Oleh:
Syamsul Hadi 30 Juni 2007
Manusia lahir tanpa sehelai benang yang menyertainya. Sebuah manifestasi
fitrah yang terjadi pada setiap insan dan menyimbulkan bahwa dirinya datang ke
muka bumi tanpa bekal materi apa-apa, sehingga tidak pantas baginya
berlaku sombong kelak ketika mendapatkan kekayaan materi. Ia hadir di muka bumi karena ada
yang menghadirkannya, mencapai jabatan tertentu karena ada yang mengantarkannya
dan memiliki sesuatu karena ada yang rela memberikannya. Kesuksesan bukanlah
sesuatu yang hadir dalam ruang hampa, ada unsur-unsur lain yang turut aktif
terlibat untuk menghadirkannya.
Jabatan adalah posisi baru bagi manusia yang memerlukan kerja nyata
untuk memaknainya. Allah SWT. telah menawarkan jabatan kepada langit, bumi dan gungung-gunung sebelum
menawarkannya kepada manusia. Selain yang terakhir, semuanya menolak karena merasa tidak mampu mengembannya. Lalu Allah
menyebut manusia dhaluman jahula sangat dzalim dan sangat bodoh pada
ujung ayat tersebut. Jabatan adalah amanah yang bisa mengantarkan seseorang
pada derajat mulia dan bisa juga menyeretnya pada predikat dzalim dan bodoh. Fakta
sejarah perjalanan manusia telah membuktikan bahwa hanya sedikit saja orang yang
berhasil memaknai jabatan dengan pengabdian yang benar kepada Allah Swt.
Kebanyakan, mereka memanfaatkannya untuk menggapai kekayaan lantas sombong.
Fir’aun memaknai hidup dan jabatannya sebagai ketuhanan yang harus
dipertahankan dengan memaksakan kehendak kepada seluruh rakyatnya. Qarun
memaknai kekayaan dengan kesombongan dan pengingkaran terhadap Tuhan yang telah
memberikan kekayaan kepadanya.
Fir’aun dan Qarun hari ini telah tiada, namun idiologi Fir’aun dan Qarun tidak pernah mati. Penyembah Fir’aun
bangkit menggantikannya ketika kematian tuhannya. Begitu pula pengikut
berikutnya. Kaum feodalis dan kapitalis adalah pewaris Fir’aun dan Qarun yang
hari ini menggurita di mana-mana. Dengan kemasan modern mampu merekrut anggota
dalam kuantitas melebihi pengikut Fir’aun dan Qarun pada masanya. Hari ini Feodalisme dan Kapitalisme
tidak dianggap sebagai penjajahan kemanusiaan, perampas aqidah Islamiyah
lantaran hebatnya mereka mengemas dan memasarkan kepada siapapun. Sesungguhnya
mereka tidak hebat kalau tidak karena lumpuhnya idealisme umat manusia akibat
awamnya pengetahuan terhadap keunggulan Idiologi Islam.
Orang yang tidak komitmen terhadap Islam lalu mendapatkan jabatan, pada
hakikatnya ia sedang berjalan menuju penjara. Ia akan terpenjara dalam kerangkeng
materi lalu kadang-kadang harus mendekam di balik teralis jeruji. Orang yang
tidak komitmen terhadap Islam lalu mendapatkan amanah kekayaan, pada hakikatnya
sedang melangkah menuju megahnya istana perut bumi. Ia tidak sadar sebelum
menziarahi perut bumi lapisan pertama. Sebuah kesadaran yang tidak menyisakan
waktu untuk bertaubat.
Bersyukurlah kepada Allah yang telah mengambil amanah dari anda sebelum
menjadi anak buah Fir’aun dan Qarun. Jika anda merasa kehilangan kesempatan
untuk beribadah kepada Allah lewat jabatan, itu salah karena anda adalah
pejabat publik yang jangkauannya lebih luas dan tanggung jawabnya lebih berat.
Bila konsekwensi pengambilan jabatan itu pengurangan dan pengambilan fasilitas
maka hadapilah dengan lapang dada sebab anda datang tanpa sehelai benang dan
akan pergi dengan beberapa
lapis kafan.
Benang dan kafan bukan pemberat timbangan amal anda. Anda hanya akan diantarkan
oleh sahabat setia anda yaitu prestasi dunia akhirat. Selamat berprestasi semoga
anda bahagia. Wallahu a’lam
Tidak ada komentar:
Posting Komentar