Rabu, 16 April 2014

Pengantar Studi Islam 1


Makalah
AR-RAJA’
Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Studi Islam
Dosen: Prof. Dr. H. Ahmad Satori Ismail, MA.
Disusun oleh :
SYAMSUL HADI
NIM: 5520 110 135
PROGRAM PASCA SARJANA
MAGISTER TEKNOLOGI PENDIDIKAN
UNIVERSITAS ISLAM AS-SYAFI’IYAH (UIA)
Jakarta Tahun 2013
 
Studi Islam 2

KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam. Shalawat dan salam semoga
senantiasa dilimpahkan kepada baginda Nabi Muhammad Saw. teladan umat pemimpin
Alhamdulillah meski agar terlambat, akhirnya makalah dapat penulis selesaikan
sesuai dengan waktu yang ditetapkan. Banyak pelajaran yang penulis dapatkan dalam
penyelesaian tugas ini, di antaranya waktu luang seraing kali membuat orang terlena.
Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada bapak Prof. Dr. H. Ahmad Satori
Ismail, MA. dosen pengampu pada mata kulia Studi Islam, atas bimbingan dan
arahannya.
Tak lupa penulis berterima kasih kepada teman-teman Mahasiswa S2 Magister
teknologi Pendidikan Universitas As-Syafi’iyyah Jakarta yang selalu menyemangati
kebersamaan dalam kerja-kerja kepepndidikan.
Akhirnya tak ada gading yang tak retak, demikian juga makalah ini masih jauh
dari sempurna, untuk itu kritik dan saran yang membangun selalu penulis nantikan demi
perbaikan di masa yang akan datang
Wassalam
Penulis
Syamsul Hadi
NIM: 5520110135
Pengantar Studi Islam 3
AR-RAJA’
Oleh: Syamsul Hadi
A. Pengertian
Menurut al-Jurjani, dalam at-Ta’rifat:
الرجاء في اللغة: الأمل، وفي الاصطلاح: تعلق القلب بمحصول محبوب في المستقبل
(36 / // التعريفات – ( 1
Raja’ menurut bahasa, adalah angan-angan, dan menurut istilah adalah: terikatnya
hati dengan sesuatu yang dicintai yang hendak dicapai di masa yang akan datang.
Raja’ atau berharap adalah prasangka baik seorang hamba kepada Rabbnya di saat
rasa takut lebih mendominasi. Para salaf memperbesar rasa harap ketika mendekati
ajal yakni di saat mereka menghadapi rasa takut akan su’ul khatimah.
Raja’ adalah keinginan seorang terhadap sesuatu yang mungkin diperolehnya dalam
waktu dekat atau jauh tapi diposisikan sebagai sesuatu yang dekat. Raja’
mengandung sikap merendah dan hal ini hanya untuk Allah . Siapa yang
memalingkan kepada selain Allah maka bisa mengakibatkan syirik kecil atau besar
tergantung hati orang yang mengharapkannya.
Allah berfirman,“Barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya maka
hendaklah ia mengerjakan amal shalih dan janganlah ia mempersekutukan
seseorangpun dalam beribadah kepada Tuhannya.” (QS.Al-Kahfi : 110)
Rasa takut dan harap adalah dua sayap bagi hamba untuk terbang menuju keridhaan
Allah. Telah disepakati oleh orang-orang bijak bahwa raja’ tidak sah kecuali jika
disertai dengan amal. Adapun kondisi salaf dalam berharap kepada Allah adalah
sebagai berikut: (a) Mereka melebihkan raja’ ketika mendapatkan kesulitan besar,
khususnya ketika sedang menghadapi ajal. (b) Mereka melebihkan rasa takut di saat
kondisi aman dan menjalani hidupnya. (c) Mereka juga mengumpulkan antara rasa
takut dan berharap ketika menghadapai dua hal di atas.
Yahya bin Muadz berkata,” Sungguh aku berharap keselamataan dari yang
memberiku pakaian ketika hidup di dunia agar tidak menyiksaku setelah matiku.
Sungguh aku mengetahui bahwa kemurahan adalah bentuk kasih sayang-Nya”
Dalam pernyataan beliau ini terdapat perkara penting yang berkaitan dengan masalah
raja’ yakni bahwa rasa harap dibenarkan manakala disertai amal karena Allah, dan
menjauhi maksiat dan larangan-larangan, melaksanakan ketaatan dan apa-apa yang
diperintahkan.
Pengantar Studi Islam 4
Adapun rasa harap yang diiringi dengan melakukan maksiat dan meninggalkan
ketaatan maka dia adalah orang yang terpedaya. bukan perilaku para salaf dan tidak
mereka perintahkan. Ibnul Qayyim berkata,” Jenis raja’ ada tiga macam, dua
diantaranya terpuji dan yang satu adalah tanda terpedaya dan tercela.”
Dua raja’ yang terpuji tersebut adalah seseorang yang melakukan ketaatan kepada
Allah sesuai dengan petunjuk-Nya maka dia adalah orang yang mengharap pahala
Allah. Dan seseorang yang terlanjur melakukan dosa kemudian bertobat darinya
maka dia adalah orang yang mengharap ampunan-Nya, kebaikan, kemurahan,
kelembutan dan kemuliaan.
Adapun jenis raja yang ketiga (yang tercela) adalah seseorang bergumul dengan
keteledoran dan dosa lalu mengharap rahmat Allah tanpa beramal. Inilah orang yang
terpedaya, berangan-angan dan berharap dusta. Fudhail bin Iyadh ketika mensifati
kekuatan raja’ kepada Allah, ia berkata” Andai saja Dia memasukan aku ke dalam
neraka maka aku tidak akan berputus asa.”
Imam Syafi’i berkata,“Ketika aku mengukur hatiku dan sempitnya jalanku, aku
bentangkan tangga harapanku di bawah ampunan-Mu, alangkah besarnya dosaku.
Namun ketika kubandingkan dengan ampunan-Mu wahai Rabbku ternyata ampunan-
Mu lebih besar daripada dosaku, Engkau senantiasa memberi maaf atas dosa,
senantiasa memberi kemurahan ampunan dan karunia. Andai saja Engkau
menyiksaku, aku tidak akan putus asa meski Engkau campakkan aku ke jurang
neraka Kalau bukan hikmah-Mu Engkau tidak akan menyesatkan iblis durjana
Bagaimana tidak demikian, dia telah menggelincirkan hamba pilihan-Mu, Adam.
Aku mendatangi dosa yang aku ketahui kadarnya dan aku tahu bahwa Allah
memaafkan dan mengasihiku ”. Ketahuilah, Raja’ yang terpuji hanya bagi yang mau
taat kepada Allah dan mengharapkan pahalanya atau mau bertaubat dari segala
dosanya dan mengharap akan diterima taubatnya. Adapun pengharapan yang tanpa
disertai dengan amal dan usaha maka ia hanyalah lamunan dan angan-angan yang
tercela.
Imam Abu Zakaria Yahya bin Syaraf an-nawawi, dalam Riyadus Shalihin
menjelaskan :
الرجاء فهو ان ترجو قبول الاعمال وجزيل الثواب عليها وتخاف مع ذلك ان يرد عليك عملك
او يكون قد دخلته آفة أفسدته عليك
Raja’ adalah engkau berharap amalmu diterima dan mendapatkan pahala yang besar,
bersama dengan itu engkau takut amalmu ditolak atau rusak karena sesuatu.
Pengantar Studi Islam 5
Selanjutnya, an-Nawawi menjelaskan:
اعلم أن المختار للعبد في حال صحته أن يكون خائف اً راجياً، ويكون خوفه ورجاؤه
سواءً، وفي حال المرض يمحض الرجاء.
Ketahuilah bahwa yang dipilih seseorang dalam kondisi sehat antara takut dan
berharap sama saja, akan tetapi pada saat sakit ia terfokus pada raja (berharap).
A. Beberapa kaidah syar’iyah Tentang Raja’
1) Dari al-Qur’an
قال الله تعالى: " فَلا يَأمَنُ مَكْرَ الله إلا الْقَوْمُ الخَاسِرُونَ " الأعراف: 99
Tiadalah yang merasa aman dari azab Allah kecuali orang-orang yang merugi.
وقال تعالى: " إنَّه لا ييَْأَسُ مِنْ رَوْحِ الله إلا الْقَوْمُ الْكَافِرُونَ " يوسف: 87
Sesungguhnya tiada berputus asa dari rahmat Allah, melainkan kaum yang kafir".
وقال تعالى: " يوَْمَ تَبْيَضُّ وجُوه وَتَسْوَدُّ وُجُوه " آل عمران: 106
pada hari yang di waktu itu ada muka yang putih berseri, dan ada pula muka yang
hitam muram
. وقال تعالى: " إنَّ رَبَّكَ لَسرِيعُ العِقابِ وَإنَّه لَغفورٌ رَحيمٌ " الأعراف: 167
Sesungguhnya Tuhanmu amat cepat siksa-Nya, dan sesungguhnya Dia adalah Maha
Pengampun lagi Maha Penyayang.
b) Dari Hadits
وعن أبي هريرة، رضي الله عنه، أن رسول الله، صلى الله عليه وسلم، قال: لو يعلم المؤمن ما
عند الله من العقوبة، ما طمع بجنته أحدٌ، ولو يعلم الكافر ما عند الله من الرحمة، ما قنط
من جنته أحدٌ رواه مسلم.
Dari Abu Hurairah RA, bahwa Rasulullah Saw bersabda:”Kalau sekiranya orang
mukmin tahu uqubat (sanksi) yang ada disisi Allah, maka tak seorangpun yang
Pengantar Studi Islam 6
sanggup berambisi dengan surga-Nya. Dan sekiranya orang kafir mengetahui
rahmat yang ada di sisi Allah, maka tak satupun dari mereka yang putus asa untuk
masuk surga.
وعن أبي سعيدٍ الخدري، رضي الله عنه، أن رسول الله، صلى الله عليه وسلم، قال: إذا
وضعت الجنازة واحتملها الناس أو الرجال على أعناقهم، فإن كانت صالحة قالت: قدموني
ا كل 􀂆 ا ؟ يسمع صو 􀂄 قدموني، وإن كانت غير صالحةٍ، قالت: يا ويلها ! أين تذهبون
شيءٍ إلا الإنسان، ولو سمعه صعق رواه البخاري.
Dari Abi Said al Khudri RA, bahwa Rasulullah Saw bersabda: “Ketika jenazah
diletakkan atau dipanggul oleh beberapa orang di pundaknya, jika jenazah orang
soleh maka ia berkata: ”segerakan aku, segerakan aku. Sebaliknya jika jenazah
orang jahat. Maka ia berkata:”duhai celaka, hendak ke mana kalian bawa pergi?”.
Suara itu terdengar oleh semua makhluk selain manusia, andaikan manusia dapat
mendengar niscaya pingsan.”
وعن ابن مسعودٍ، رضي الله عنه، قال: قال رسول الله، صلى الله عليه وسلم: الجنة أقرب
إلى أحدكم من شراك نعله والنار مثل ذلك رواه البخاري.
Dari Ibnu Mas’ud RA. Berkata, Rasulullah Saw. bersabda:”Surga itu lebih
dekat kepada seseorang dari kamu daripada tali sandalnya, demikian juga
neraka.”
B. Keutamaan Raja’ (berharap) Kepada Allah
وعن أبي هريرة رَضِيَ اللَّهُ عَنهُ عن رَسُول اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيهِ وَسَلَّم أنه قال: قال اللَّه عَزَّ وَجَلَّ: أنا عند
ظن عبدي بي، وأنا معه حيث يذكرني، والله لله أفرح بتوبة عبده من أحدكم يجد ضالته بالفلاة، ومن
تقرب إلي شبراً تقربت إليه ذراعاً، ومن تقرب إلى ذراعاً تقربت إليه باعاً، وإذا أقبل إلي يمشي أقبلت إليه
أهرول مُت فَقٌ عَلَيهِ. وهذا لفظ إحدى روايات مسلم.
Dari Abu Hurairah dari Nabi beliau bersabda,” Allah berfirman,” Aku menurut
persangkaan hambaku dan Aku senantiasa bersamanya selama ia mengingat Aku.
Demi Allah, Allah lebih senang menerima tobat hambanya melebihi senangnya
Pengantar Studi Islam 7
sesorang diantara kalian yang menemukan kembali barangnya yang telah hilang
ditengah padang pasir. Siapa saja mendekat kepadaku sejengkal, maka Aku mendekat
kepadanya sehasta dan siapa saja mendekat kepadaku sehasta maka aku akan
mendekt kepadanya sedepa dan apabila ia datang kepada-Ku dengan berjalan maka
aku datang kepadanya dengan cara berlari.” (HR.Bukhari dan Muslim)
وعن أنس رَضِيَ اللَّهُ عَنهُ قال سمعت رَسُول اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيهِ وَسَلَّم يقول: قال اللَّه تعالى: يا ابن آدم
إنك ما دعوتني ورجوتني غفرت لك على ما كان منك ولا أبالي، يا ابن آدم لو بلغت ذنوبك عنان ا
لسماء ثم استغفرتني غفرت لك، يا ابن آدم إنك لو أتيتني بقراب الأرض خطايا ثم لقيتني لا تشرك بي
ا مغفرة رَوَاهُ التِّرمِذِيُّ وَقَالَ حَدِيثٌ حَسَنٌ 􀂄 شيئاً لأتيتك بقرا
Dari Anas , Rasulullah bersabda,” Hai anak adam selama kamu berdoa dan
berharap kepadaku pastti Aku ampuni dosa yang telah kamu perbuat dan aku tidak
peduli berapapun banyaknya. Hai anak Adam andaikan dosa-dosamu bagaikan awan
dilangit kemudiankamu memohon ampun kepada-Ku pasti aku mengampunimu. Hai
anak Adam, sesungguhnya andaikan kamu datang kepadaku dengan membawa dosa
seisi bumi kemudian kamu menghadap Aku sedangkan kamu tidak menyekutukan Aku
maka Aku akan mengampuni dosa yang seisi bumi banyaknya itu.”(HR.Tirmidzi)
وعن أبي هريرة رَضِيَ اللَّهُ عَنهُ قال، قال رَسُول اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيهِ وَسَلَّم: لما خلق اللَّه الخلق كتب في
كتاب فهو عنده فوق العرش: إن رحمتي تغلب غضبي، وفي رواية: غلبت غضبي، وفي رواية: سبقت
غضبي مُتَّفَقٌ عَلَيه
Dari Abu Hurairah Rasulullah bersabda, “Tatkala Allah menciptakan makhluk, Ia
menulis pada suatu kitab. Kitab itu berada disisinya di atas ‘Arasy bertuliskan,”
Sesungguhnya rahmat-Ku mendahului murka-Ku.” (HR.Bukhari dan Muslim)
C. Mempertemukan Antara Khauf Dan Raja’.
Orang-orang shalih mendidik jiwa dengan cara mengagumkan. Mereka berada di
antara Targhib (motivasi) dan Tarhib (ancaman). Jika jiwanya menghadap Allah
dengan ketaatan, mereka takut kalau amalnya tidak diterima. Jika mereka mengikuti
hawa nafsu mengambil dan cenderung kepadanya, maka segera menghentikannya
dan timbul rasa takut. Mereka takut kepada Allah dan takut siksa-Nya. Lalu
menindaklajuti rasa takut akan ancaman Allah tersebut dengan Targhib terhadap apa
yang ada di sisi Allah. Rahasia persoalan tersebut adalah; jika seseorang hanya
mengingat iming-iming karunia dan rahmat Allah saja maka dia akan merasa cukup
dengan harapannya dan meninggalkan amal, di saat itu mereka perlu menghadirkan
Pengantar Studi Islam 8
rasa takut ancaman Allah. Jika seseorang hanya mengingat ancaman Allah dan takut
akan makar-Nya kepada hamba-Nya ini bisa menyebabkan dia berputus asa dari
rahmat-Nya. Di saat itu mereka perlu menghadirkan rasa harap akan apa yang ada di
sisi Allah berupa luasnya karunia-Nya serta kesempurnaan rahmat-Nya. Beginilah
rasa takut dan harap. Muhammad bin Wasi berkata ketika mendekati ajalnya,”
Wahai saudaraku tahukah kalian, kemanakah dia akan membawaku?” Demi Allah
hanya ada dua kemungkinan, ke neraka atau Allah mengampuniku.”
D. Implementasi Raja’ Dalam Kehidupan di Pesantren Daar el-istiqomah Serang
Pondok Pesantren Modern Daar el-Istiqomah Serang, merupakan lembaga pendidikan
formal yang memadukan kurikulum Kementerian Agama dan kurikulum Kuliyatul
Mu’alimin al-Islamiyah Gontor.
Penulis adalah salah satu tenaga pengajar yang tergabung di dalamnya, memegang
pelajaran Tarbiyah (ilmu kependidikan) dan Bahasa Arab.
Untuk menanamkan nilai-nilai raja’ melalui dua pelajaran di atas, penulis merancang
pembelajaran sebagai berikut:
1. Perencanaan
Dalam perencanaan, penulis memasukkan kompetensi raja’ baik dalam kognitif,
afektif maupun psikomotorik. Lalu memasukkan indikator hasil belajar: kognitif
(siswa dapat melafalkan hadits terkait dengan raja, siswa dapat menghafal ayat
tentang raja’ , siswa dapat menyebutkan devinisi raja’ menurut beberapa ahli),
Afektif (siswa menghargai waktu untuk sering berdo’a kepada Allah, siswa
bersedia memperbanyak dzikir selama belajar berlangsung, siswa memiliki
kemauan yang keras untuk meningkatkan taqarrub kepada Allah). Psikomotorik
(Siswa melakukan do’a dengan lafadz yang benar, siswa mampu membimbing
adik kelasnya untuk berdo’a kepada Allah, siswa optimis dengan pengampunan
Allah swt. )
2. Pelaksanaan
Pelaksanaan Kegiatan Belajar Mengajar, penulis lakukan dengan berpedoman
pada Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Dalam pelajaran yang penulis
ajarkan memang tidak ada pembahasan secara spesifik mengenai raja’. Akan
tetapi rumusan kompetensinya dapat dicapai dengan penyampaian materi yang
terkandung dalam buku dengan diperkaya dengan sumber-sumber yang lain.
3. Evaluasi
Untuk mengevaluasi hasil pembelajaran, setiap pekanan penulis sampaikan
pertanyaan-pertanyaan sebelum memasuki pembahasan baru di awal jam
pelajaran. Hal ini dimaksudkan untuk penguatan pengetahuan yang telah lalu
sebelum dikaitkan dengan pembahasan baru yang merupakan kesatuan. Evaluasi
Pengantar Studi Islam 9
juga penulis lakukan dengan pengamatan langsung di luar jam pelajaran, misalnya
pada saat shalat berjama’ah, pada saat kegiatan muhadlarah, pergaulan seharihari,
pada saat medapatkan tugas hirosah dan lain-lain.
.
_______________
REFRENSI
- Abu Zakariya yahya bin Syaraf an-Nawawi, Riyadus Shalihin,
- Al-jurjani - At-ta’rifat (dalam Maktabah Syamilah)
- Imam Ghazali, Ihya Ulumuddin,
- Muhammad Jamaludin bin Muhammad Said bin Qasim al Khalaqi al-Qasimi,
Mau’dhatul Mu’min (Versi Maktabah Syamilah)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar