Kamis, 22 November 2012

URGENSI REGENERASI


Kapitalisasi umur
Sayyid Qutub dalam kitabnya, Afrahur Ruh, menyatakan:
“Jika kita hidup hanya untuk meraih obsesi pribadi, maka hidup ini sangat singkat tak bernilai, dimulai  dari kapan kita sadar dan berakhir ketika ajal tiba. Sebaliknya jika hidup adalah untuk meraih cita-cita umat, atau untuk memperjuangkan pemikiran maka hidup menjadi sangat panjang dan sangat penting, dimulai sejak munculnya pemikiran dan akan terus berlanjut sampai hancurnya bumi ini.”

Orang hidup yang membawa cita-cita umat, akan mengolah waktu dan seluruh potensi dirinya untuk kerja besar. Akan menyusun prioritas kerja, sehingga tidak terjebak dalam masalah kecil yang seringkali menyita energi dan waktu. Orang yang bekerja untuk umat, dampak kerjanya sangat luas dan menembus batas waktu. Orang ini akan memanfaatkan waktunya untuk peningkatan diri, dan membangkitkan masyarakat serta menginvestasikannya untuk sejarah. Tiga kerja tersebut terus dilakukan sehingga menjadi karakter dan akhlak. Adalah Imam Abu Hanifah, tokoh besar yang kita kenal sebagai salah seorang imam madzhab fiqih, merupakan  saudagar kaya raya, sibuk dengan dagangnya di siang hari dan sangat perhatian terhadap orang-orang yang mencari ilmu. Saat malam tiba, ketika orang-orang menuju peraduan mereka, ia memakai pakaian yang paling bagus, merapikan jenggotnya dan memakai minyak wangi kemudian menuju mihrabnya, menghidupkan malamnya dan larut dalam khusyu’ beribadah kepada Allah. Beliau juga dikenal sebagai orang yang selalu melakukan shalat Subuh dengan wudhunya di waktu shalat Isya’ . Kebiasaan itu dilakukan selama empat puluh tahun , tidak pernah sekalipun terlewatkan. Beliau juga telah mengkhatamkan al-Qur’an di tempat di mana ia meninggal sebanyak 7000 kali. Begitulah perhatian beliau terhadap waktu dan caranya melipatgandakan kesalihan. Beliau sadar singkatnya kuantitas umur manusia, dan tidak mau kualitasnya sesingkat itu.

Lembaran sejarah hanya mendaftar nama-nama orang besar, yaitu mereka yang punya konstribusi terhadap kemanusiaan, bukan orang-orang yang sukses tetapi hanya untuk dinikmati sendiri, bukan pula orang yang berilmu tetapi sebatas gelar yang tidak menghadirkan pencerahan bagi masyarakat sekitarnya. Lembar hitam sejarah memang ada dan tersedia bagi mereka yang punya saham bagi kehancuran umat manusia. Bahkan al-Qur’an juga mengabadikan nama-namanya, seperti Abu Lahab, Fir’aun dan Qarun.

Bill Gate dikenal dunia bukan karena ia terkaya di dunia tetapi karena kepeduliannya terhadap kemanusiaan, telah banyak orang maju berkat jasanya, dan karyanya banyak memudahkan kehidupan penduduk dunia. Dengan Microsoftnya ia menginspirasi dunia perkomputeran.

Cita-cita untuk umat Islam?
Sudahkah kita bercita-cita? Dan sejalankah dengan cita-cita Islam?
Islam adalah agama yang direkomendasikan oleh Allah untuk dijadikan pedoman hidup bagi seluruh umat manusia di setiap zaman dan di semua tempat. Dan karenanya Allah mengamanahkan kepada kaum muslimin untuk menampakkan Islam sebagai pemimpin peradaban dunia.

Di sini, kita, civitas akademika Al-Izzah mendapatkan amanah untuk merealisasikan misi “The world in our hands,”. Menggenggam dunia dengan tangan. Secara sufistik mengandung makna mengendalikan dunia dengan tangan dan tidak memasukkannya ke dalam hati serta tidak menjadikannya sebagai tujuan hidup melainkan sebagai sarana untuk menggapai kebahagiaan akhirat. mungkinkah? Sangat mungkin, bukankah nothing is impossible, dan relevan dengan perintah Allah:

Dan carilah apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan. (QS.Al-Qhasas: 77)
Untuk mengarah ke sana, kita harus meningkatkan kualitas diri agar menembus prestasi Internasional, siap mengibarkan bendera al-Izzah di antara bendera dari negara-negara lain. Tentu tantangannya semakin besar sebab seluruh mata tertuju pada bendera kita, ada yang senang menyambutnya tetapi juga tidak sedikit yang ingin menurunkannya.

Cita-cita besar Al-Izzah, hanya bisa diusung oleh kumpulan pribadi-pribadi yang memiliki kebesaran jiwa. Jiwa-jiwa yang sanggup menyelaraskan tujuan pribadinya dengan cita-cita lembaga, mensinergikan varian potensinya dengan peluang amal lembaga. Pribadi yang memahami bahwa Al-Izzah adalah wahana pengembangan diri dan ummat serta prasasti hidup untuk mengukir sejarah.
Al-Izzah sadar betul bahwa kerja besar ini memerlukan dukungan besar, namun tidak membuatnya semakin longgar dalam merekrut sumber daya manusia. Ada sistem yang jelas dan pengawalan yang konsisten untuk memastikan proses kaderisasi dan kepemimpinan berjalan dengan baik.

Regenerasi kepemimpinan telah menjadi pemikiran founding father Yayasan Al-Izzah sejak pertama kali didirikan. Dan dalam perjalanannya selama 20 tahun telah terbukti, regenerasi  berjalan dengan baik. Tidak ada konflik di tubuh yayasan dan unit-unit di bawahnya. Suksesi kepemimpinan berjalan dengan mulus tanpa gaduh di dalam dan gunjingan di luar. Tidak ada pertanyaan Al-Izzah milik siapa? Dan karenanya semakin banyak orang yang menaruh kepercayaan, semakin tergerak hatinya untuk mewakafkan hartanya. Tentu semua itu amanah yang harus ditunaikan dengan penuh tanggung jawab. 

Regenerasi
Setiap pemimpin pasti akan terpisah dari jabatannya baik diserahkan maupun diminta dengan paksa, tetapi pengaruhnya tidak akan pernah mati. Kepemimpinan adalah masalah pengaruh, bukan sosok manusianya. Maka memimpin terkadang tidak membutuhkan tampuk kekuasaan formal. Siapa yang banyak berbuat nyata untuk kemaslahatan masyarakat, dialah yang akan selalu diikuti oleh mereka.  Pemimpin besar menyadari kenyataan ini, maka ia memprioritaskan kepemimpinannya untuk kerja yang manfaatnya banyak dirasakan oleh masyarakat seluas-luasnya dan dampaknya bertahan lama. Pemimpin besar berwawasan jauh kedepan meskipun pada saat itu kebijakannya tidak populis.

Pilihan Abu Bakar Shidiq RA. ketika mengawali khilafahnya adalah memerangi kaum muslimin yang mertad dan yang tidak mau membayar zakat. Abu Bakar adalah orang yang sangat lembut, selalu menghindari ketegangan setiap memutuskan perkara, namun dalam hal ini dengan gagah dan tegas mengobarkan perang kepada orang yang menyimpang. Tentu ini di luar dugaan para sahabat, tidak populer, tetapi inilah prioritas amal seorang pemimpin yang visioner. Sejarah mencatat, hanya dalam kurun dua tahun Abu Bakar berhasil mengokohkan kembali keimanan dan persatuan kaum muslimin pada saat itu untuk selanjutnya diteruskan oleh Umar bin Khattab dengan kekuatan militernya, ekspansi besar-besaranpun berjalan.
Qana’ah
Berkaca dari kisah-kisah di atas, diharapkan setiap kita memposisikan diri pada tugas masing-masing, profesional di unitnya dan tetap  memahami arah kebijakan yayasan, sehingga tetap kreatif dan inovatif demi kemajuan namun tetap santun dan toleran terbingkai dalam cita-cita besar The world in our hands. Jika kamu menolong agama Allah niscaya Allah akan menolongmu dan akan meneguhkan langkah-langkahmu.  Dirgahayu Al-Izzah. 
__________ 
Oleh: Syamsul Hadi, S.Sos.I. 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar