Minggu, 02 Desember 2012

Jabatan adalah Amanah



Oleh: Syamsul Hadi 30 Juni 2007
Manusia lahir tanpa sehelai benang yang menyertainya. Sebuah manifestasi fitrah yang terjadi pada setiap insan dan menyimbulkan bahwa dirinya datang ke muka bumi tanpa bekal materi apa-apa, sehingga tidak pantas baginya berlaku sombong kelak ketika  mendapatkan kekayaan materi. Ia hadir di muka bumi karena ada yang menghadirkannya, mencapai jabatan tertentu karena ada yang mengantarkannya dan memiliki sesuatu karena ada yang rela memberikannya. Kesuksesan bukanlah sesuatu yang hadir dalam ruang hampa, ada unsur-unsur lain yang turut aktif terlibat untuk menghadirkannya.

Jabatan adalah posisi baru bagi manusia yang memerlukan kerja nyata untuk memaknainya. Allah SWT. telah menawarkan jabatan  kepada langit, bumi dan gungung-gunung sebelum menawarkannya kepada manusia. Selain yang terakhir, semuanya menolak karena merasa tidak mampu mengembannya. Lalu Allah menyebut manusia dhaluman jahula sangat dzalim dan sangat bodoh pada ujung ayat tersebut. Jabatan adalah amanah yang bisa mengantarkan seseorang pada derajat mulia dan bisa juga menyeretnya pada predikat dzalim dan bodoh. Fakta sejarah perjalanan manusia telah membuktikan bahwa hanya sedikit saja orang yang berhasil memaknai jabatan dengan pengabdian yang benar kepada Allah Swt. Kebanyakan, mereka memanfaatkannya untuk menggapai kekayaan lantas sombong.
Fir’aun memaknai hidup dan jabatannya sebagai ketuhanan yang harus dipertahankan dengan memaksakan kehendak kepada seluruh rakyatnya. Qarun memaknai kekayaan dengan kesombongan dan pengingkaran terhadap Tuhan yang telah memberikan kekayaan kepadanya.

Fir’aun dan Qarun hari ini telah tiada, namun idiologi Fir’aun dan Qarun tidak pernah mati. Penyembah Fir’aun bangkit menggantikannya ketika kematian tuhannya. Begitu pula pengikut berikutnya. Kaum feodalis dan kapitalis adalah pewaris Fir’aun dan Qarun yang hari ini menggurita di mana-mana. Dengan kemasan modern mampu merekrut anggota dalam kuantitas melebihi pengikut Fir’aun dan Qarun pada masanya. Hari ini Feodalisme dan Kapitalisme tidak dianggap sebagai penjajahan kemanusiaan, perampas aqidah Islamiyah lantaran hebatnya mereka mengemas dan memasarkan kepada siapapun. Sesungguhnya mereka tidak hebat kalau tidak karena lumpuhnya idealisme umat manusia akibat awamnya pengetahuan terhadap keunggulan Idiologi Islam.
Orang yang tidak komitmen terhadap Islam lalu mendapatkan jabatan, pada hakikatnya ia sedang berjalan menuju penjara. Ia akan terpenjara dalam kerangkeng materi lalu kadang-kadang harus mendekam di balik teralis jeruji. Orang yang tidak komitmen terhadap Islam lalu mendapatkan amanah kekayaan, pada hakikatnya sedang melangkah menuju megahnya istana perut bumi. Ia tidak sadar sebelum menziarahi perut bumi lapisan pertama. Sebuah kesadaran yang tidak menyisakan waktu untuk bertaubat.

Bersyukurlah kepada Allah yang telah mengambil amanah dari anda sebelum menjadi anak buah Fir’aun dan Qarun. Jika anda merasa kehilangan kesempatan untuk beribadah kepada Allah lewat jabatan, itu salah karena anda adalah pejabat publik yang jangkauannya lebih luas dan tanggung jawabnya lebih berat. Bila konsekwensi pengambilan jabatan itu pengurangan dan pengambilan fasilitas maka hadapilah dengan lapang dada sebab anda datang tanpa sehelai benang dan akan pergi dengan beberapa lapis kafan. Benang dan kafan bukan pemberat timbangan amal anda. Anda hanya akan diantarkan oleh sahabat setia anda yaitu prestasi dunia akhirat. Selamat berprestasi semoga anda bahagia. Wallahu a’lam






Tidak ada komentar:

Posting Komentar