UIA Post Graduate


JARINGAN DIFUSI DAN AGEN PERUBAHAN 


BAB I
PENDAHULUAN
1.      Latar belakang
 Difusi inovasi merupakan langkah cerdas pemanfaatan jaringan sosial di masyarakat untuk selanjutnya terjadi adopsi inovasi sebagaimana yang dikehendaki oleh inovator. Inovasi dan perubahan merupakan dua kata yang tak terpisahkan. Dalam setiap inovasi terjadi perubahan, namun tidak semua perubahan disebut inovasi. 
Rogers (1983 : 11) menjelaskan, inovasi adalah suatu gagasan, praktek, atau objek benda yang dipandang baru oleh seseorang atau kelompok adopter lain. Kata "baru" bersifat sangat relatif, bisa karena seseorang baru mengetahui, atau bisa juga karena baru mau menerima meskipun sudah lama tahu

Dalam prakteknya divusi inovasi tidak semudah memahami teorinya, sebab ranah praktek terkadang tidak terkaver dalam teori. Tidak semua sistem sosial masyarakat bisa dengan perlakuan yang sama. Perbedaan tarap pengetahuan, kesadaran perubahan dan kemapaan ekonomi terut menentukan cepat lambatnya proses adopsi inovasi. Maka untuk memudahkannya, divusi inofasi harus dikawal dengan disiplin ilmu yang lain; sosiologi, antropologi, psikologi dan komunikasi serta ilmu lainnya.  

Dari penjelasan tersebut, dapat dikatakan bahwa munculnya inovasi karena adanya permasalahan yang harus diatasi, dan upaya mengatasi permasalahan tersebut melalui inovasi (seringkali disebut dengan istilah "pembaharuan" meskipun istilah ini tidak identik dengan inovasi).  Inovasi ini harus merupakan hasil pemikiran yang original, kreatif, dan tidak konvensional. Penerapannya harus praktis di mana di dalamnya terdapat unsur-unsur kenyamanan dan kemudahan. Semua ini dimunculkan sebagai upaya untuk memperbaiki keadaan atau permasalahan.

Inovasi akan bermakna jika diterapkan atau diadopsi, sebab jika inovasi tersebut tidak diterapkan atau diadopsi maka inovasi tersebut hanya akan menjadi inovasi yang tidak berguna. Dalam upaya adopsi dikenal strategi sentralisasi dan strategi desentralisasi.  (disebut penyebaran/difusi inovasi jika ditinjau dari sisi pengembang inovasi, sedangkan adopsi inovasi merupakan prosedur yang dilihat dari sisi calon pemakai/adopter).

Manusia adalah makhluk sosial, dalam kehidupan sehari-hari saling membutuhkan dan karenanya terjadi komunikasi, saling mempengaruhi. Kualitas informasi ditentukan oleh konten dan cara menyampaikannya serta kecocokannya dengan apa yang dibutuhkan oleh masyarakat.  Jaringan ini tumbuh dan menjadi sistem sosial di masyarakat yang sangat bermanfaat untuk melakukan disfusi inovasi. Perubahan akan terus terjadi, namun perubahan yang diharapkan adalah yang sesuai dengan inovasi terutama di bidang pendidikan.   

2. Rumusan Masalah
Dari uraian di atas,  penulis batasi permasalahanya dalam rumusan sebagai berikut:
a.       Hakikat jaringan difusi dan agen perubahan
b.      Alur model Komunikasi Dalam jaringan difusi
c.       Agen Perubahan sebagai penghubung
d.      Faktor Sukses Agen Perubahan
e.       Sistem Difusi Desentralisasi dan Sentralisasi
f.       Peran Agen Perubahan dalam proses difusi Inovasi di bidang pendidikan  

3. Tujuan
Makalah ini bertujuan untuk mengetahui
a.       Hakikat jaringan difusi dan agen perubahan
b.      Alur model Komunikasi Dalam jaringan difusi
c.       Agen Perubahan sebagai penghubung
d.      Faktor Sukses Agen Perubahan
e.       Sistem Difusi Desentralisasi dan Sentralisasi
f.       Peran Agen Perubahan dalam proses difusi Inovasi di bidang pendidikan




BAB II
PEMBAHASAN
a.      Hakikat Jaringan Difusi dan Agen Perubahan

Difusi adalah proses komunikasi inovasi antara warga masyarakat (anggota sistem sosial) dengan menggunakan saluran tertentu dalam waktu tertentu. Komunikasi dalam definisi ini ditekankan dalam arti terjadinya saling tukar informasi (hubungan timbal balik) antar beberapa individu baik secara memusat (konvergen) maupun memencar (divergen) yang berlangsung secara spontan. Dengan adanya komunikasi ni akan terjadi kesamaan pendapat antar warga masyarakat tentang inovasi.

Rogers membedakan antara sistem difusi sentralisasi dan sistem difusi desentralisasi. Dalam sistem difusi sentralisasi, penentuan tentang berbagai hal, seperti; kapan dimulainya difusi inovasi, dengan saluran apa, siapa yang anak menilai hasilnya, dan sebagainya dilakukan oleh sekelompok kecil orang tertentu atau pemimpin agen pembaharu. Sedangkan dalam sistem difusi desentralisasi penentuan itu dilakukan oleh klien (warga masyarakat)  bekerja sama dengan beberapa orang yang telah menerima inovasi.

Ada empat elemen pokok difusi inovasi, yaitu: (1) inovasi, (2) komunikasi dengan saluran tertentu, (3) waktu, dan (4) warga masyarakat (anggota sistem sosial)   
Jaringan sosial adalah keterkaitan hubungan dan komunikasi antar individu dalam masyarakat yang disebabkan oleh berbagai kepentingan dan sebab. Jaringan sosial yang ada di masyarakat tersebut perlu dimanfaatkan sehingga menjadi jaringan difusi.

Proses penyebaran informasi tentang inovasi sangat efektif jika didifusikan melalui saluran media massa. Namun untuk membujuk calon adopter agar segera membuat keputusan adopsi, peran media interpersonal menjadi lebih penting. Dalam tahapan yang disebut tahap persuasi itulah jaringan sosial yang ada dalam masyarakat sangat berguna bagi proses difusi inovasi.

Ada beberapa metode utama yang dapat digunakan untuk meneliti jaringan sosial yang ada di masyarakat atau sistem sosial, yaitu dengan metode sosiometri dan dengan metode observasi.  Dengan metode sosiometri dapat diketahui hubungan antar individu dalam suatu sistem sosial. Dengan metode sosiometri dan juga dengan observasi partisipatoris dapat diketahui siapa saja individu-individu dalam suatu sistem sosial tersebut yang berperan sebagai pemimpin opini.

Difusi adalah salah satu jenis perubahan sosial, yang diartikan sebagai proses perubahan struktur dan fungsi suatu sistem sosial. Bila ide-ide baru ditemukan, disebarkan, dan diadopsi atau ditolak, dan membawa dampak tertentu pada suatu sistem sosial tertentu, maka terjadilah perubahan sosial. Tentu saja, perubahan itu dapat terjadi dengan cara lain, misalnya melalui revolusi politik atau karena peristiwa alam seperti banjir bandang atau gempa bumi.

Beberapa penulis membatasi arti difusi pada penyebaran ide-ide baru yang spontan dan tak terencana, dan menggunakan istilah diseminasi untuk difusi yang terarah dan terkelola. Dalam buku ini kami menggunakan istilah difusi dan diseminasi silih berganti, sebab dalam praktek perbedaan antara keduanya tidak begitu jelas. Dan, kaidah umum menggunakan kata difusi baik untuk penyebaran ide-ide baru yang spontan maupun yang terencana.

Namun ada baiknya membedakan antara sistem difusi terpusat dan yang tak terpusat. Dalam sistem difusi terpusat, keputusan mengenai hal-hal seperti kapan mulai menyebarkan inovasi, siapa yang harus menilainya, dan melalui saluran apa inovasi itu disebarkan, dibuat oleh beberapa pejabat dan atau pakar teknik di pucuk pimpinan lembaga pembaruan. Dalam sistem difusi tak terpusat, keputusan seperti itu diperbincangkan lebih luas dengan para klien dan calon pengguna; di sini jejaring komunikasi horisontal (mendatar) di antara klien merupakan mekanisme pokok penyebaran inovasi. 

Sebetulnya, bisa saja tidak ada agen pembaru dalam sistem difusi yang sangat tak terpusat; para calon pemakai inovasi sendiri yang secara swakelola bertanggung jawab atas penyebaran inovasi. Ide-ide baru bisa muncul dari pengalaman praktis orang-orang tertentu dalam sistem sosial klien, selain yang datang dari kegiatan resmi penelitian dan pengembangan. Tadinya ada dugaan bahwa sistem difusi yang relatif terpusat seperti dinas penyuluhan pertanian itulah yang merupakan unsur penting dalam proses difusi. Tetapi dalam beberapa tahun terakhir ini beberapa sistem difusi yang relatif tak terpusat telah diselidiki dan dievaluasi. Tampaknya dalam kondisi-kondisi tertentu ia merupakan pengganti yang tepat bagi difusi yang terpusat.

Mempelajari model alur komunikasi sangat membantu untuk memahami opinion leadership (kepemimpinan opini) dan jaringan difusi, sebagai rangkaian pintu masuk pada studi komunikasi.

b.      Alur model Komunikasi Dalam jaringan difusi.

Alur model komunikasi dalam jaringan difusi, secara umum terbagi menjadi dua macam:   
1.     The hypodermic Needle Modelyaitu Model ‘jarum hipodermik’ di mana secara postulat, media massa mempunyai pengaruh langsung, segera dan kuat pada individu-individu yang terkait dengan media massa, tapi tidak terkait satu dengan lainnya.


Media masa di tahun 1940 dan 1950 dipersepsikan memiliki pegaruh yang kuat untuk merubah tingkah laku (behavior). Kedahsyatan media digambarkan sebagai pembawa pesan  untuk mengurai masa dari para individu (Katz and lazarsfeld). Kesimpulan tentang kekuatan media masa digambarkan dari beberapa peristiwa bersejarah : (1) the role of the Hearst newspapers in arousing public support for the Spanish-American War, (2)  the power of Nazi leader Joseph Goebbel’s propaganda apparatus during World War II in Europe, and (3) the influence of Madison Avenue advertising on customer and voting behavior in the United States.

2.      The two-step Flow Model: yaitu Pesan mengalir dari sumber via media massa ke pemimpin opini yang pada gilirannya menyampaikannya pada para pengikutnya.
The first step, from media sources to opinion leaders, is mainly transfer of information, whereas the second step from opinion leaders to their followers, also involves the spread of interpersonal influence.  

Menurut teori Granovetter, individu cenderung terkait dengan orang yang secara fisik dekat dan menurut atribut-atribut seperti kepercayaan, pendidikan dan status sosial relatif sama (homofili; kontras dengan heterofili di mana atribut-atribut tersebut relatif beda). Duff dan Liu (1975) menyatakan bahwa dalam satu network komunikasi, pertukaran informasi dari satu clique (yang ditandai dengan promiximitas komunikasi tinggi) ke clique lain dijembatani oleh proximitas komunikasi rendah yang heterofili (misal, dari clique berstatus sosial tinggi ke clique berstatus sosial lebih rendah).

Beberapa temuan lainnya ialah (a) Dalam network heterofili, pengikut cenderung mencari pemimpin opini yang mempunyai status sosial, pendidikan, ekspose ke media massa, tingkat keinovatifan, tingkat kekosmopolitan dan tingkat kontak dengan agen perubahan lebih tinggi, (b) pemimpin opini lebih sejalan dengan norma sistem dibanding dengan pengikutnya, (c) pemimpin opini dapat dibedakan menjadi polimorfis (mempunyai opini dalam banyak bidang) atau monomorfis (mempunyai opini hanya dalam satu bidang), dan (d) network personal radial (dari satu ke banyak orang) lebih penting untuk inovasi dibanding dengan network interlocking di mana individu saling berinteraksi.

c.       Agen Perubahan sebagai penghubung
Dalam difusi inovasi diperlukan orang-orang yang berperan sebagai agen perubahan. Agen perubahan ini menjadi penghubung antara calon adopter dengan inovator. 
Agen perubahan atau change agent adalah seseorang yang dapapt mempengaruhi orang lain agar sependapat dengan tujuan yang diinginkan oleh suatu institusi yang mengadakan perubahan. Agen perubahan pada umunya memiliki akses banyak kepada institusi oenggagas inovasi, terutama memiliki akses terhadap ide inovatif yang akan atau sedang didifusikan.

Agen perubahan diperlukan terutama dalam: 1) mengembangkan kebutuhan untuk berubah, 2) mengadakan pertukaran informasi dan menjalin hubungan, 3) mendiagnosa masalah, 4) menciptakan minat pada klien untuk berubah, 5) mengubah minat menjadi tindakan, 6) memantapkan adopsi dan mencegah diskontinyu, dan 7) mencapai suatu hubungan baik
Apabila ditinjau lebih lanjut ada beberapa peran yang harus dilaksanakan oleh agen perubahan yaitu peran agen perubahan sebagai penghubung atau linker terutama untuk menyampaikan berbagai pesan atau informasi tentang inovasi.

Sebagai penghubung, agen perubahan melakukan kegiatan-kegiatan: 1) mendifusikan inovasi kepada klien, 2) menyalurkan kebutuhan dan masalah klien kepada institusi perancang perubahan atahu change agency, 3) menyalurkan masukan atau balikan mengenai inovasi kepada institusi perancang perubahan, dan 4) membuat evaluasi atas kesuksesan atau kegagalan difusi yang dilakukannya. 

d.      Faktor Sukses Agen Perubahan
Kesuksesan agen perubahan tergantung pada (a) upayanya menghubungi klien, (b) orientasinya yang lebih kepada klien, bukan pada agensi perubahan,(c) tingkat kesesuaian inovasi dengan kebutuhan klien, (d) empatinya kepada klien, (e) homofilitasnya dengan klien, (f) kredibilitasnya di mata klien, (g) tingkat kesejalanannya dengan pemimpin opini dan (h) kemampuan klien mengevaluasi inovasi.

Selanjutnya, hubungan agen perubahan secara positif tergantung pada lebih tingginya klien dalam hal (a) status sosial, (b) partispasi sosial, (c) pendidikan dan (d) kekosmoplitannya.
Sistem difusi sentralistik dipadu dengan sistem difusi desentralistik dan/atau penerapan kedua sistem tersebut disesuaikan dengan kebutuhan. Dalam sistem difusi sentralistik, difusi dilakukan oleh pemerintah dan/atau ahli; sementara itu, dalam sistem difusi desentralistik, inovasi datang dari ekpserimentasi lokal yang sering dilakukan oleh pengguna itu sendiri dan atau atas dasar saling tukar informasi untuk mencapai suatu pemahaman bersama. Difusi lewat network horizontal dilakukan unit lokal dengan tingkat kemungkin reinvensi yang tinggi.

e.       Peran Agen Perubahan dalam Proses Difusi Inovasi di Bidang Pendidikan
Ibrahim (1988) mengemukakan bahwa inovasi pendidikan adalah inovasi dalam bidang pendidikan atau inovasi untuk memecahkan masalah pendidikan. Jadi, inovasi pendidikan adalah suatu ide, barang, metode yang dirasakan atau diamati sebagai hal yang baru bagi seseorang atau kelompok orang (masyarakat), baik berupa hasil invensi (penemuan baru) atau diskoveri (baru ditemukan orang), yang digunakan untuk mencapai tujuan pendidikan atau memecahkan masalah pendidikan nasional.

Inovasi (pembaharuan) terkait dengan invention dan discovery. Invention adalah suatu penemuan sesuatu yang benar benar baru, artinya hasil kreasi manusia. Penemuan sesuatu (benda) itu sebelumnya belum pernah ada, kemudian diadakan dengan bentuk kreasi baru. Discovery adalah suatu penemuan (benda), yang benda itu sebenarnya telah ada sebelumnya, tetapi semua belum diketahui orang. Jadi, inovasi adalah usaha menemukan benda yang baru dengan jalan melakukan kegiatan (usaha) baik invention dan discovery.

Menurut Santoso (1974), tujuan utama inovasi, yakni meningkatkan sumber sumber tenaga, uang dan sarana, termasuk struktur dan prosedur organisasi. Tujuan inovasi pendidikan adalah meningkatkan efisiensi,relevansi, kualitas, dan efektivitas. Sarana serta jumlah peserta didik sebanyak banyaknya, dengan hasil pendidikan sebesar besarnya (menurut kriteria kebutuhan peserta didik, masyarakat, dan pembangunan), dengan jumlah yang sekecil kecilnya.

Tujuan inovasi pendidikan Indonesia tahap demi tahap, yaitu :
1.      Mengejar ketinggalan- ketinggalan yang dihasilkan oleh kemajuan kemajuan ilmu dan teknologi          sehingga makin lama pendidikan di Indonesia makin berjalan sejajar dengan kemajuan kemajuan tersebut.
2.      
      Mengembangkan terselenggaranya pendidikan sekolah maupun luar sekolah bagi setiap warga negara. Misalnya meningkatkan daya tampung usia sekolah SD, SLTP, SLTA, dan perguruan tinggi. Di samping itu, akan di usahakan peningkatan mutu yang dirasakan semakin menurun dewasa ini. Dengan sistem penyampaian sistem yang baru, diharapkan peserta didik menjadi manusia yang aktif, kreatif, dan terampil memecahkan masalahnya sendiri.

Tugas Agen Perubahan di Bidang Pendidikan  

Secara umum, tugas agen perubahan adalah sebagai berikut:
1.      Mensosialisasikan program Inovasi pendidikan kepada kepala sekolah di seluruh daerah masing-masing dan cara implementasinya pada proses pembelajaran.
2.      Mendiagnosa masalah yang dihadapi klien atau sasaran sehingga diketahui mengapa alternatif yang digunakan itu tidak sesuai dengan kebutuhan klien atau sasaran.
3.      Membangkitkan kebutuhan untuk berubah, agen pembaharu harus membantu sasaran atau klien, agar mereka sadar akan perlunya inovasi pendidikan.

Secara khusus, tugas agen perubahan meliputi:

1.      Perencanaan 
Sebelum melakukan tindakan, maka change agency harus membuat  rancangan kegiatan yang akan dilakukanyaitu:
        Menetapkan kriteria sekolah di daerah yang akan dijadikan model pengembangan, yang memenuhi syarat baik dari sarana prasarana, SDM atau kesiapan guru dan siswa dalam melaksanakan inovasi di bidang pendidikan.
        Menetapkan sekolah yang ada di daerah untuk dijadikan sebagai klien atau sasaran agen perubahan dalam divusi inovasi pendidikan.
        Menyusun tim pelaksana yang disebut Tim Pengembang Inovasi Pendidikan. Tim ini melibatkan guru sekolah yang bersangkutan dan terdapat pengurus di dalamnya serta menetapkan tugas - tugasnya.
        Merancang program kegiatan pelatihan proses mengembangkan inovasi pendidikan dan pelatihan tentang program yang disesuaikan dengan SDM guru yang bersangkutan. Meliputi waktu, tempat , jumlah peserta didik dan rangakaian acara yang akan dijalani.

2) Pelaksanaan
        Membentuk Tim Pengembang Inovasi di bidang pendidikan yang terdiri dari dewan pendidikan dan komite sekolah yang bertanggung jawab atas pelaksanaan, pengurus dari agen pembaharu sebagai pelaksana dan fasilitator serta dari berbagai pihak yang terlibat dalam pendidikan.
        Mengadakan seminar atau penyuluhan kepada sekolah-sekolah tentang inovasi di bidang pendidikan.
        Menyediakan dan menyiapkan tenaga, alat-alat, dan tempat yang digunakan untuk acara pengenalan inovasi pendidikanchange agency harus menyiapkan pelatihan-pelatihan untuk tenaga pendidik.
        Melaksanakan acara pengenalan inovasi pendidikan sesuai dengan waktu, tempat, dan rangkaian acara yang telah ditetapakan. Agen perubahan menerangkan pelatihan-pelatihan tentang inovasi pendidikan yang kemudian untuk dipraktekkan oleh tenaga pendidk dalam pembuatan  program di sekolah.
        Agen perubahan agar menyediakan atau memberikan tunjangan kepada sekolah untuk memenuhi sarana dan prasarana yang di butuhkan dalam proses belajar dan pembelajaran melanjutkan usaha perubahan sosial.









BAB III
PENUTUP
Kesimpulan

a.       Jaringan sosial di masyarakat adalah sarana efektif untuk melakukan difusi inovasi apabila dikelola dengan baik komunikasi.

b.      Alur model Komunikasi Dalam jaringan difusi
Alur model komunikasi dalam jaringan difusi ada dua macam yaitu The hypodermic Needle Model, yaitu Model ‘jarum hipodermik’ di mana secara postulat, media massa mempunyai pengaruh langsung, segera dan kuat pada individu-individu yang terkait dengan media massa, tapi tidak terkait satu dengan lainnya. Dan The two-step Flow Modelyaitu Pesan mengalir dari sumber via media massa ke pemimpin opini yang pada gilirannya menyampaikannya pada para pengikutnya. Agen Perubahan sebagai penghubung

c.       Peran agen perubahan sebagai penghubung, maka harus melakukan kegiatan-kegiatan: (1) mendifusikan inovasi kepada klien,( 2) menyalurkan kebutuhan dan masalah klien kepada institusi perancang perubahan atahu change agency, (3) menyalurkan masukan atau balikan mengenai inovasi kepada institusi perancang perubahan, dan (4) membuat evaluasi atas kesuksesan atau kegagalan difusi yang dilakukannya.

d.      Dalam sistem difusi sentralistik, difusi dilakukan oleh pemerintah dan/atau ahli; sementara itu, dalam sistem difusi desentralistik, inovasi datang dari ekpserimentasi lokal yang sering dilakukan oleh pengguna itu sendiri dan atau atas dasar saling tukar informasi untuk mencapai suatu pemahaman bersama. Difusi lewat network horizontal dilakukan unit lokal dengan tingkat kemungkin reinvensi yang tinggi.

e.       Kesuksesan agen perubahan tergantung pada (a) upayanya menghubungi klien, (b) orientasinya yang lebih kepada klien, bukan pada agensi perubahan,(c) tingkat kesesuaian inovasi dengan kebutuhan klien, (d) empatinya kepada klien, (e) homofilitasnya dengan klien, (f) kredibilitasnya di mata klien, (g) tingkat kesejalanannya dengan pemimpin opini dan (h) kemampuan klien mengevaluasi inovasi.
  
Saran-saran 

Kepada para pembaca, khususnya mahasiswa  agar di dalam melakukan difusi inovasi bidang pendidikan :
a.       Mempelajari sistem sosial atau masyarakat  di mana mereka akan dilibatkan dalam inovasi di bidang pendidikan.

b.      Komunikasi interpersonal hendaknya mendapat perhatian karena hal ini lebih efektif dalam penyebaran informasi positif di masyarakat pendidikan.

c.       Agar inovasi dapat diadopsi secara cepat dan bertahan lama, maka agen perubahan harus terlibat aktif dalam proses difusi inovasi, update dan exspose informasi dari sumber dan kepada sistem sosial masyarakat pendidikan.  












SILABUS

Mata Kuliah             :  Pengembangan  Sumber Belajar
                        Kode Mata Kuliah   :  MTP-
                        Program Studi         :  Magister (S2) Teknologi Pendidikan
                        Bobot/smt                 :  3 sks (3-0)

A.     DESKRIPSI MATA KULIAH

Mata kuliah Pembelajaran dikembangkan  Berbasis ICT (information comunication technology) membahas tentang pemanfaatan ICT dalam metode pembelajaran  sehingga pembelajaran meliputi;  Pengertian Sumber Belajar, Pendekatan penerapan ICT dalam pembelajaran, desain  pembelajaran dengan menggunakan Media, dan pelaksanaan pembelajaran di sekolah.

B.      TUJUAN PERKULIAHAN

Setelah menyelesaikan mata kuliah ini mahasiswa mampu mendesain pembelajaran berbasis ICT, dan melaksanakan pembelajaran berbasis ICT di sekolah.

C.  GARIS BESAR PROGRAM PERKULIAHAN

 
Tatap
Muka
Tujuan Pembelajaran
Pokok Bahasan
Sub Pokok Bahasan
1
Mampu menjelaskan pengertian ,  konsep dan karakteristik sumber Belajar
Pengertian, konsep dan dan karakteristik dan lingkup Sumber Belajar
a.   Pengetrian Sumber Belajar
b.   Konsep dan  karakteristik Sumber Belajar
c.   Lingkup Sumber Belajar

2
Mampu menjelaskan beberapa pendekatan penerapan ICT dalam pembelajaran di sekolah

Pendekatan penerapan ICT melalui pembuatan Blog di sekolah
Kelompok 1

a.  Aplikasi Pembuatan Blog dalam Pembelajaran
b.  Pemanfaatan Blog dalam Pembelajaran
c.   Mendesain Paparan pembelajaran dengan Blog
3
Mampu menjelaskan secara luas tentang peran dan fungsi Sumber Belajar
Peran dan fungsi Sumber Belajar

Kelompok 2
a.   Peran sumber belajar dalam pembelajaran
b.   Jenis-jenis Sumber Belajar
c.   Fungsi Sumber Belajar
d.   Pemanfaatan Sumber Belajar

 4
      Mampu menganalisis kebutuhan belajar dan pembelajaran 
       Pemilihan, Jenis dan klasifikasi Media Pembelajaran

     Kelompok 3
a.  menganalisis  kondisi Real kebutuhan
1)      Pelajar
2)      Lingkungan/tujuan
3)      Kurikulum
4)      Tugas/guru
b.   Mengklasifikasikan jenis media Belajar yang sesuai dengan segala   tingkatan
5
     Mampu menganalisa Sumber Belajar sebagai Media Instruksional Edukatif
      Sumber Belajar dalam Konteks Media Instruksional Edukatif

       Kelompok 4
a.   Menganalisa kebutuhan media instruksional
b.   Peranan media instruksional dalam mencapai tujuan pembelajaran
6
Mampu menganalisa dan Mengembangkan Media Pembelajaran
Pengembangan Media Pembelajaran

Kelompok 5
a.      implementasi  media pembelajaran dan melakukan penilaian pembelajaran
b.      penyempurnaan/perbaikan media pembelajaran
7
Mampu merencanakam Pembelajaran Menggunakan Media
Perencanaan Pembelajaran Menggunakan Media
 Kelompok 6
a.      Perencanaa pembelajaran
b.      mendesain pembelajaran (instructional designe) dengan melibatkan media
c.       perencanaan e valuasi
8
      Mampu desain  pembelajaran  dengan metode diskusi berbasis ICT
      Pengembangan Media dalam Diskusi  pada pembelajaran
      Kelompok 7
Membuat scenario pembelajaran dengan media dalam metode belajar diskusi
9             
      Praktek  pembelajaran berbasis multimedia pada peserta didik di sekolah

      Kelompok 8

                                                                                   





































Tidak ada komentar:

Posting Komentar