UNIVERSITAS ISLAM AS-SYAFI’IYAH JAKARTA
PROGRAM PASCASARJANA MAGISTER TEKNOLOGI
PENDIDIKAN
UJIAN AKHIR TAHUN
Nama/ NIM :
Syamsul Hadi / 52 2011 0135
Mata Kuliah :
Difusi dan Inovasi Pendidikan
Dosen Pengampu :
Dr. Sigit Wibowo
|
Sifat jawaban argumentatif dan merujuk referensi.
1.
Landasan teori Difusi dan inovasi dalam Penerapan Kurikulum Baru
(2013) di Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah:
Difusi
inovasi; menurut
Rogers (1962-1995), adalah sebuah proses dimana difusi inovasi dikomunikasikan dalam kurun waktu
tertentu, pada anggota sistem sosial
tertentu suatu tata hubungan antara inividu dengan individu lain. Strategi
adalah proses penentuan rencana para pemimpin puncak yang berfokus pada tujuan
jangka panjang organisasi, disertai penyusunan suatu cara atau upaya bagaimana
agar tujuan tersebut dapat dicapai. Menurut Yusufhadi Miarso (2011:257)
Strategi adalah pendekatan menyeluruh dalam pembelajaran dan yang berupa
pedoman umum dan kerangka kegiatan yang dijabarkan dari pandangan falsafah dan
teori tertentu. Strategi diterapkan untuk mencapai tujuan umum. Pada umumnya
strategi meliputi: (a) tujuan belajar, jenins dan jenjangnya, (b) cara
penyajian bahan pelajaran, (c) media yang digunakan, (d) Biaya yang diperlukan,
(e) waktu yang diberikan dan jadwalnya, (f) prosedur kegiatan belajar, (g)
instrument dan prosedur penilaian. Maka;
- A.
Strategi pemerintah dalam mendifusikan inovasi agar cepat
diterapkan:
-
Menetapkan tujuan umum pemberlakuan Kurikulum 2013.
-
Menyusun langkah strategi; merumuskan tujuan, cara penyajian, media
yang akan digunakan, biaya yang dibutuhkan, alokasi waktu, prosedur kegiatan
dan membuat instrumen dan prosedur
evaluasi.
-
Mendifusikan inovasi ( kurikulum 2013 ) kepada masyarakat, terutama
para pemangku kepentingan pendidikan, baik secara struktural maupun
non-struktural. Memanfaatkan jaringan komunikasi sistem sosial masyarakat lewat
media cetak dan elektronik serta pertemuan-pertemuan langsung baik formal
maupun non formal.
B.
Peran saya sebagai pemangku kepentingan, Selaku guru dengan latar belakang pendidikan S2
MTP. Menjadi penghubung antara inovator (Kemendikbud) dengan masyarakat
pendidikan, yaitu dengan cepat-cepat mengunduh kurikulum 2013 dari web resminya
Kemendikbud dan mempelajarinya untuk diadopsi, selanjutnya disampaikan kepada
orang lain baik lewat media online maupun membangun komunikasi interpersonal.
Sebagai guru di suatu lembaga, saya mengusulkan kepada kepala sekolah -dengan
memperhatikan tahapan keputusan inovasi (pengetahuan, persuasi, keputusan,
implementasi dan konfirmasi) - untuk diadakan pendalaman kurikulum 2013.
Setelah ada keputusan untuk mengimplementasikan Kurikulum 2013, selanjutnya
diadakan pelatihan teknis menyangkut cara pemanfaatan kurikulum tersebut di
lembaga pendidikan kami.
2.
Saya sebagai pendidik inovatif (change agent), akan banyak melakukan inovasi pembelajaran, namun
budaya kerja Organisasi dan karakteristik individu di lingkungan tempat yang selama ini kurang
respek terhadap hal-hal baru, ditambah lagi gaya kepemimpinan kepala sekolah
yang cenderung absolut dan tidak terbuka terhadap masuknya ide-ide baru.
Peran
dan upaya saya agar inovasi dimaksud tetap dapat diterapkan di sekolah tersebut.
Saya harus memahami change agent, budaya kerja organisasi, karakteristik
individu dan gaya pemimpin.
- Agen perubahan,
menurut Willis H. Griffin (1970:223) ..”since World War II, however, the
agent of change has emerged as a professional person whose taasks are those
helping communities and groups to plan out reform objectives, so focus on
problem situations, to seek possible solutions, to arrange for assistence, to
plan action intended to improve situations to overcome diffucties in the way of
productive action, and to evaluate the results of planned effort.
Secara
umum agen perubahan adalah orang yang profesional, memberikan bantuan kepada
masyarakat untuk merencanakan perbaikan, fokus pada permasalahan untuk
dicarikan solusi, melibatkan orang lain, merencanakan kemajuan, mengatasi
kesulitan produktifitas kerja dan mengevaluasi tujuan yang direncanakan.
-
Budaya kerja organisasi, adalah seperangkat nilai keyakinan , sikap, dan tradisi bersama
yang mengikat anggota organisasi sebagai
acuan untuk bekerja dan berinteraksi antara sesama anggota .
-
Karakteristik individu; terkait dengan sikap terhadap inovasi
secara umum -menurut Everett M. Rogers- terbagi menjadi 5 kategori: Inovator,
Adopter, Early Majority, Late Majority dan Laggards.
-
Gaya kepemimpinan : Definisi
kepemimpinan menurut Rost adalah sebuah hubungan yang saling mempengaruhi
diantara pemimpin dan pengikut yang menginginkan perubahan nyata yang
mencerminkan tujuan bersamanya.
Selanjutnya menjalankan fungsi agensi, tetap berada di dalam
lembaga tersebut untuk memudahkan komunikasi dengan berbagai pihak. Mempengaruhi
para guru agar memahami pentingnya Kurikulum 2013 dengan memperhatikan
karakter masing-masing untuk memudahkan komunikasi yang tepat. Kepada
kepala sekolah kami menawarkan program
budaya kerja organisasi yang kondusif bagi kemajuan lembaganya, karena ia
berkepentingan untuk memajukan lembaganya, menunjukkan hasil survey tentang budaya kerja mereka
lalu dihubungkan dengan urgensi adopsi inovasi pendidikan, maka itu ia akan membuka diri serta perlahan-lahan akan menerima inovasi
pendidikan (Kurikulum 2013) setelah kepentingannya terakomodir.
3.
Jika saya sebagai seorang pemimpin institusi/organisasi yang
berkeinginan menumbuh kembangkan budaya inovasi di lingkungan organisasi yang
saya pimpin, anggota terdiri dari kelompok individu dengan karakteristik:
- Tidak mampu tapi mau
-
Mampu tapi tidak mau
- Mau dan mampu
- Tidak mampu dan tidak mau
Maka saya harus memahami kepemimpinan dan budaya inovasi dan prilaku
individu dalam organisasi.
-
Kepemimpinan menurut Tannenbaum adalah pengaruh antar pribadi yang
dijalankan dalam suatu situasi tertentu, serta diarahkan melalui proses
komunikasi, ke arah satu atau beberapa tujuan tertentu. Menurut Rauch and
Behling, Kepemimpinan adalah proses mempengaruhi aktivitas-aktivitas sebuah
kelompok yang diorganisasikan ke arah pencapaian tujuan.
-
Budaya inovasi. Menurut Willis H. Griffin dan Uday Pareek(1970:22)
dalam Planned Change1997: 158) Kebudayaan dalam pengertian sosial adalah: the sum total way of living of
group ar of people, including the customs, attitudes, beliefs, institutions,
social proscess and human relationship, and the system of values underlying
them.
1.
Kepemimpinan yang harus saya lakukan terhadap mereka:
Dari dua definisi tersebut, saya mamahami bahwa kepemimpinan adalah
masalah pengaruh, oleh karena itu saya harus lebih cepat mengadopsi inovasi
pendidikan agar mereka bersedia menerima pengaruh saya. selanjutnya saya akan mengorganisir
potensi internal organisasi dan mensinergikannya dengan kekuatan eksternal
dalam rangka untuk mencapai tujuan organisasi. Dan tujuan organisasi harus
mengakomodir kepentingan individu-individu yang tergabung dalam organisasi.
Memberi peran kepada mereka sesuai dengan potensi dan karakteristiknya; (a) kepada
yang Tidak mampu tapi mau, saya gunakan pndekatan kerja consulting yaitu
memberikan pengarahan dan dorongan yang tinggi kepada mereka. (b) kepada yang mampu
tapi tidak mau, pola pendekatannya adalah participating, yaitu dengan
memberikan support atau dorongan yang tinggi dan sedikit arahan (c) kepada yang
mau dan mampu, dengan pola pendekatan delegating yaitu dengan tidak
terlalu banyak dorongan dan arahan, dan inilah yang ideal (d) selanjutnya
kepada yang tidak mampu dan tidak mau, pola hubungan kerjanya adalah instructing,
yaitu pemimpin banyak memberikan arahan dan sedikit supporting.
2.
Proses inovasi yang akan saya lakukan di organisasi yang saya
pimpin;
(a)
Terlebih dahulu saya harus memahami inovasi pendidikan dengan baik, yaitu dengan mengikuti perkembangan
pendidikan baik dengan membaca buku-buku yang berkaitan dengan pendidikan
maupun mengakses langsung website Kemendikbud.
(b)
Membangun image positif terhadap inovasi pendidikan, dengan menginformasikan kepada para guru
keharusan inovasi menyangkut masa depan anak didik dan tantangan ke depan.
(c)
Aktif mencari informasi tentang inovasi pendidikan dan berupaya
mencobanya. Hal ini
bisa dicari di Harian Republika misalnya secara rutin menyediakan rubrik khusus
untuk Uji Publik Kurikulum 2013.
(d)
Menggunakan inovasi pendidikan secara rutin dan berkelanjutan. Setelah sepakat maka inovasi pendidikan
berupa penerapan Kurikulum 2013, maka dijadikan acuan untuk pelaksanaan
pembelajaran di sekolah tersebut serta adaptif terhadap inovasi-inovasi
berikutnya.
(e)
Melaksanakan inovasi
pendidikan secara
integral dalam
pelaksanaan tugas dan mendifusikan kepada seluruh guru.
4. Pesatnya kemajuan teknologi informasi dan komunikasi berimplikasi
pada perlunya mengembangkan inovasi pembelajaran jarak jauh (distance
learning) berbasis elektronik (e-learning. Apa itu dan jelaskan proses difusi dan implementasinya di lembaga-lembaga pendidikan kita. Untuk menjawab pertanyaan ini, akan kami bahas dua
hal: (1) Apa itu inovasi pendidikan jarak jauh berbasis elektronik? (2)
Bagaimana Proses difusi
dan implementasinya di lembaga-lembaga kita? .
(1) inovasi pendidikan jarak jauh berbasis
elektronik
Pendidikan jarak jauh (Distance Learning) adalah pembelajaran
dengan menggunakan suatu media yang memungkinkan terjadi interaksi antara
pengajar dan pembelajar. Dalam PJJ antara pengajar dan pembelajar tidak
bertatap muka secara langsung, dengan kata lain melalui Pendidikan jarak Jauh, dimungkinkan
antara pengajar dan pembelajar berbeda tempat bahkan bisa dipisahkan oleh jarak
yang sangat jauh. jadi sangat memudahkan proses pembelajaran. Dalam
Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 tahun 2003, pasal 31, disebutkan:
(1) Pendidikan jarak jauh diselenggarakan pada jalur, jenjang, dan jenis
pendidikan. (2) Pendidikan jarak jauh berfungsi memberikan layanan pendidikan
kepada kelompok masyarakat yang tidak dapat mengikuti pendidikan secara tatap
muka atau reguler. (3) Pendidikan jarak jauh diselenggarakan dalam berbagai
bentuk, modus, dan cakupan yang didukung oleh sarana dan layanan belajar serta
sistem penilaian yang menjamin mutu lulusan sesuai dengan standar nasional
pendidikan. (4) Ketentuan mengenai penyelenggaraan pendidikan jarak jauh sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), ayat (2), dan ayat (3) diatur lebih lanjut dengan
peraturan pemerintah.
Dari dua keterangan di atas, jelas bahwa
pendidikan jarak jauh adalah legal dan
diharapkan, pendidikan bisa menjangkau seluruh lapisan masyarakat, didukung
dengan sarana dan layanan belajar serta sistem penilaian untuk menjamin mutu
lulusannya. Kemudian teknis pelaksanaannya juga diatur dalam peraturan
pemerintah.
Pendidikan berbasis elektronik (e-learning) adalah (ICT- Learning)
adalah upaya menghubungkan pembelajar
(siswa dengan sumber belajar (data base, pakar/guru, perpustakaan) yang secara
fisik
terpisah atau bahkan berjauhan. Interaktivitas
dalam hubungan tersebut dapat dilakukan secara langsung (synchronous)
maupun tidak langsung (asynchronous). (Udin Syaefudin Sa’ud).
Jadi pembelajaran jarak jauh adalah bentuk pembelajaran
yang memanfaatkan fasilitas teknologi informasi dan komunikasi. Dengan demikian
teknologi informasi dapat dipandang secara positif sebagai media yang menyediakan
dan membantu interaksi antara pendidik dan peserta diklat dalam mengefisienkan dan mengefektifkan
pembelajaran.
Maka pembelejaran jarak jauh berbasis
elektronik adalah pendidikan jarak jauh dengan memanfaatkan fasilitas teknologi
informasi sebagai media pembelajarannya yang menghubungkan pembelajar dengan
pebelajar dalam sebuah sistem yang legal dan formal.
(2) Proses difusi
dan implementasinya di lembaga-lembaga kita. Proses difusinya dengan pengenalan program belajar
jarak jauh berbasis elektronik, sehingga timbul keinginan untuk mengadopsinya
sebagai inovasi pendidikan. Hal itu dilakukan dengan mengadakan seminar khusus
mengenai distance learning dan e-learning, mendatangkan
narasumber dari Pustekkom dan Kemendikbud. Diharapkan dengan seminar tersebut
tahap pengetahuan dan persuasi tercapai, agar selanjutnya masuk kepada
keputusan untuk menerima inovasi. Setelah itu baru langkah implementatif. Dalam
Implementasi inovasi ini disusun program kerja, struktur organisasi, pembagian
tugas, pembiayaan, time table dan penyusunan alat evaluasi. Tujuannya agar
inovasi dapat berjalan secara reguler,
dan penggunannya berkelanjutan.
5.
Uraian perbab pokok-pokok isi buku difusi inovasi Everett M Rogers.
Pendapat mengenai relevansi dan manfaat mempelajari mata kuliah tsb bagi saya
sebagai mahasiswa S2 TP..
Buku
Everett M. Rogers dengan Chapter Diffusi on Innovation terdiri dari 11 Chapter :
Chapter 1 : Elements of Diffusion (unsur-unsur Difusi). Pada bab ini diawali
dengan kisah upaya inovasi merebus air sebelum diminum, namun gagal. Mrs, A. merebus
air karena kebiasaan di masyarakatnya merebus air sebelum diminum tujuannya
untuk menghilangkan dingin, tidak ada kaitannya dengan bakteri yang tumbuh di
air. Jadi mereka merebus air sebatas agar tidak dingin. Kasus Mrs. A adalah
contoh Custom-Oriented Adapter (pelaku adopsi dengan orientasi kebiasaan). Mrs.
B adalah contoh dari Persauded Adopter (pelaku adopsi karena mimiliki alasan)
sedangkan Mrs. C. adalah contoh orang yang menolak adopsi. Ia merepresentasikan kebanyakan keluarga Los
Milinas.
Dalam
bab ini juga dibahas Apa itu Difusi. Dalam bab ini juga dijelaskan unsure utama
Difusi inovasi ada 4, yaitu (a) inovasi, (b) saluran komunikasi, (c) waktu, dan
(d) sistem sosial.
Chapter 2: History of diffusion research. (Sejarah riset Difusi). Riset
difusi inovasi dimulai selama tahun 1940 dan 1950. Pada Chapter ini dijelaskan bahwa meskipun riset
difusi dimulai dari kantong-kantong daerah secara ilmiah, ia muncul secara
tunggal, ia tetap menjadi satu konsep berlakusecara umum, meskipun
investigasinya dilakukan para periset dengan disiplin ilmu yang berbeda-beda. Ada 8 tipe difusi berdasarkan hasil riset: 1)
Earliness of knowing about innovations 2) rata-rata adopsi dari inovasi yang
berbeda-beda dalam sistem sosial, 3) keinofatifan 4) kepemimpinan inovasi, 5)
jaringan difusi 6) Rata-rata adopsi pada sistem sosial yang berbeda-beda, 7)
manfaat saluran komunikasi, 8) Konsekwensi dari Inovasi.
Chapter 3: Contributions and Criticisms of Diffusion
Research (Kontribusi dan Kritik Riset Difusi). Pada pembahasan ini dijelaskan
ada 4 kelemahan riset difusi. 1) The pro-innovation bias (prasangka yang
pro-inovasi), implikasinya inovasi dapat didifusikan kepada seluruh anggota
sistem sosial dan merekapun akan menadopsinya, maka inovasi tidak akan ditolak.
2) the individual-blame bias ( prasangka kesalahan individu). kecenderungan untuk
memegang tanggung jawab individu terhadap problemnya mengalahkan sistem yang
individu itu bagian darinya. 3) the recall problem in diffusion research ( problem penarikan kembali riset difusi), yang
memungkinkan ketidak teraturan akan dominan ketika responden diminta untuk
mengingat kapan ia mengadopsi ide baru. 4) The issue of equality (permasalahan kesetaraan
hak pada difusi inovasi ) sebagai kesenjangan sosio ekonomi anggota sistem
sosial sering meluas akibat sebaran gagasan baru.
Chapter 4 : The
Generation of Innovations (Generasi Inovasi). Pasca riset difusi, mulai
bermunculan first adopter an innovation (orang-orang yang pertama mengadopsi
inovasi). Mereka adalah yang digambarkan dalam kurva S-Shaped ada pada bagian
kiri kurva. Proses pembangunan inovasi meliputi semua keputusan, aktifitas dan
pengaruhnya yang kuat yang datang dari pengakuan akan kebutuhan atau problem
mereka. Tahapan penting dalam proses inovasi; 1) recognizing a problem or Need
(Pengakuan adanya problem dan kebutuhan) 2) Basic and Applied Research ( dasar
dan riset yang berguna) 3) Development (pembangunan) 4) Commercialization
(inovasi benilai jual) karena berangkat dari kegiatan ilmiah lalu mendatangkan
manfaat/kemudahan yang bisa digunakan maka kemudian bisa dikomersilkan. 5)
Diffusion and Adoption (Difusi dan adopsi) 6) consequences (Konsekwensi)
Chapter 5 : The Innovation Decision Process (Proses
Keputusan Inovasi) pada bab ini dijelaskan proses keputusan inovasi; 1)
Knowledge (pengetahuan) 2) persuation (persuasi/ pembujukan) 3) decision
(pengambilan keputusan) 4) implementation (implementasi) 5) confirmation
(konfirmasi). Dalam bab ini juga dijelaskan kategorisasi adopter 1) innovator
2) Early Adopter, 3) Early Majority 4)
Late Majoriry dan 5) Laggards
Chapter 6 : Attributes of innovations and their Rate
of Adption ( Perangkat-perangkat inovasi dan rata-rata Adopsi). Dalam bab ini
dijelaskan faktor-faktor yang memengaruhi rata-rata adopsi inovasi: 1) sesuatu diadopsi karena memiliki:
(a) keuntungan relatif (b) dapat diterapkan, (c) tingkat kesulitannya rendah
(d) bisa diujicobakan (e) bisa diobservasi. 2) Tipe keputusan inovasi;
(a) pilihan (b) bersama-sama/kolektif (c) dipaksakan. 3)saluran komunikasi
(Media masa atau hubunga interpersonal) 4) natur dari sistem sosial (misalnya
nilai-nilai di masyarakat, tingkatan kea]terlibatan dalam jaringan sosial
dll). 5) keluasan pengaruh agen
perubahan dan usaha promosinya.
Chapter 7: Innovativeness and Adopter Categories
(Keinovatifan dan kategori Adapter). Dalam bab ini secara rinci diulas kembali
klasifikasi adopter berdasarkan keinovatifannya. Bahkan disbutkan prosentase
masing-masing; inovator 2,5% bercirikan venturesome memiliki obsesi besar,
petualang, pendobrak dan berani nyrempet bahaya, Early adopter 13,5%, mereka
lebih terikat dengan sistem sosial dibandingkan inovator, kalau inovator
kosmopolitan, maka early adopter
bersifat lokal(Locality) Early
Majority 34% banyak berinteraksi dengan orang biasa dan jarang-jarang menduduki
kepemimpinan, Late majority 34% mereka baru mau menerima inovasi setelah
melihat orang lain yang mengadopsi inovasi mendapatkan keuntungan, dan Laggards
16%, adalah kaum tradisionis, orang
yang paling terakhir mengadopsi inovasi.
Chapter 8: Diffusion Networks (Jaringan Difusi). Dalam bab ini
diuraikan model-model alur komunikasi; 1) the Hypodermic needle Model , yaitu
sistem komunikasi satu arah dari atas ke bawah 2) the twoo-step Flow Model,
komunikasi dua tahap. Di bahas juga karakteristik opinion leaders: 1) mampu
berkomunikasi dengan baik kepada eksternal 2) memiliki status ekonomi yang
lebih baik, 3) kepenerimaan yang baik 4) memiliki keinovatifan yang tinggi 5)
memiliki kepemimpinan opini dan paham sistem nilai-nilai masyarakat. 6) organisasi
Pemimpin opini 7) mampu memanfaatkan
jaringan
Chapter 9 : The Change Agent (Agen Perubahan) pada bab ini
diawali dengan ilustrasi keberhasilan agen perubahan pada program pencegahan
HIV. Studi kasusnya pada seribu wanita pekerja sek komersil di Pumwari, warga
miskin Nairobi, Kenya. 80% dari mereka sudah dinyatakan positif terkena HIV
pada tahun 1985, ketika program intervensi ini dimulai. Agen perubahan
menawarkan kondom gratis dan klinik kesehatan gratis untuk mencegah penyakit kelamin. Dalam bab ini juga dibahas faktor-faktor
keberhasilan Agen Perubahan; 1) Change agent effort ( upaya agen perubahan) 2)
Client Oriented (berorientasi pada klin) 3) Compatibility with Client Needs ( sesuai
dengan yang dibutuhkan klin), 4) change agent empathy (empati agen prubahan).
Dalam bab ini juga dibahas peran agen perubahan; 1) to develop a need for
change on the part of clients (membangun kebutuhan klin untuk berubah pada), 2)
to establish an information exchange relationship membangun relasi pertukaran informasi) , 3) to diagnose problems(mendiagnosis
problem) , 4) to creat an intent to change the client (menciptakan keinginan
untuk merubah klin , 5) to translate
intentions to the action (menerjemahkan keinginan/maksud menjadi perbuatan) ,
6) to stabilize adoption and prevent discontinuance (menciptakan stabilitas
adopsi dan mencegah ketidaklanjutan) , and 7) to achieve terminal relationship
with clients (membangun pangkalan relasi dengan klin).
Chapter 10 : Innovation in Organizations (Inovasi
dalam Organisasi ) dijelaskan bahwa sampai dengan point ini (chapter 10), buku
ini masih konsern pada difusi inovasi pada individu. Padahal banyak proses
inovasi yang diadop oleh lembaga. Dalam bab ini juga dibahas proses inovasi
dalam organisasi: 1) Inisiasi, meliputi:
agenda setting dan matching , 2)
Implementasi, meliputi: Redevinisi (Devinisi ulang), Klarifikasi dan
merutinkan.
Chapter 11 : Consequences of Innovations (Konsekwensi
Inovasi). Konsekwensi adalah perubahan yang terjadi pada individu atau sistem
sosial sebagai hasil adopsi atau penolakan inovasi. Dalam bab ini dibahas mengenai studi
konsekwensi meskipun sangat sedikit studi tentang itu. 1) agen perubahan yang
sering disponsori oleh riset difusi. 2) metode riset survey yang biasa tidak
bisa lebih banyak membantu investigasi terhadap konsekwensi inovasi
dibandingkan studi keinovatifan. 3) konsekwensi inovasi itu sulit diukur. Konsekwensi
diklasifikan menjadi: 1) desirable versus undesirable (diinginkan lawan tidak
diinginkan) 2) direct versus undirect (langsung lawan tidak langsung), 3)
anticipated versus unanticipated (diantisipasi lawan tak terantisipasi)
Komentar buku: Buku Diffusion of Inovation membahas
difusi dan inovasi secara detil, kajiannya ilmiah tetapi tidak terasa berat,
sebab seringkali diselingi sajian data kasus dalam bentuk cerita sehingga tidak
menjenuhkan. Bahasannya umum, sehingga bisa dipakai banyak orang, bisa
dipraktekkan dalam dunia bisnis, perusahaan, pemerintahan dan pendidikan. Tidak menyentuh secara khusus mengenai difusi
inovasi pendidikan, namun demikian tetap relevan untuk digunakan dalam dunia
pendidikan, sebab difusi dan inovasi bersifat umum. Untuk memahami buku ini
dibutuhkan kemampuan bahasa Inggris dan didukung dengan ilmu sosiologi,
komunikasi, organisasi.
Manfaat mempelajari mata kuliah, sebagai
mahasiswa S2 TP….
- Sangat membatu dalam memotivasi diri,
sebagai mahasiswa S2 TP untuk mengadopsi hal-hal baru terutama inovasi
pendidikan untuk selanjutnya didifusikan kepada orang lain, karena selayaknya
mahasiswa S2 TP lebih cepat mengadopsi inovasi pendidikan.
- Sangat membantu untuk beranjak dari late majority
menuju adopter, setidaknya Early majority, karena mata kuliah ini menghubungkan
mahasiswa dengan para inovator baik lewat tulisan maupun dalam penjelasan
dosen.
- Membantu mahasiswa untuk mampu melakukan
analisis unsur-unsur inovasi, proses adopsi, karakteristik inovasi, jaringan melakukan
pengukuran keinovasian seseorang ataupun organisasi.
- Menumbuhkan optimisme untuk turut
memikirkan pendidikan masa depan, dengan sumbangsih pemikiran dan pengalaman.