Oleh:
Syamsul Hadi
“Manusia rela berkorban
dan bersedia bekerja untuk orang lain, yaitu ketika mereka memiliki tujuan yang
sama. “(Trustco)
Jin dan manusia diciptakan oleh Allah supaya beribadah
kepada –Nya. Ibadah kepada Allah adalah ikatan tujuan manusia. Tatkala manusia
meniatkan aktifitasnya untuk beribadah kepada Allah dengan benar, dapat dijamin
bahwa aktifitas tersebut berjalan dengan baik dan tidak menghalangi
kepentingan-kepentingan orang yang bersamanya, baik aktifitas tersebut muncul
sebagai kerja lembaga maupun kerja individu.
Di sinilah letak pentingnya keikhlasan dalam menjalankan
roda organisasi. Ikhlas dalam berorganisasi berarti bersedia untuk
mengedepankan cita-cita organisasi dan menekan kepentingan-kepentingan pribadi.
Kepentingan pribadi tidak terbelenggu dalam menjalankan organisasi jika
organisasi tersebut berorientasi pada pengabdian kepada Allah, yang mewajibkan
adanya prinsip-prinsip Islami. Apapun kebijakan organisasi dapat diterima
dengan lapang dada oleh para anggota karena didasari dengan asas musyawarah,
dan keterbukaan.
Perencanaan kerja serta kebijakan organisasi diwujudkan
dengan mekanisme musyawarah, realisasi program dikerjakan dengan prinsip
keterbukaan, terutama menyangkut masalah
keuntungan materi organisasi.
Musyawarah dibutuhkan untuk melahirkan program dan
kebijakan bersama, sehingga masing-masing merasa memilikinya dan bertanggung
jawab untuk mensuksesannya. Untuk mengukur prilaku organisasi, apakah sejalan
dengan cita-cita atau malah menyimpang, maka harus ditetapkan sejak awal visi
dan misi serta strategi organisasi sehingga dalam perjalanannya, secara berkala
bisa dievaluasi.
Penyakit yang sering timbul dalam kehidupan berorganisasi
adalah benturan kepentingan antara pribadi anggota dengan lembaga, atau antara
anggota dengan anggota lainnya, atau antara anggota dengan pimpinan, atau
antara pimpinan dengan lembaga. Jika sudah demikian maka tiada pilihan untuk
menyelamatkan organisasi selain reorientasi semua elemen yang tergabung dalam
organisasi, atau lebih besar lagi- kalau pilihan pertama gagal- penyingkiran
orang-orang yang sudah tidak sejalan dengan cita-cita organisasi, sebuah
pilihan yang sangat berat, namun jauh lebih berat jika tidak dilakukan; bubar.
Secara teknis reorientasi elemen organisasi dapat
dilakukan dengan; penataan ulang mekanisme kerja, penegakan aturan organisasi,
dan pemberlakuan sanksi bagi siapapun yang melanggar aturan. Tetapi kalau
ternyata penyakit itu justru terjadi pada organisasi dan bukannya SDM yang
tergabung di dalamnya maka pembenahannya adalah dengan reorientasi organisasi.
Peninjauanulang visi dan misi serta pelengkap organsiasi lainnya.
Indikasi sehatnya organisasi adalah adanya kemajuan dari
waktu kewaktu. Misalnya lembaga pendidikan indikasinya antara lain kepercayaan
masyarakat semakin tinggi yang ditunjukkan dengan meneyekolahkan anaknya di
situ. Kepercayaan masyarakat pemegang dana ditunjukkan dengan kesediaan mereka
untuk membiayai/menyumbang lembaga tersebut. Kemudian Lembaga tersebut secara
internal bisa membaca grafik kemajuan berbagai hal sebagaimana dicita-citakan
sejak awal.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar