab dengan dua kemungkinan saja, yaitu betul
dan salah.
Berikut
ini beberapa petunjuk yang perlu diperhatikan dalam menyusun buti-butir soal tes objektif bentuk true-false :
1- Seyogyanya tuliskanlah huruf B-S di
depan masing-masing pernyataanl ini dimaksudkan agar mudah bagi testee
memberikan jawaban di samping mudah pula bagi tester mengoreksi jawaban soal
tersebut.
2- Jumlah butir soal hendaknya berkisar
antara 10 sampai dengan 20 butir.
3- Jumlah butir soal yang jawabannya Betul
(B) sebaiknya sama atau seimbang dengan jawaban Salah (S).
4- Urutan soal-soal yang jawabannya Betul
(B) dan yang jawabannya Salah (S) hendaknya jangan dibuat ajeg; buatlah
berselang-seling agar menimbulkan permainan spekulasi tertee.
5- Butir-butir soal yang jawabannya Betul
(B) sebaiknya tidak memiliki corak yang berbeda dari soal-soal yang jawabannya
Salah (S), misalnya soal-soal yang jawabannya B kalimatnya dibuat lebih panjang
daripada yang jawabannya S, atau sebaliknya.
6- Hindarilah pernyataan-pernyataan yang
susunan kalimatnya sama persis seperti yang dimuat dalam buku (bahan tes).
7- Dalam menyusun butir-butir soal tes
objektif bentuk true-false hendaknya dapat dihindari sejauh mungkin, agar tidak
ada butir-butir soal yang jawabannya bersifat relatif (maksudnya ada
kemungkinan jawabannya betul dan ada kemungkinan jawabannya salah) agar tidak
terjadi silang pendapat atau perdebatan antara tester dengan testee.
3. Tes objektik bentuk Matching
(menjodohkan)
Tes
objektif bentuk matching sering dikenal dengan tes menjodohkan, tes mencari
pasangan, tes menyesuaikan, tes mencocokkan dan tes mempertandingkan. Adapun
ciri-cirinya adalah sebagai berikut:
1) Tes terdiri dari satu pertanyaan dan
satu seri jawaban
2) Tugas testee adalah mencari dan
menempatkan jawaban-jawaban yang telah tersedia sehingga sesuai atau cocok atau
merupakan pasangan atau merupakan jodoh dari pertanyaannya.
Tes
objektif bentuk matching ini memiliki beberapa kebaikan, di antaranya ialah:
1) Pembuatannya mudah
2) Dapat dinilai dengan mudah cepat dan
objektif
3) Apabila jenis tes ini dibuat dengan
baik, maka faktor menebak praktis dapat dihilangkan.
4) Tes jenis ini sangat berguna untuk
menilai berbagai hal; misalnya:
-
Antara
problem dan penyelesaiannya
-
Antara
teori dan penemunya
-
Antara
sebab dan akibatnya
-
Antara
singkatan dan kata-kata lengkapnya
Adapun
segi-segi kelemahan tes ini adalah:
1) Cenderung lebih banyak mengungkap aspek
hafalan atau daya ingat saja
2) Karena mudah disusun maka tes jenis ini
acap kali dijadikan pelarian bagi pengajar, yaitu dipergunakan kalau pengajar
tidak sempat lagi untuk membuat tes bentuk lain.
3) Karena jawaban yang pendek-pendek maka
tes jenis ini kurang baik untuk mengevaluasi pengertian dan kemampuan membuat
tafsiran (interpretasi)
4) Tanpa disengaja, dalam tes jenis ini
sering menyelinap atau masuk hal-hal yang sebenarnya kurang perlu untuk
diujikan.
Beberapa
petunjuk praktis yang harus diperhatikan dalam pembuatan tes matching:
1) Butir soal tidak kurang dari 10 dan
tidak lebih dari 15
2) Pada setiap kelompok item hendaknya
ditambahkan sekitar 20% kemungkinan jawab (daftar II) Hal ini dimaksudkan untuk
mencegah kemungkinan terjadinya keadaan di mana pasangan yang harus dipilih
tinggal sedikit, (misalnya tinggal dua atau tiga saja)
3) Daftar yang berada disebelah kiri
hendaknya dibuat lebih panjang daripada yang di sebelah kanan, agar jawaban
dapat dengan cepat dicari dan ditemukan testee.
4) Hendaknya diatur sedemikian rupa ,
sehingga kelompok soal maupun kelompok jawaban berada dalam satu halaman
kertas.
5) Sekalipun kadang-kadang suloit
dilaksanakan usahakanlah agar petunjuk tentang cara mengerjakan soal dibuat
seringkas dan setegas mungkin.
4. Tes Objektif bentuk soal pilihan ganda
Tes
bentuk multi choice item seringkali dikenal dengan istilah tes objektif bentuk
pilihan ganda, yaitu salah satu bentuk tes objektif yang terdiri atas
pertanyaan atau pernyataan yang sifatnya belum selesai, dan untuk
menyelesaikannya harus dipilih salah satu atau lebih dari beberapa kemungkinan
jawab yang telah disediakan pada tiap-tiap butir soal yang bersangkutan.
Tes
objektif berbentuk multi choice terdiri dari dua bagian:
a) Item atau soal, dapat berbentuk
pertanyaan dan dapat pula pernyataan
b) Option atau alternatif, yaitu
kemungkinan-kemungkinan jawab yang dapat dipilih oleh testee. Option ini
terdiri dari dua bagian; (1) satu jawaban betul yang biasa disebut kunci
jawaban. (2) beberapa pengecoh atau distraktor yang jumlahnya berkisar antara
dua sampai lima buah.
Dalam
perkembangannya, sampai saat ini tes objektif bentuk multi choice item dapat
dibedakan menjadi delapan model, yaitu: (1) model melengkapi lima pilihan (2)
model asosiasi dengan lima atau empat pilihan (3) model melengkapi berganda (4) model analisis
hubungan antar hal (5) model analisis kasus (6) model hal kecuali (7) model
hubungan dinamik (8) model pemakaian diagram, grafik, peta atau gambar
C. Perbedaan dan persamaan tes uraian dan
tes Objektif
Antara tes uraian dan tes
objektif terdapat perbedaan mendasar. Robert L. Ebel (1965) merumuskan perbedaan
tersebut sebagai berikut:
a.
Tes uraian mengharuskan siswa
merencanakan jawabannya sendiri dan menyatakan jawabannya itu dalam
kata-katanya sendiri. Sedangkan tes objektif mengharuskan siswa untuk memilih
salah satu jawaban dari beberapa kemungkinan jawaban yang telah disediakan.
b.
Tes uraian secara relative
terdiri dari pertanyaan yang bersifat umum dan terbatas, sedangkan tes objektif
terdiri dari banyak pertanyaan yang sangat spesifik.
c.
Peserta didik menghabiskan
waktunya untuk berpikir dan menulis dalam menjawab tes uraian, dalam tes
objektif siswa menghabiskan waktunnya dengan berpikir dan membaca.
d.
Mutu tes uraian ditentukan oleh
keterampilan pemeriksa jawaban siswa, sedangkan mutu tes objektif ditentukan
oleh keterampilan guru mengkonstruksi butir soal.
e.
Soal tes uraian secara relative
mudah dikonstruksi tetapi sukar diskor secara akurat. Sebaliknya soal untuk tes
objektif sukar dikonstruksi butir soal.
Persamaan antara Tes uraian dan
Tes Objektif
Disamping beberapa
perbedaan yang disebutkan diatas, ada juga beberapa persamaan antara keduanya,
seperti :
a.
Kedua bentuk tes ini dapat
digunakan untuk mengukur hampir semua hasil belajar yang dapat diukur dengan
tes tertulis.
b.
Kedua bentuk tes ini dapat
menggalakkan peserta didik untuk mempelajari secara sungguh-sungguh bahan dalam
semua tingkatan kemampuan kognitif seperti pengetahuan.
c.
Kedua bentuk tes menuntut
kemampuan penilaian subjektif.
d.
Kemanfaatan kedua skor bentuk tes
tersebut akan tergantung pada objektivitas dan stabilitas tes masing-masing.
DAFTAR
PUSTAKA
Arikunto,
Suharsimi, Prof, DR, Prosedur Penelitian: Suatu pendekatan Praktik, Jakarta PT,
Rineka Cipta cet. Ke -14 : 2010
Sudijono,
Anas, Pengantar Evaluasi Pendidikan, Jakarta PT Raja Grafika Persada: 2007
Sukardi,
HM, Prof. Ph.D. Evaluasi Pendidikan Prinsip dan Operasionalnya, Jakarta PT.
Bumi Aksara, cet. Ke-6 : 2011
Tidak ada komentar:
Posting Komentar